Leo -Penyakit-

209 49 0
                                    

Leo terus memperhatikan Alma yang sedang menyikat kandang sapi. Ia bisa melihat bagaimana perempuan itu berusaha menahan muntah karena bau dari kotoran sapi di kandang. Ia yakin ini pertama kalinya Alma bekerja sekeras itu. Bisa dilihat dari sikapnya yang sesekali berhenti bekerja karena lelah.

Harusnya ia membiarkan Alma terus bekerja, kalau perlu ia tambah pekerjaannya agar wanita itu tahu bahwa mencari uang dengan cara benar itu susah. Tapi, memang hatinya sudah kebal dengan pemikiran logisnya sehingga mengantarkan kakinya menuju ke arah Alma yang sedang berjongkok.

"Capek ya?" tanya Leo. Ia bisa melihat Alma sedikit terkejut dengan kedatangannya. Namun, wanita itu langsung mengalihkan pandangannya lalu menggelengkan kepala. Dasar pembohong!

"Oh, belum capek. Kalau gitu, nanti kamu kumpulkan telur-telur di kandang ayam, terus kamu bersihin telurnya," ucap Leo yang membuat Alma langsung melotot ke arahnya. Leo berusaha menahan senyumannya yang senang melihat Alma tak mengabaikannya lagi.

"Tapi, saya belum selesai sikat kandang, Pak," balas Alma mencoba bernegosiasi. Ini hari pertamanya, harusnya ia diberikan pekerjaan yang tidak terlalu berat untuk beradaptasi. Namun, mengingat bosnya adalah Leo yang memiliki dendam kesumat padanya, jadi ia diberikan tugas berat seperti ini. Uni bahkan sempat kaget saat Leo menyuruh wanita itu menyampaikan daftar tugas Alma hari ini.

"Oke, tugas kamu tambah bantu Wati mandiin sapi yang akan dijual sore nanti," ucap Leo lalu pergi begitu saja, tanpa mau mendengarkan balasan Alma.

*****
Hari sudah sore, namun tugas Alma belum selesai. Ia masih mengelap butir-butir telur yang akan dijual nantinya. Sesekali kepalanya tertunduk ke bawah dan matanya tertutup karena mengantuk. Untungnya ada Uni yang selalu mengingatkannya untuk tetap terjaga. Walaupun lelah, entah kenapa ia bersyukur bekerja di peternakan. Mungkin karena rata-rata pekerja di sini adalah perempuan. Pekerja laki-laki lebih sedikit, seperti di bagian pengiriman dan pengangkatan barang berat saja. Pekerja wanita di sini juga ramah, seperti Uni dan Wati.

"Alma, aku udah selesai membersihkan seratus telur. Kamu masih lama? Mau aku tungguin?" tanya Uni.

Sebenarnya Alma ingin menganggukkan kepalanya, namun ia sadar bahwa Uni pun lelah sepertinya. Ia tak enak hati menahan Uni di peternakan hanya karena menunggu dirinya yang bekerja lambat. Alhasil, ia menggelangkan kepalanya.

"Duluan aja, aku juga bentar lagi selesai," ucap Alma dengan ditambahi bumbu kebohongan. Target telur yaitu seratus telur, tapi sudah satu jam namun ia baru berhasil membersihkan sepertiganya. Ia tak secepat Uni membersihkan telur ayam karena ia masih baru dan takut telur itu pecah jika diberi tekanan terlalu kuat. Alma menatap kepergian Uni dengan tatapan sedih. Ia harus cepat menyelesaikan pekerjaannya agar bisa pulang. Alma kembali bekerja dengan serbetnya untuk membersihkan kotoran dari telur ayam, ia menyadari bahwa Leo datang. Namun, ia memilih mengabaikannya. Ia masih kesal karena tugasnya ditambah tadi.

"Sela, kirim kamu makanan. Katanya biar kamu engga kelaparan," ucap Leo yang membuat Alma berhenti membersihkan telur. Alma menatap bungkus makanan yang disodorkan Leo kepadanya, ia tak langsung menerimanya.

"Sela atau kamu?" tanya Alma yang membuat Leo terkejut.

