Part 26 - It's Just A Wave

2.7K 133 0
                                    


"Kak ACHA!"

Ify termangu mendengar nama yang disebut Dea barusan. jantungnya berdebar tak karuan. Firasat tak enak yang sempat dirasakannya sekarang semakin kuat. Ia menutup matanya sejenak seraya mengatur nafas sekaligus menenangkan diri.

Tak jauh beda dengan Rio. Pemuda itu membeku ketika daun telinganya menangkap jelas pekikan suara gadis di sebelahnya, Dea. Bukan pekikannya yang menjadi masalah, tapi apa yang dipekikkan gadis itu. jantung Rio ikut-ikutan berdegup tak sabar. Firasat tak enak juga tak luput dirasakannya, sama seperti Ify.

Berbicara tentang Ify, ia jadi teringat gadis itu. apa yang sedang gadis itu lakukan sekarang? Bagaimana reaksinya? Sedikit banyak, Rio merasakan keingintahuan tentang sikap gadis itu saat ini. ia melirik kaca di samping atas kepalanya. Muncul bayangan Ify disana sedang menutup mata dan menghela nafas lelah. Sontak pandangan matanya berubah lirih. Ia tidak yakin setelah ini Ify tidak akan tersakiti olehnya. Lagi. Untuk kesekian kali.

Sepuluh menit lebih akhirnya Dea menutup bincang-bincangnya bersama Acha. Ia menatap layar ponselnya berseri-seri. Tanpa merosotkan senyumnya, Dea memasukkan kembali ponselnya tersebut ke dalam tas. Ia menatap ke depan dan kemudian berseri-seri lagi. "Kakak tau gak.." katanya menggantung tanpa memberi tahu secara jelas siapa yang ia ajak bicara. Akan tetapi, dua manusia yang semobil dengan gadis itu pasti tahu siapa yang di ajak bicara. Terutama Ify. Mana mungkin Dea berbicara padanya, apalagi kalau bahasannya tentang gadis bernama...ah gatau deh!

Rio menyahut singkat tanpa menoleh ke arah Dea. Bukan kesal pada Dea, ia justru takut 'tanpa sengaja' bertemu pandang dengan Ify. Kali ini, dirinya yang 'takut' dengan gadis itu. "Apa?"

Dea tersenyum miring seraya memiringkan kepala sedikit. "Kenaikan kelas...Kak Acha balik!!" Dea bersorak di penghujung kalimatnya.

Ify seketika melengserkan kepalanya hingga membentur kaca mobil Rio pelan. Ia memandang awan-awan putih yang mobil Rio lewati. Matahari, kamu kemana? Jangan tinggalin aku ya! Batinnya ngelantur sekaligus pasrah.

Rio meremas stirnya kuat. Ia frustasi pada perasaannya sendiri. Apa yang ia rasakan dan yang seharusnya ia rasakan saat ini ia tak tahu. Tak mengerti. Ketidakadilan melanda hatinya. Kenapa? Kenapa disaat dirinya berniat melupakan malah dipancing seperti ini? Memang sih, dirinya bukan ikan yang begitu melihat kail, apalagi yang dililitkan cacing di busurnya, pasti langsung menyambar.

Akan tetapi, dirinya juga tidak punya kuasa menahan ego hatinya untuk suatu waktu menyambar kail yang diarahkan padanya. Dalam hal ini, Acha. Orang yang dulu tertancap dalam di hatinya atau mungkin masih sampai sekarang.

Arrggh!! Benar-benar...siapa, siapa si kurang ajar yang sudah berkali-kali mengobrak-abrik jalan pikiran serta aliran hatinya? Ayo kemari berganti posisi dengan dirinya. Coba saja rasakan menjadi dirinya sebentar. Mari bertaruh, sampai kapan akan sanggup bertahan. Dan kalau begitu, Rio pasti akan menang. Karena tidak akan ada yang sanggup. Dan mungkin juga dirinya.

"Kak? KakYo?" tegur Dea karena merasa diabaikan.

Rio tersadar dan menoleh sebentar pada gadis itu, akhirnya. Gadis itu tampak mengernyit kurang senang. "Kok diem aja sih? Kakak gak seneng ya kakCha balik?" tanyanya curiga.

Rio diam sebentar lalu menjawab kaku. "Hah? Se-seneng.."

Di belakangnya, Ify mendengus singkat. Bukan Rio, tapi dirinya yang tidak senang. Lantas ia merasa bersalah dalam hati. Acha tidak melakukan sesuatu yang buruk padanya tapi ia begitu tak 'suka' mendengar kabar kedatangannya. Akan segera terjadi.

Ify memijat pelan keningnya. Kepalanya mulai terasa nyut-nyutan. Hatinya lebih lagi.

***

Seperempat malam berlalu dan kesunyian di mobil Rio masih belum berubah. Ditambah lagi dengan sudah tidak adanya Dea diantara mereka. Belum ada sepatah katapun keluar dari mulut Ify dan Rio semenjak ditinggal gadis itu.

MatchmakingWhere stories live. Discover now