Sekuel Rify 2

5.1K 173 44
                                    

It's always quality over quantity. - Rify

***

Ify berdiri di depan lift yang pintunya masih tertutup. Lift tersebut masih berjalan naik dan belum kembali ke lantai dasar tempat ia saat ini berada, lobi hotel milik suaminya tercinta alias Rio. Sembari menunggu, ia mengeluarkan ponselnya lalu mencoba menghubungi Rio. Hingga panggilan ke-3, panggilan tersebut tak kunjung dijawab oleh pria yang sudah 5 hari tidak ia temui itu.

Terakhir bertemu, Rio meminta izin untuk pergi keluar kota mengurus pekerjaan yang berkaitan dengan hotel yang dikelola pria itu. Awalnya hanya 3 hari, tapi Rio tiba-tiba memperpanjang kepergiannya hingga nyaris seminggu, tepatnya hari ini.

Lalu, apa tujuannya mengunjungi hotel Rio? Apakah ia sekarang resmi bekerja bersama suaminya?

Na—na.

Kedatangannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Seratus persen justru berkaitan dengan Rio.

Pintu lift yang akhirnya terbuka sesaat mengalihkan perhatian Ify dari ponsel. Ia melangkahkan kakinya memasuki ruang sempit yang dapat naik-turun tersebut. Lift kemudian membawanya sampai ke lantai 14, 3 lantai sebelum puncak bangunan, sekaligus lantai khusus untuk istirahat para pejabat tinggi hotel.

Keluar dari lift, Ify berjalan lambat menuju sebuah ruangan yang sudah ia pandangi dengan intens dari detik pertama ia sampai di lantai tempatnya berdiri sekarang. Tidak ada ekspresi khusus yang tercetak di wajahnya. Meski pada kenyataannya, hal itu hanyalah sebuah siasat untuk menutupi gemuruh yang saat ini mengisi relung hatinya.

Ia berhenti tepat di depan pintu kamar yang ditempeli lambang VVIP. Ia memeriksa ponselnya kembali dan belum ada panggilan balasan dari Rio. Ia juga sekaligus melihat jam digital yang tertera di sana dan mengetahui saat ini masih jam setengah 7 pagi.

Pantas saja ketika ia keluar rumah tadi, suasana masih gelap. Ia tidak terpikir untuk melihat jam saat itu. Sejak semalam hingga ia terbangun dari tidur, kepalanya hanya memikirkan kalau ia harus mengunjungi Rio saat ini.

Loh, bukannya Rio masih berada di luar kota sekarang?

Ify tersenyum tipis. Ia juga 'berharap' seperti itu. Akan tetapi, mari coba kita pastikan bersama.

CEKLEK.

Pintu tertutup dengan pelan meskipun masih menyisakan bunyi lemah. Langkah Ify sempat terhenti manakala mendapati sepasang sepatu yang begitu familiar di matanya. Sepatu tersebut adalah sepatu yang paling sering Rio gunakan akhir-akhir ini, sekaligus menjadi sepatu yang melingkupi kedua kaki Rio ketika pria itu hendak pamit keluar kota.

Sekali lagi, senyum tipis Ify muncul. Hanya saja, senyum tersebut juga mengawali babak baru dari peningkatan degub jantungnya. Ia kini telah memastikan kalau ia telah datang di tempat dan waktu yang 'tepat'.

Ia melanjutkan langkah menuju area dalam kamar. Walau sudah menyangka sebelumnya, tetap saja ia merasa terkejut menemukan seseorang yang sudah ia 'cari-cari' selama nyaris semingguan ini, yang tak lain adalah Rio. Pria itu masih terlelap dengan posisi bergelung dalam selimut.

Ify meremas pelan tanganya yang menggenggam ponsel di depan dada. Hatinya berkecamuk. Ia tidak berani berspekulasi sudah sejak kapan Rio menginap di kamar ini karena artinya, selama itu pula Rio telah berbohong padanya. Dibohongi itu akan mematikan harapan untuk percaya, belum dihitung sakitnya. Ia tidak sanggup mengemban derita yang berat, lagi.

Yang lebih menyedihkan adalah sebagian hatinya justru terpuaskan setelah melihat Rio. Perasaan tersebut hebatnya malah lebih mendominasi ketimbang kekecewaan yang menderanya hingga detik ini.

MatchmakingWhere stories live. Discover now