Leo pikir Alma akan langsung menerimanya, tanpa berpikir bahwa ia yang sebenarnya memberikan makanan tersebut. Ia berusaha berpikir kebohongan apa yang akan ia ucapkan pada Alma, namun saat ia hendak mengatakannya, Alma lebih dulu bicara.

"Sela tahu kalau hari ini saya puasa, jadi engga mungkin dia memberikan saya makanan," ucap Alma yang menutup jalan Leo untuk berbohong.

Saat Leo tampak salah tingkah karena ketahuan berbohong. Alma masih tetap bertahan dengan ekspresi datarnya, namun kali ini ia kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Jangan kegeeran dulu. Saya kasih makanan ini atas nama Sela karena saya pikir kamu pasti langsung menerimanya. Soalnya kamu engga mau makan makanan yang disediakan peternakan untuk pekerja. Saya pikir kamu pilih-pilih makanan," balas Leo.

"Oh, syukurlah kalau begitu. Berarti dugaan saya salah, jadi saya engga perlu repot-repot menolak kamu," ucap Alma lalu menatap tajam pada Leo yang terdiam mematung.

*****

Alma tak tahu kenapa ia harus mengatakan hal itu kepada Leo. Seharusnya ia diam saja saat melihat Leo salah tingkah dan terlihat begitu perhatian padanya. Harusnya ia mengabaikan semua itu. Namun, hatinya mengatakan ia harus menghentikan Leo, sebelum pria itu jatuh terlalu dalam dan ikut menyeretnya jatuh.

Perempuan mana yang hatinya tak akan tersentuh apabila terus diperhatikan dan dilindungi seperti yang Leo lakukan belakangan ini padanya? Jawabannya tak ada. Alma pun mulai menaruh bibit suka yang terlarang baginya. Jadi, ia merasa perbuatannya sudah benar. Tapi, kenapa ia ragu pada apa yang dilakukannya sendiri?

Ia pikir tadinya Leo akan marah dan tersinggung atas penolakannya. Bahkan pria itu akan memecatnya atau mengerjainya dengan tambahan tugas yang berat lagi, tapi ia salah. Leo adalah pria dewasa dengan pemikiran dewasa pula. Pria itu tahu bahwa mencampurkan urusan pribadi dan profesional adalah hal yang terlarang. Buktinya pria itu bersikap biasa saja padanya, walaupun masih jutek. Seharusnya ia juga bisa melakukan hal yang sama, jika saja ia tak melihat Leo yang tampak tergesa-gesa masuk ke rumahnya yang berada di dekat peternakan. Bahkan, Leo hampir terjatuh karena terburu-buru.

"Alma. Hati-hati!" teriak Uni menyadarkannya dari lamunan karena memikirkan Leo. Ia hampir saja menyenggol ratusan telur ayam yang siap diantar karena terlalu fokus melihat Leo.

"Maaf, Uni. Tadi aku melamun," balas Alma yang merasa bersalah karena hampir melakukan kecerobohan. Walaupun begitu, matanya tak bisa lepas dari rumah Leo yang kini tertutup dan pemiliknya sudah masuk ke dalam. Uni mengikuti arah pandangnya dan memahami kenapa ia sampai hilang fokus.

"Serius banget lihatin Pak Leo?" tanya Uni berusaha menggodanya. Namun rasa cemasnya karena melihat Leo berjalan sempoyongan membuatnya tak mempedulikan godaan Uni dan malah bertanya.

"Uni, tadi Pak Leo kelihatan sakit. Kamu engga lihat tadi?"

"Aku lihat kok. Cuma udah biasa," jawab Uni yang membuat Alma bingung sekaligus terkejut.

"Udah biasa gimana? Engga berusaha bawa ke dokter?"

"Pak Leo anak juragan terkaya sekabupaten, pasti udah dibawa ke rumah sakit. Tapi, memang penyakit Pak Leo itu cukup parah, penyakit jantung bawaan. Dari lahir, Pak Leo memang udah sakit karena turunan dari ibunya. Makanya kulit Pak Leo pucat banget, cuma Pak Leo engga mau dipandang lemah jadi engga kelihatan kaya orang sakit," jawab Uni lalu pergi sambil membawa telur-telur yang akan dibawa oleh mobil pick up, meninggalkan Alma yang diam mematung di tempat.

*****

Tangerang, 10 Maret 2024

Mutiara HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang