Tou Mina (25)

87.1K 8.5K 594
                                    

"Setetes air mata menyatukanku dengan mereka yang patah hati.
Seulas senyum menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam keberadaan.
Aku merasa lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan, ketimbang jika aku hidup menjemukan dan putus asa."

_Kahlil Gibran

___________________________________________________

Chara's POV

Tidakkah ini terasa begitu menyedihkan bagimu?

Terasa begitu menyesakkan, menekan rongga dada sehingga terasa seperti terhimpit beban yang begitu berat. Membunuh secara perlahan. Memuakkan rasanya, saat kita harus menjalani takdir yang tidak pernah sekali pun berpihak.

Aku lelah ... aku merasa begitu lelah dengan semua ini. Segala hal rumit yang terjadi dalam hidupku seperti tidak akan pernah berakhir. Ini adalah kali pertama aku menyesal menjadi diriku sendiri. Menyesali takdir yang mereka sebut hebat menjadi seorang Vasselica, tapi tanpa tahu aku juga mendapatkan beban dan masalah yang sepaket dengan itu semua.

Aradi, orang yang dulu begitu kucintai, berusaha menuntut takdirnya untuk dapat kembali bersamaku. Kemudian Lucian yang sangat aku cintai, dia yang telah menyempurnaan takdirku. Lalu Moreno, sosok saudara yang begitu kurindukan selama ini, tapi mencoba melawan takdirnya hanya untuk mendapatkanku.

Aku ...

Kenapa harus aku?

Aku tidak pernah berharap untuk berada dalam posisi seperti ini. Tidak pernah sekali pun. Aku tidak pernah ingin menjadi seseorang yang begitu serakah, dengan menginginkan semuanya. Satu ... cukup satu. Dan aku sudah sangat bahagia.

Mudah bagiku untuk memilih Lucian, tapi bukan berarti aku dapat membiarkan yang selebihnya saling membunuh. Aku tidak ingin tangan Lucian kotor dengan darah orang lain hanya karena diriku. Tidak ... Lucian terlalu suci untuk itu. Hatinya terlalu bersih untuk menjadi sosok yang begitu mengerikan.

Moon Goddess ...

Apakah aku harus pergi meninggalkan dunia ini barulah ini semua akan berakhir? Begitukah?

Karena aku tidak akan pernah siap menyaksikan mereka yang begitu aku sayangi harus saling membunuh seperti ini. Aku bukanlah seseorang yang pantas untuk mendapatkan penghormatan dari pertaruhan nyawa mereka, aku tidak seberharga itu.

"Luna.. pakailah ini."

Aku mendongak saat melihat sebuah tangan mengulurkan sebuah kemeja berwarna biru muda. Dan melihat Zenas sedang tersenyum ke arahku. Laki-laki itu berjongkok di depanku, bertelanjang dada.

"Tidak perlu Zenas, aku ... "

"Pakailah, Luna. Saya tahu Anda akan keluar setelah ini, tapi setidaknya Anda harus terlihat lebih baik dari ini bukan?" Tanya Zenas dengan pelan sambil mengedikkan kepalanya ke arahku tanpa bermaksud mencela, terlihat jika pancaran matanya begitu mengkhawatirkan diriku. "Saya tidak tahu apa yang terjadi pada diri Anda, Luna. Tapi bibir Anda mulai membiru. Apakah Anda kedinginan?"

"Aku hanya lelah." Jawabku. Memang tidak terasa dingin sama sekali, hanya saja rasa lelah yang menderaku begitu luar biasa, aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Mungkin efek racun itu masih mempengaruhiku. "Terima kasih." Ucapku sambil mengenakan kemeja Zenas. Melapisi pakaian rumah sakit pack Moreno yang sebelumnya hanya menutupi sebagian tubuhku saja.

"Baik jika itu yang kau inginkan. Aku pastikan jika aku sendiri yang akan mencabut jantungmu keluar."

Hal yang aku takutkan terjadi. Aku tahu jika Zenas juga terkejut, sama sepertiku ketika barusan kami mendengar Lucian mengatakan hal itu. Atau lebih tepatnya, yang berbicara tadi adalah Alec.

My Mina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang