Kutukan Cermin

1.7K 147 2
                                    

"Lindsay, berhati-hatilah! Ibu tidak mau kau memecahkan apapun."

Ucap ibu Lindsay memperingatkan.

Lindsay hanya menghela nafas.

Anak itu berumur 10 tahun dan ia bersama ibunya sedang membantu kakeknya mengemasi barang. Nenek Lindsay meninggal 7 bulan yang lalu, oleh karena itu sang kakek tak sanggup tinggal dirumah itu lagi.

Kakek Lindsay sudah menjadi kolektor barang antik selama bertahun-tahun. Hal ini yang membuat mereka lebih berhati-hati lagi saat mengemasi barang.

"Terutama untuk cermin tua yang satu itu." Kata kakek yang entah datang darimana. Lindsay dan ibunya tersentak karena kaget. 

Ya, itu memang kebiasaan sang kakek untuk mengagetkan siapapun dan kapanpun.

"Kenapa kek?." Tanya Lindsay dengan penasaran.

"Karena memecahkan sebuah cermin berarti kau akan mendapatkan nasib sial selama 7 tahun. Dan cermin yang disana itu terkutuk. Jika seseorang mematahkan mantranya berarti ia sudah menghilangkan segelnya. Maka dia akan mendapatkan pengalaman terburuk sepanjang hidupnya." Sang kakek memperingatkan.

"Lindsay, jangan dengarkan apa kata kakekmu itu. Dia hanya menakut-nakuti. Itu semua hanya takhayul." kata ibu Lindsay.

"Aku setuju sih soal cermin itu, jangan pernah ada yang memecahkannya karena pecahan kacanya akan berserakan. Sangat sulit untuk membersihkannya bukan?" tambah ibunya.

Ibu dan Kakek Lindsay meneruskan mengemas barang sedangkan Lindsay hanya berlarian dan bermain didalam rumah. Bagaimanapun, Lindsay tetap bermain, ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari cermin itu sampai ia benar-benar tidak tahan dengan rasa penasarannya.

Saat ibu dan kakeknya secara bersamaan mengangkat sebuah box berukuran besar ke mobil, disitulah Lindsay mendapat celah.

Rumah ini sedikit bergaya Victorian style, jadi kau membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa sampai ke mobil yang diparkir diluar.

Lindsay memegang sebuah tempat lilin yang terbuat dari perak dan menghempaskan benda itu ke cermin tadi.

Kemudian ia melihat pecahan kaca yang terlepas dari framenya, seperti air terjun kristal. Sesaat ia menikmati seperti gerakan slow motion, namun kemudian ia panik. Bagaimana jika kakek dan ibu mengetahui perbuatannya?

Lindsay membawa sapu beserta pengki untuk membersihkan kekacauan tadi.

Ia mengambil frame cermin itu dan menumpahkan pecahan kaca yang sudah disapu tadi di atasnya, kemudian ia membawa cermin itu seperti nampan.

Ia mulai menaiki tangga ke lantai 2, dan keadaan sudah kosong. Tak ada barang apapun.

Ia melihat ada sebuah karpet tebal yang sepertinya dibiarkan.

Dengan susah payah, ia menyembunyikan cermin itu dibawah karpet tadi. Berharap kakek dan ibunya tak pernah menemukan itu.

Lindsay segera kembali kebawah dan bermain seperti semula, seolah tak terjadi apa-apa. Saat ibunya selesai berkemas, ia mengingat sesuatu.

"Ayah, apa kau melihat cermin tua disini? Rasanya, aku belum mengemasnya." Tanya ibunya.

"Tidak, seharusnya kan memang ada disini. Kemana ya cermin itu, apa yang terjadi?." Kata sang kakek sambil menggaruk rambut putihnya.

"Apa kau melihat cermin yang disini.?" Tanya ibu pada Lindsay.

"Tidak bu, aku sedang bermain didekat dapur dan langsung menghampiri kesini saat ibu ribut-ribut kalau cerminnya hilang." jawab Lindsay berbohong.

Ia memang pembohong yang ulung. Terbukti dengan kebohongannya selama ini yang jarang diketahui oleh ibunya.

Ibu dan kakeknya sangat kelelahan. Setelah semua barang selesai dikemas, mengapa harus memusingkan cermin tua yang hilang itu? Itu kan hanya cermin lusuh.

Beberapa tahun kemudian, sang kakek sudah tinggal di rumah barunya dan kasus hilangnya cermin itu perlahan telupakan.

Sekarang, Lindsay sudah berumur 11 tahun. Dan hal aneh dimulai sejak saat itu.

Anjing milik Lindsay kabur secara tiba-tiba, ibu Lindsay terbangun dengan rontok yang sangat parah di rambutnya. Sedikit bingung namun ia berasumsi hanya kekurangan zat besi.

Kemudian, Lindsay memelihara hamster tapi hamster itu mati beberapa hari kemudian. Mungkin ini hanya sebuah kebetulan.

Para anjing memang suka berkeliaran, ibu Lindsay mengalami anemia untuk sementara dan untuk hamster itu, mungkin memang sudah sakit dari sananya.

Ulang tahun Lindsay akhirnya datang juga dan saat ibunya sedang memotong kue, telepon berdering.

"Ini baru yang pertama dari tujuh." terdengar suara parau yang sangat asing.

Ibunya kemudian menutup telepon dan tak mengambil pusing.

Kemudian telepon berdering lagi.

"Nyonya Elizabeth Seiver? Kami mohon maaf sebelumnya karena ayahmu telah meninggal dunia dalam kecelakaan mobil. Paramedis terlambat datang sehingga beliau meninggal ditempat kejadian."

Ibu Lindsay sangat shock dan perayaan ulang tahun itu dibubarkan.

Tapi ini baru permulaan, tahun berikutnya saat ulangtahun Lindsay yang ke-12. Ibunya mendapat telepon asing lagi.

"Sudah waktunya untuk yang kedua dari tujuh."

Sesaat setelah ibu Lindsay menutup telepon, benda itu kembali berdering namun berbeda. Kini ibunya mendapat kabar bahwa paman Jacob yang sedang ditugaskan dalam perang telah meninggal dunia karena tertembak.

Tahun-tahun berikutnya bahkan bertambah suram. Kakak Lindsay didiagnosa mengidap kanker ganas. Sepupunya yang sedang hamil harus kehilangan bayinya dalam keguguran yang tak ilmiah.

Pada hari ulangtahunnya yang ke-13, suara itu terdengar lagi.

"Yang ketiga dari tujuh sudah disini."

Kemudian, Lindsay mendapat kabar bahwa bibinya meninggal karena ditabrak sebuah bus. Dan kabar buruk selalu terdengar setelah suara itu muncul tepat setiap hari ulang tahun Lindsay.

Seiring dengan berjalannya waktu, Lindsay kini sudah berumur 16 tahun. Dia sudah banyak kehilangan anggota keluarganya selama ini.

Sekarang Lindsay yatim piatu. Ia tinggal di sebuah panti asuhan tanpa motivasi untuk mendapatkan keluarga angkat.

Hari ulang tahun ke-17 Lindsay akhirnya datang juga, dan saat jam berdentang tengah malam, Lindsay benar-benar gelisah.

Perlahan ia mendengar suara parau, sayup-sayup mendekat dan seakan menggema di seisi kamarnya.

"Yang terakhir dari tujuh sudah tiba. Selamat tinggal Lindsay. Kau tahu? Seharusnya kau tidak pernah memecahkan cermin itu."   

Creepypasta IndonesiaWhere stories live. Discover now