TOM 27 [Budhe Yanti] ☑️

672 48 12
                                    

"Mas, minta izinlah dulu sama Ibu dan Bapak."

Mas Hari menggeleng, "Mas tidak akan pulang ke rumah itu lagi, Dek. Mas sudah trauma. Karena mereka mas nyaris kehilangan kamu! Dan sekarang, kita kehilangan buah hati yang selama ini di dambakan."

"Tapi tanpa mereka, kamu tak pernah ada, Mas."

Hening...

"Tapi, Dek. Mas tidak yakin kalau mereka mengizinkan. Kamu mau, mas tidak bisa lagi kembali kesini?"

Aku terdiam, rasa takut akan hal itupun melanda.
Aku ingat betul dengan perkataan Kanaya, mas Hari tidak akan berubah jika masih ada di sekeliling keluarganya.

"Mas," Panggilku.

"Aku takut terjadi apa apa sama mereka, terlebih lagi Ifa dan Radit. Aku mencemaskan nya," Lirihku.

"Sebenarnya mas pun begitu, tapi mas terlalu kecewa." Mas Hari menghembuskan nafas kasar.

"Paham, mas. Nanti, setelah aku pulih, kita pulang dulu ke rumah kamu sebentar ya, Mas." Usulku.

"Aku ikut!" Ucap seseorang masuk dengan kursi roda, dan selang infus masih terpasang.

"Kak Bayu?"

"Dik, bahaya kalau kalian kesana berdua saja, aku, ibu dan Habib Jefri akan menemani kalian,"

"Tapi, --------"

Belum juga selesai bicara, kak Bayu memotongnya. "Tidak ada tapi-tapian, aku sudah tidak apa-apa.
Laki-laki kuat sepertiku tidak perlu berlebihan di pikirkan. Ini luka kecil. Justru aku yang mengkhawatirkan kamu, kakakmu ini tidak ingin kejadian buruk menimpamu lagi, karena saat itulah aku akan merasa bersalah dan sangat mrnyesal."

"Kamu itu habis merasakan sakit, yang lebih sakit dariku, Dik.
Aku akan menjaga dan melindungimu, sampai Hari bisa menjamin itu padaku!" Ucap kak Bayu penuh penekanan, tatapan nya tajam mengarah kepada mas Hari.

"Maafkan aku, Mas."

"Aku bosan dengan kata maafmu itu, Har!" Jawab kak Bayu memalingkan wajah.

"Aku tidak akan berjanji lagi, tapi berilah aku kesempatan untuk membuktikan nya, Mas." Ucap mas Hari penuh harap.

"Ya, lihat saja. Aku akan pegang ucapan kamu. Kalau tidak terbukti, pergi saja dari hidup adik ku. Kamu pikir, aku tidak bisa menghidupi adik perempuan ku?"

"Tolong, Mas. Berikan aku kesempatan kedua. Aku mencintainya,"

"Gina, kamu mau kan maafin mas? Kamu mau kan memberikan kesempatan kedua untuk mas? Kita membuka lembaran baru, Dek." Mas Hari mendekat, ia sangat ketakutan mendengar gertakan dari Kak Bayu. Aku mengangguk.

"Sudah, Yu. Biarkan mereka bersama lagi. Biarkan Hari membuktikan nya," Kata Ibu meredamkan emosi anak lelakinya.

"Baiklah!"

.
.

"Kak Bayu, mas Hari? Aku mau menanyakan sesuatu.
Kenapa kalian bisa tau kalau aku ada di dalam rumah Kanaya?" Tanyaku mengalihkan topik pembicaraan.

"Saat aku sampai ke kampung ini, tiba-tiba datang seorang perempuan menghampiri, dialah yang menunjukan dimana keberadaan kamu."

"Perempuan itu memintaku agar mau memejamkan mata, dan saat itulah aku di buat tidak sadar olehnya.
Aku bisa melihat semuanya dengan jelas, bahkan saat kamu di rumah si Hari. Bagaimana perlakuan suamimu yang tidak peduli dan perlakuan mereka terhadapmu. Aku sampai tau, kejadian demi kejadian yang menimpamu di rumah.
Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata nama perempuan itu adalah Kanaya yang menolongmu. Aku tidak tau, dia sudah meninggal." Jelas kak Bayu.

TAKUT ORANG MATI? Where stories live. Discover now