TOM 19 [Ibu penjual lauk] ☑️

480 22 5
                                    

Aku memandangi benda pipih itu, sudah beberapa hari ini aku tidak bisa lagi memberi kabar pada Ibu ataupun kak Bayu.
Jaringan memburuk, sinyal jelek tidak bisa masuk sama sekali, padahal sebelumnya, tidak pernah seperti ini.

Aku takut jika Ibu mengkhawatirkan ku. Sehari saja aku tak memberi kabar, Ibu pasti akan mencemaskan ku.

"Gina, tolong bawakan ini ya ke rumah nenek Wasri! Kalau sedang istirhat, jangan di ganggu, simpan saja di meja makan." Perintah Ibu mertuaku.

Tanpa bertanya, apa isi di dalam wadah, aku sudah tau jika itu adalah makanan untuk nenek Wasri dan nenek Titua.

Hanya berjarak beberapa langkah saja, aku meletakan makanan itu ke dalam rumah nenek Wasri.
Meletakan nya di meja makan dapur sesuai perintah, karena mereka sedang ada di kamar.

Setelah mengantar, aku duduk dulu di teras rumah, berusaha mengotak-atik ponsel agar ada sinyal yang masuk. Mencoba berjalan kesana-kemari, tetapi tetap saja nihil.

"Ehh, ibu hamil sedang jalan-jalan ya?" Tanya seorang ibu paruh baya mengemban bakul.

"Iya, bu." Jawabku.

"Bagus kalau begitu, ibu hamil memang harus rajin jalan-jalan, apalagi sudah hamil besar, biar lahiran nya nanti lancar," Ucapnya lagi.

Terlihat jelas sekali ke ibu-ibuan nya. Aku jadi teringat ibu, aku rindu sekali padanya.

Aku melihat bakul yang ibu itu gendong, sepertinya ibu itu sedang berjualan. Aku tak pernah melihatnya semenjak aku kemari. Mungkin dia adalah penjual dari desa sebelah, sedangkan aku saja tak pernah berjalan sejauh ini dari rumah.

"Ibu jualan apa?" Tanyaku, sehingga membuat wajah ibu itu sumringah.

"Ibu jual ayam goreng serundeng, jamur krispi, pecak ikan mujair, sambal lele, lodeh daun singkong, oseng jeroan dan ada macam-macam oseng lain nya. Neng mau beli?" Tawarnya.

Aku mendekat untuk memilih, di sana ada oseng yang sama sekali belum pernah ku coba.

"Ini oseng apa, Bu?" Tanyaku.

"Itu Rebung, rasanya enak, manis." Jelasnya.

"Aku beli ini, bu. Sekalian mau nyoba oseng rebung nya,"

Sambil meletakan, 'Sambal lele, ayam goreng serundeng dan oseng rebung' di dalam kantong keresek yang sudah di persiapkan ibu itu.

Sebelumnya aku tak pernah makan oseng Rebung.
Rebung itu sendiri berasal dari pohon bambu yang masih muda, rasanya enak dan tentunya manis kalau di oseng.

Sebelumnya bambu muda itu di bakar atau di rebus terlebih dahulu, setelah itu baru di olah menjadi oseng ataupun lodeh sesuai selera.

"Neng itu warga baru di kampung ini ya?" Tanya Ibu yang belum ku ketahui namanya itu.

"Bukan, bu. Cuma main saja di rumah ibu mertuaku, tapi memang sudah lama di sini, hehe." Senyumku.

"Pasti orang kota ya, Neng? Kelihatan soalnya," Tebak ibu itu lagi.

Aku mengangguk.

"Dimana rumah suaminya, Neng?"

"Tak jauh dari sini, Bu. Rumahnya mas Hari,"

Tiba-tiba ibu itu terdiam, sesaat pandangannya liar. Mematung dan membisu.

"Pantas saja," Lirihnya.

"Kenapa, Bu?" Tanyaku penasaran, karena dengan singkat sikap Ibu itu berubah.

"Oh tidak apa-apa." Jawab ibu itu, kemudian hening beberapa saat.

"Neng," Panggil ibu itu.

"Iya, bu."

TAKUT ORANG MATI? Where stories live. Discover now