Prolog

149K 10.1K 164
                                    

"Kau baik-baik saja?"

Aku menoleh sejenak pada gadis yang sedang duduk di sampingku, kemudian kembali menolehkan kepalaku ke depan. Sejauh mata memandang, hanya ada padang rumput luas yang berbatasan dengan jurang. Aku akan selalu kemari jika aku sedang ingin menenangkan diri dan pikiranku.

"Kurasa, aku baik." Jawabku sambil mencoba tersenyum.

Gadis itu menarik napas gusar. "Tidak bisakah kau untuk jujur sekali saja Charlize?"

Aku tahu dia sedang marah saat ini. Dia akan begitu jika sudah memanggil namaku seperti itu.

"Tapi memang begitu adanya Amanda. Lagi pula, aku bisa apa jika aku memang tidak baik-baik saja?" Tanyaku dengan pelan.

Gadis itu, Amanda Seeraja. Adalah satu-satunya orang yang mau berteman denganku. Di saat semua orang menjauhiku, dia malah bersedia menjadi sahabatku. Bahkan 'dia' saja tidak mau mengakui kehadiranku.

"Apakah sikap Aradi masih sama?" Tanya Amanda lagi.

"Ya, begitulah." Aku memutar-mutar sebuah batang rumput di tanganku.

Berpikir jika rumput ini bahkan lebih beruntung dibandingkan aku, dimana dia bahkan bisa hidup bersama dengan jenisnya yang lain.

Aku dapat merasakan Amanda merangkul bahuku. "Sabar." Ucapnya di sela desau angin.

Hanya satu kata itu yang memang dapat di ucapkan. Tidak ada yang lain. Karena hanya dengan melakukan satu kata itu, aku percaya jika semuanya akan berubah suatu saat nanti. Bahwa dia, juga akan menerimaku suatu saat nanti.

___

Namaku Charlize Anjana. Saat ini usiaku sudah hampir dua puluh tahun, dan sampai saat ini juga aku masih belum dapat melakukan shift pertamaku. Kau mungkin bertanya-tanya siapa aku. Baiklah, akan aku ceritakan sedikit.

Aku adalah seorang shewolf. Ya kau benar, aku bukanlah manusia biasa. Tapi yang menyedihkannya, aku tidak lebih dari seorang gadis lemah yang bahkan kehadirannya tidak diinginkan oleh orang-orang di sekitarnya. Ya, aku memang lemah. Aku bahkan lebih dulu menyadarinya dari pada orang lain.

Untuk seorang werewolf, sampai saat ini aku bahkan tidak tahu bagaimana wujud wolf-ku. Di saat semua para remaja mulai melakukan shift pertamanya saat usia tujuh belas tahun, aku harus cukup bersyukur hanya untuk sekedar dapat berkomunikasi dengannya saja di dalam kepalaku.

Seperti kataku tadi, aku bukanlah seseorang yang diinginkan.

Hampir semua werewolf  memiliki fisik di atas rata-rata, baik itu yang laki-laki maupun perempuan.

Aku?

Aku hanyalah gadis dengan tubuh kurus dan tinggi sedang. Kulit sepucat mayat, rambut yang kusam, bahkan aku tidak cantik sama sekali. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari fisikku. Mungkin itu juga yang membuat dia menolak kehadiranku.

Dia ... Aradi Paradima. Mate-ku.

Di saat seorang werewolf  menemukan mate-nya, mereka akan sangat posesif dan saling melindungi, itulah yang aku tahu dan itulah yang aku lihat selama ini. Tapi aku--aku sudah sangat bersyukur jika sekali saja Aradi tidak menghinaku habis-habisan saat dia bertemu denganku.

Seperti sekarang ini, aku melihatnya sedang berkumpul dengan teman-temannya di sebuah cafe. Dengan seorang gadis cantik di pangkuannya, gadis yang berbeda dengan minggu lalu.

Oh, Aradi. Dia adalah seorang calon Alpha yang tampan. Memang pantas ia menolak gadis sepertiku menjadi calon Luna dari pack-nya. Silver Stone Moon Pack, pack terkuat di pulau ini.

Bertemu pandang secara tiba-tiba, aku sedikit terkesiap dan langsung membeku. Aradi menatapku dengan tajam dan penuh ketidaksukaan. Buru-buru aku mengalihkan pandangan saat dengan sengaja dia mencium gadis itu di hadapanku. Hatiku sakit, teramat sakit melihat dia seperti itu.

Apakah lucu jika kukatakan aku sudah terbiasa dengan rasa sakitnya yang semakin parah? Karena aku sudah seringkali melihatnya seperti itu.

Dengan perlahan aku kembali melanjutkan langkah, menuju rumah kecilku. Rumah ini adalah pemberian dari pack saat mereka menemukanku dulu, selamat dari serangan rogue yang membunuh semua keluargaku.

Rumah ini diberikan oleh Alpha Arya, ayah Aradi padaku empat tahun yang lalu. Dan aku sangat bersyukur untuk itu, setidaknya masih ada tempat untukku berlindung di tengah lingkungan yang tidak mengharapkan kehadiranku.

Dengan terburu-buru aku masuk ke dalam, dan langsung mengunci pintunya. Aku merosot terduduk dengan air mata yang sudah tumpah. Astaga, sakit sekali saat melihat mate-ku sendiri tidak menerimaku dan mengabaikanku seperti itu.

Apakah ada yang lebih buruk dari ini? Apakah aku juga akan merasakan jika suatu saat nanti dia akan menolakku? Oh demi Moon Goddess, aku harap tidak.

'Jangan perpikiran seperti itu Chara.' Aku mendengar Jade berbicara di dalam kepalaku. Jade ... dia adalah serigalaku.

Dengan kasar aku mengusap air mata, berusaha menghentikannya agar tidak mengalir lagi. Benar kata Jade, aku tidak boleh berpikiran buruk lebih dulu. Apa yang terjadi di depan, kita tidak pernah tahu.

Dengan gontai aku berjalan menuju ranjang di sudut kamar, memutuskan untuk tidur, sejenak melupakan kenyataan bahwa dunia ini sama sekali tidak menginginkanku.

TBC

***

Keterangan:

- Alpha : Pemimpin tertinggi dari para werewolf dalam sebuah pack.
- Luna : Sebutan untuk pasangan (mate) dari seorang Alpha.
- Beta : Wakil dari seorang alpha.
- Mate : (Soulmate) pasangan/belahan jiwa yang akan dimiliki oleh setiap werewolf.
- Pack : Sekawanan werewolf  yang memiliki wilayah/teritori.
- Rogue : Werewolf  terasing yang tidak memiliki pack, disebut juga wolf  liar.
- Moon Goddess : Dewi bulan yang dianggap sebagai dewinya para werewolf.

Ini cuma sekedar info buat yang belum ngerti istilah-istilah yang mungkin bakal muncul dalam cerita.

Skiá

My Mina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang