TOM 20 [Bertemu Kanaya] ☑️

460 23 0
                                    

"Ibu Rom meninggal!" Teriak Ibu mertuaku.

Seperti biasa Dini dan mbak Rara lari ke dalam rumah, begitupun dengan yang lain nya.
Ifa dan Radit nampak biasa saja menanggapi teriakan neneknya, mereka malah mendekatiku yang sedari tadi ada di dalam kamar.

Tak menyangka rasanya. Baru saja kemarin melihat ibu Rom sama-sama berbelanja sayur, sekarang sudah tiada.
Ku ingat betul isu yang tersebar tentang sakit dan kematiannya ibu Rom, apa mungkin ada Qorin yang mampu membunuh seseorang?

Setahuku, hanya menakut-nakuti manusia dan melemahkan iman manusia, namun jika memang benar ibu Rom di lukai oleh qorin Andra, itu sangat tidak mungkin!

"Tante, Ibu Rom meninggal!" Ucap Ifa memeluk ku, begitupun dengan Radit.

"Kalian takut, sayang?" Ucapku.

Mereka menggeleng.

"Kami nggak takut orang meninggal, tapi takut kalau suatu saat giliran Ifa sama Radit yang meninggal."

"Semua orang pasti akan meninggal, kalian nggak perlu takut. Asal kita menjadi orang baik, taat sama Allah, rajin ibadah dan menjauhi larangan-Nya." Nasihatku, mereka mengangguk.

"Gina, kamu di rumah saja. Jangan keluar rumah, apapun alasan nya.
Biar bapak saja yang kesana, Ibu juga nggak takziah, karena habis sakit." Ucap ibu mertua mewanti-wanti.

🍁

1 Bulan berlalu tanpa memberi kabar Ibu di kota, kandunganku sudah semakin membesar, genap 8 bulan.
Rasa rindu begitu menggebu, ingin rasanya bertemu dengan nya, memeluk dan menceritakan hal janggal yang ku alami di sini.

Dalam pelukan ibu lah aku merasa tenang, tak ada yang menggantikan rasa sayangnya yang begitu tulus untukku.
Bahkan suamiku saja, tidak bisa setulus Ibu, sama sekali tidak!

°

Sore ini, Dini dan mbak Rara sedang pergi, begitupun dengan mas Hari. Mereka entah dimana, Hanya ada aku dan Ibu di rumah ini.

Aku berjalan-jalan melewati rumah warga, berharap mendapatkan sinyal untuk memberi kabar kepada keluarga, terutama Ibu.
Mencoba lagi dan lagi, meskipun aku tau hasilnya tetap saja nihil.

"Mbak Gina ya?" Tanya gadis berhijab panjang itu menyapaku, ia mengulurkan tangan hendak berjabat tangan.

"Iya," Jawabku, sembari membalas uluran tangan nya.

Bagaimana dia tau namaku?

"Allhamdulillah, kebetulan sekali."

"Perkenalkan namaku Kanaya. Aku sudah lama menunggu mbak Gina datang kemari," Sambungnya.

"Ada apa Kanaya? Aku sedang mencari sinyal, sampai sejauh ini berjalan, dari desa seberang hingga kemari." Ucapku.

"Justru itu, alhamdulillah kita di pertemukan."

"Ayo ikut mbak, mampir ke rumahku. In syaa Allah di sana banyak sinyal, jaringan nya bagus." Ajak nya.

Tanpa waktu lama, aku langsung mengekori gadis bernama Kanaya itu.

🍁

Aku di persilahkan duduk oleh Kanaya, ia menyuguhkan aku segelas teh manis hangat.

"Di minum dulu, mbak."

Aku pun mengangguk, kemudian meminumnya beberapa teguk.

"Terimakasih ya,"

Aku kembali membuka layar ponsel, ternyata benar apa kata Kanaya, di rumahnya jaringan internet bagus.
Banyak notifikasi pesan chat masuk, jejak panggilan suara dan panggilan vidio dari aplikasi hijau atas nama Ibu dan kak Bayu beruntun.

TAKUT ORANG MATI? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang