Murder In Silence

7.6K 433 5
                                    

Ruangan besar itu bergemuruh oleh ratusan orang yang berteriak. Jeruji-jeruji besi yang dipukul menambah bahana suara yang menggema. Tangan-tangan meraih dia antara pagar-pagar baja, ke arah satu orang.

Laki-laki kurus yang diapit oleh sepasang sipir itu hanya diam dalam belenggu rantai yang menawan kaki dan tangannya. Dia berjalan terhuyung dengan tatapan tak bermakna. Sesungguhnya dia sama sekali tidak mendengar teriakan-teriakan memekakan telinga itu.

Dari dalam sel di lantai dua, seorang narapidana hukuman mati berteriak "HA HA HA HA! KAU MENDAHULUIKU KAWAN!". Dan lebih banyak lagi riuh menggema.

"Tak bisakah kalian diam! Dasar binatang!" salah seorang sipir yang mengapit si kurus mengoceh. "Ha ha ha, padahal orang ini hanya diam" kata yang satu lagi.

Dan suara-suara itu semakin lama semakin samar-samar terdengar saat mereka telah memasuki koridor sempit dan gelap semakin jauh ke dalam.

"Kita sudah sampai. Nikmatilah rumah barumu, kau hanya punya waktu lima hari" ucap salah seorang sipir pada si kurus yang masih saja diam.

Pintu sudah ditutup dan dikunci rapat. Hanya ada jendela berjeruji kecil di pintu sekedar lubang udara. Laki-laki kurus itu meringkuk di sudut sel isolasi yang gelap gulita.

Lima hari lagi hukuman mati atas dirinya akan dilaksanakan. Hukuman yang diterimanya sabab telah membunuh teman-teman satu selnya.

***

"Aku butuh hiburan. TAK ADAKAH DI ANTARA KALIAN YANG PANDAI MENGHIBUR?" pria kekar itu berteriak membuat tiga orang teman satu selnya ketakutan. Dipandangnya satu-persatu mata ketiga napi yang ketakutan itu, menebarkan dominasi dan intimidasi. "Cih! Dasar pengecut" ungkapnya sambil meludah ke lantai tepat di depan kaki ketiganya.

Lalu pandangannya jatuh pada laki-laki kurus yang duduk sendiri di sudut sel itu. "Ah... bagaimana kalau kita mendengarkan si bisu ini bernyanyi?" katanya yang langsung dijawab dengan anggukan setuju dari ketiga napi yang lain.

Pria kekar itu mendekati si kurus. Kemudian menariknya berdiri, dan berbisik "Aku yakin kau tidak bisu. Atau kalaupun kau memang bisu, akan kubuat kau menyanyi"

"MENYANYILAH!" perintahnya.

Tetapi si kurus itu tetap saja diam, seperti tidak mendengar apa-apa. Tidak ada perasaan segan sedikitpun seperti yang diperlihatkan oleh tiga orang tadi.

"APA KAU JUGA TULI!?" teriaknya mencengkeram bagian depan kaos si kurus dan mendorongnya ke dinding. "Biar kuberi tahu aturan di sini".

Pria kekar itu menghantam wajah kurus yang tak bersalah itu dengan tinjunya yang sekeras karang. Membuat darah segar mengalir dari bibir atas si kurus yang tetap saja diam. Tiga orang yang lain hanya bisa menyaksikan kejadian itu.

"Yang terkuat yang memerintah. Dan di sini, akulah yang memerintah"

Sekali lagi dia melancarkan pukulan. Kali ini ke perut. Dan ada darah tambahan yang muncrat dari mulut si kurus, menyirami wajah orang yang memukulnya.

Kali ini si kurus mulai menatap liar ke arah pria itu. Matanya yang memerah menusuk langsung ke mata orang yang menghantamnya dengan dua pukulan tadi. Seperti serigala menatap mangsanya. Aura buas memenuhi udara, membuat suasana sel jadi dingin.

Jangankan pria kekar yang langsung melepaskan cengkeramannya dari si kurus yang merasakannya, bahkan tiga orang yang lain pun tak kuasa menahan hawa dingin yang menusuk. Semuanya merasa ada yang aneh. Kepala mereka pusing, semakin lama semakin sakit. Tangan mereka memegang kedua sisi kepala, tak kuasa menahan sakit yang amat sangat.

Semua menangis. Merasakan bola mata yang serasa akan terlepas dari rongganya. Lalu rasa sakit semakin lama mulai menjalar ke seluruh tubuh. Dada menyesak, tenggorokan sempit, pembuluh darah tersumbat. Hingga ketika akhirnya mereka tak kuasa lagi menahan rasa sakit. Semuanya hilang. Mata yang terbelalak menandai akhir hidup mereka yang menyedihkan.

Dan di dalam sel itu hanya tersisa satu orang, yang kembali duduk menyudut. Dan dalam diam dia melewati malam terakhirnya di sel itu.

Esoknya seluruh penghuni penjara diributkan oleh penemuan keempat jenazah yang dalam keadaan mengenaskan, akhirnya di bawa ke luar dari sel. Isu-isu mulai tersebar. Berita yang mengatakan bahwa tahanan bisu itu yang mencabik-cabik mereka semua hingga tewas. Hal yang tentunya di luar kapasitas akal bahwa ada orang yang dapat membunuh sekejam itu.

'The Pain'. Begitulah yang lain menyebutnya. Laki-laki kurus yang kini menanti hukuman mati, di sel isolasi.

***

Pintu mendebam terbuka, memperlihatkan sosok di baliknya yang mengenakan seragam polisi. "Waktunya tiba kawan" ucapnya pada si kurus yang langsung berdiri dan membiarkan belenggu kembali terpasang di kedua tangan dan kakinya.

Sipir membawanya ke ruangan tampat pelaksanaan hukuman mati. Laki-laki kurus itu harus mangakhiri hidupnya di atas kursi listrik. Hal yang pantas dikasihani.

Suara rantai yang bergemercing mendekati kursi di tengah sebuah ruangan. Di salah satu sisi ruangan itu terdapat cermin besar. Dari balik cerim itu beberapa orang duduk di barisan kursi seperti sedang menyaksikan pertandingan sepak bola. Para hakim dan juri, yang memutuskan hukuman mati untuk si kurus yang kini duduk di kursi dengan helem yang tersambung dengan berbagai kabel di kepalanya.

Tangannya terbelenggu di kedua pegangan kursi itu, begitu pula kakinya. Dan beberapa sabuk melilit tubuhnya seperti sedang mengenakan sabuk pengaman. Lalu seseorang mulai berbicara.

"Abraham Biran, 18 tahun. Dihukum 10 tahun penjara karena membunuh tiga orang gurunya dengan kejam. Dan diputuskan bersalah atas kematian yang mengenaskan dari empat orang rekan satu selnya enam hari lalu, sehingga pengadilan memutuskan menjatuhkan hukuman mati yang akan dilaksanakan hari ini tanpa pembelaan"

Suara itu berhenti beberapa saat. Kemudian melanjutkan "Adakah permintaan terakhir yang mungkin masih bisa kami penuhi?"

Biran diam saja seperti biasa. Namun kali ini ada hal lain yang membuatnya terdiam. Sebuah suara yang datang entah dari mana. "Kau tidak akan mati. Kau harus bertahan dan tetap hidup."

"Kalau tidak ada, maka hukuman mati akan segera dilaksanakan di atas kursi listrik bertegangan 10.000 volt" suara itu mengakhiri.

Kepala sipir memberi anggukan pada salah seorang anak buahnya yang berdiri di dekat sebuah tuas pengaktif tegangan. Tuas itu ditariknya dan bersamaan dengan itu, tiba-tiba gelap.. Semuanya gelap..

"Apa ini! Apa yang terjadi?! Kesalahan teknis disaat seperti ini??" Teriak kepala sipir
Kebisingan dan kepanikan pun terjadi

"CKLEK!"
Terdengar suara sesuatu yg lepas
Bersamaan dengan itu ada sepasang mata merah menyala, menyala ditengah-tengah kepanikan

"APA YANG TERJADI?! DAN SIAPA KA.. AAAAAAA!!"
Belum sempat berbicara, kepala sipir itu pun tewas. Dengan kepala yang lepas dan digenggam erat oleh tahanan itu.. Tahanan yang seharusnya mati.

**

**

Seketika semua kepanikan itu lenyap, menjadi keheningan.. Keheningan yang sangat mencekam. Ruang eksekusi pun dipenuhi darah dan korban-korban yang sudah tak berbentuk.
Dan Biran? Kini masih berkeliaran di luar sana..

Creepypasta IndonesiaWhere stories live. Discover now