Tou Mina (2)

110K 10.3K 278
                                    

"Love never dies a natural death.

It dies because we don't know how to replenish its source.

It dies of blindness and errors and betrayals.

It dies of illness and wound, it dies of weariness, of whiterings, of tarnishing."

_Anais Nin

________________________________________________________________

"Apa yang kau katakan Chara?!" Teriak Amanda marah padaku ketika kami sudah duduk di ruang tamunya.

Aku melirik sekilas ke arah Adam yang berdiri sambil bersedekap di dinding. "Aku ... bukankah lebih baik aku mati saja. Tidak ada gunanya aku hidup sekarang." Jawabku pelan.

Amanda berdiri dari duduknya. "Jangan pernah kau ucapkan kata-kata itu lagi. Hidupmu tidak berakhir di sini!"

"Kau tidak tahu bagaimana rasanya jika mate-mu menolakmu Amanda. Aku ... rasanya mati lebih baik." Balasku lirih.

Adam yang sedari tadi diam berjalan menghampiriku. "Dengarkan aku Chara." Kata Adam pelan sambil memutar tubuhku agar menghadap ke arahnya. "Amanda benar, ini bukanlah akhir dari segalanya."

"Tapi aku ... "

"Masih ada kami." Ucap Adam cepat. "Amanda dan aku akan selalu membantumu."

"Aku ... aku hanya akan menjadi beban untuk kalian."

"Astaga Chara, kenapa kau berpikiran seperti itu? Aku menyayangimu dan tidak pernah menganggapmu beban." Kali ini Amanda sudah mulai melembut.

Aku tahu gadis itu sudah berusaha menahan emosinya sedari tadi. Aku juga tahu benar bagaimana sifatnya. Ya, sejak aku mengetahui jika dia juga sudah yatim piatu sepertiku, kami memang menjadi sahabat dekat yang saling mendukung satu sama lain.

"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini. Aku ... tidak punya tujuan hidup sama sekali." Air mataku kembali luruh.

Adam menarikku ke dalam pelukannya. "Apakah kau ingin meninggalkan tempat ini?" Tanya Adam tiba-tiba sambil berbisik.

Aku menjauhkan tubuhku dari pelukannya. Wajah Adam terlihat seperti sedang menimbang sesuatu sambil menatapku serius.

"Apa maksudmu Adam?" Tanya Amanda yang pasti bisa mendengar apa yang barusan dikatakan Adam.

"Aku bertanya apakah kau ingin meninggalkan tempat ini? Menjauh dari semua ini? Jika kau mau, aku akan membantumu." Adam berkata sambil menatapku. Tidak memperdulikan pertanyaan dari Amanda.

"Aku ... " Pikiranku buntu.

Tapi seketika semua kejadian yang selama ini menimpaku berputar di otakku. Terutama kejadian tadi. Itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.

"Aku ingin pergi dari sini!" Jawabku yakin.

Amanda terkesiap mendengar ucapanku. "Tidak! Apa maksudmu kau ingin pergi Chara?!" Tanya Amanda panik.

Adam menatap Amanda sejenak, kemudian kembali melihat ke arahku. "Aku pikir, ketenangan Chara adalah yang utama saat ini." Gumamnya.

"Kau benar, tapi tidak harus dengan pergi dari sini." Amanda masih tidak setuju.

"Amanda, aku mohon." Pintaku lirih. "Aku butuh menata hidupku lagi, semua yang aku punya di sini sudah hancur bahkan sebelum aku dapat memilikinya. Tidakkah kau mengerti?"

Amanda memandang sedih ke arahku. "Aku ... aku hanya tidak mau kau meninggalkanku." Bisiknya dengan air mata yang sudah tumpah.

Aku juga tidak mau meninggalkanmu Amanda, percayalah. Tapi, bukankah setidaknya aku harus menyelamatkan apa yang tersisa dari hatiku saat ini?  Ucapku dalam hati.

My Mina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang