Prolog

5.9K 243 1
                                    

Senja membuat suhu warna di sore ini menjadi lebih hangat. Seorang gadis dengan wajah manisnya, menikmati sisa-sisa waktunya bersama matahari untuk hari ini. Seorang gadis lain berkali-kali berusaha membuatnya terpanggil namun gadis pertama sepertinya masih enggan beralih dari salah satu sahabat baiknya, melamun.

"IFYYY!!!" 

Entah sudah yang keberapa kali gadis ini meneriaki nama tersebut, si gadis manis yang juga merupakan sahabatnya. Untunglah kemudian salah satu usahanya berhasil. 

"Oh..hh..ehh," ujar Ify sesaat setelah telinganya akhirnya berhasil mendengar seseorang memanggil namanya. Ia melihat ke arah bawah dari atas balkon, tempat ia melamun ria dan menemukan seseorang yang sudah sangat ia kenal. "Eh lo Vi, lo manggil gue ya?" tanyanya amat polos.

Via, gadis tadi, mendengus kesal. "Gue udah naik 3 nada dasar buat manggil lo doang tahu gak!" rutunya pada Ify sambil berteriak. 

Ify terkekeh ringan dan balas berteriak. "Hehe, gak papa lah Vi, sekalian bisa olah vokal kan?" candanya. 

Melihat itu, Via pun makin kesal. "Ah gue mau pulang! Gue gak mau ngajarin lo!" ancamnya seraya berbalik badan hendak pergi. 

"Eh eh jangan dong Vi! Trus ulangan MTK gue gimana?" buru-buru Ify menahan.

Via berhenti dan berbalik. Ia heran melihat temannya itu. "Lo lebih mikirin ulangan lo? Lo gak ada niat minta maaf sama sekali ya, ckckck. Gue beneran pergi kalo gini caranya." Kali ini, Via tak main-main. Ia benar-benar melangkahkan kaki pergi dari kediaman Ify. 

Ify lantas panik seraya berteriak memanggil Via. "Viaaa jangan pergi, iya iya gue minta..AAA!!"

Teriakan Ify mendadak berubah. Via refleks berhenti dan berbalik. Dilihatnya kini, sahabatnya itu tengah bergelantungan di ujung beton dasar lantai balkon. "IFY!" Saat itu juga ia berlari hingga tepat di bawah Ify. 

"Via, tolongin gue!" lirih Ify. Suaranya bergetar dan hampir tak terdengar. Sebenarnya ia bisa saja ia mencoba naik namun tubuhnya sudah terlanjur kaku. Ia tidak berani berpindah walau semili pun.

"Bentar, gue naik ke atas!" Kata Via yang dengan kecepatan lari maksimal menerobos masuk ke rumah Ify menuju balkon kamar gadis itu. Tak lama, Via sudah sampai dan lekas membantu Ify menaikkan tubuhnya ke lantai kembali. 

Mereka berdua menarik napas dalam-dalam ketika kaki Ify tak lagi melayang di udara melainkan mendarat di atas lantai. "Ada-ada aja deh! Bikin panik tahu gak, sih?" cerocos Via setelah Ify berhasil naik.

"Lo sih main pergi aja, gue jauh lebih panik tahu gak?!" balas Ify yang justru tak mau disalahkan.

"Yee..kenapa jadi lo yang marah? Bukannya makasih karena gue tolongin, malah marah-marah! Lo bener-bener pengen gue gak mau ngajarin lo ya?"

"Eh eh jangan marah dong Via cantik? Iya, iya, gue minta maaf dan juga makasih udah nolongin gue hehe." Ify tersenyum sambil membentuk huruf 'v' dengan jari telunjuk dan tengahnya.

"Daritadi kek!" kesal Via. 

Ify hanya nyengir yang lantas mempertontonkan barisan giginya yang terlapis kawat. "Gak jadi pergi kan?" godanya kemudian. 

Via langsung melotot ke arah Ify. "IFY!" 

Ify segera berlari ke dalam kamarnya meninggalkan Via yang gondok di tempat.

***

"Kamu pindah ke sebelah Sion! Kamu pindah ke sebelah Rahmi. Kamu.." Bu Okky terlihat sibuk merombak posisi duduk para siswanya, tepatnya siswa kelas XI IA 3. Ini merupakan kebiasaan rutinnya jika akan melaksanakan ulangan harian. Tidak semuanya, mungkin hanya beberapa siswa yang ia tukar posisi duduknya. Sekitar 10 siswa sudah ia pindahkan. Sementara yang belum kebagian masih berharap-harap cemas semoga mereka benar-benar tidak kebagian pertukaran posisi.

MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang