Part 30 - Undercover

3K 131 4
                                    

Rio keluar kamar dan hendak menuruni tangga ketika pintu depan rumahnya terbuka. Tepat saat itu, terdengar pula suara klakson dan mesin mobil dari luar. Ketika Ify melangkah masuk, Rio mencibir di tempatnya. Ia diam menunggu Ify masuk lebih dalam hingga menaiki tangga.

"Darimana aja lo?" tanya Rio ketus.

Air muka Ify yang tadinya santai langsung berubah jengah. Bahkan hanya sekedar menyambutnya dengan sikap baik saja pemuda ini tidak bisa. Apa kabar dengan cinta nya? Pikirnya. Ify hanya menatap Rio sekilas lalu melengos.

Rio mengernyit tak senang. Bisa-bisanya gadis itu bersikap tidak peduli seperti itu setelah apa yang sudah ia lakukan seharian ini? Dan juga, apa gadis itu tidak sadar kalau ia adalah tuan rumah? Tidak ada hormat-hormatnya sama sekali.

Tanpa disengaja bahu Ify menyentuh bahu Rio dan seketika itu pula Rio meringis. "Ah.." Rio sedikit menggerakkan bahu sekaligus seluruh tangan kanannya dan kembali meringis. Akibat tadi siang ia harus mengecat dinding, lalu memaksakan tangannya untuk membersihkan toilet ditambah harus memijiti tubuh gempal Bu Okky, sekarang tangannya itu terasa nyilu sekali.

Ify berhenti dan berbalik badan bingung melihat Rio tiba-tiba meringis. Rio saat ini memakai sweater lengan panjang sehingga ia tidak bisa mengetahui apa yang terjadi pada tubuh pemuda itu. Apa pemuda itu habis berkelahi?

"Tangan lo kenapa?" Ify tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

Rio menoleh ke belakang sebentar lalu melengos, melakukan apa yang sebelumnya Ify lakukan padanya. Ify meremas tali tas sekolahnya. Ia ragu-ragu untuk menahan Rio atau tidak. Ceritanya kan dirinya masih marah pada pemuda itu. Masa iya orang lagi diem-dieman malah ngajak ngobrol?

Ketika Rio mengeluarkan kunci mobilnya dan beranjak pergi, tanpa pikir panjang lagi Ify langsung berlari menyusul pemuda itu. "Lo mau kemana?" tanyanya yang saat ini berdiri di samping Rio.

Rio menatap Ify dengan tatapan dingin andalannya sesaat lalu berjalan lagi tanpa menjawab pertanyaan gadis itu lebih dulu. Meski dalam hati ia girang bukan kepalang. Ini hukuman buat lo, Ify!!

Karena gemas dengan Rio yang tak kunjung memedulikannya, Ify dengan sengaja meremas pelan lengan Rio yang bermasalah tadi dan merebut kunci mobil yang digenggam pemuda itu.

Rio mengerang sakit sekaligus kaget karena Ify tiba-tiba menyentuh lengannya. "Lo gila ya?!" maki Rio.

Ify mendengus tak kalah kesal. "Ini udah malem, tangan lo sakit kayak gitu terus mau lo pake buat megang stir? Siapa yang lebih gila disini?"

Meski semua yang dikatakan Ify adalah kebenaran, gengsi seorang Rio masih terlalu kuat untuk disingkirkan. "Tangan gue gak kenapa-kenapa. Gak usah sok tau lo!"

Ketika Rio hendak merebut kembali kunci mobilnya, Ify malah mengayunkan benda tersebut ke lengan Rio yang baru saja ia bilang 'gak kenapa-kenapa' itu. Alhasil, Rio mengerang lebih keras dan mendelik ke arah Ify. Sementara Ify menatapnya tanpa dosa tanpa rasa bersalah.

"Sok 'gak kenapa-kenapa' sih lo, kayak cewek aja." Gumamnya seraya menirukan nada bicara Rio sebelumnya.

"Mau gue gak kenapa-kenapa kek, mau gue kenapa-kenapa kek, apa peduli lo?" Sewot Rio.

Cih, ngomongin diri sendiri, Mas? Kalimat itu cocoknya gue yang bilang. Batin Ify menyahut.

Ify hendak mengayunkan lagi kunci mobil ke arah lengannya jika Rio tak segera menahan gadis itu dengan tangannya yang lain. "Kok sekarang jadi galakan lo sih daripada gue?" Gumam Rio, antara memang berniat bertanya atau hanya sekedar berucap.

Ify langsung mendelik tajam dan untuk ketiga kalinya berusaha mengayunkan kunci mobil Rio ke lengan pemuda itu. Rio pun tentu dengan sigap menahan tangannya. "Tuh kan!" Geram Rio lagi tanpa melepas terlebih dulu tangan Ify yang ia tahan tadi.

MatchmakingWhere stories live. Discover now