Part 13 - Stay In, Stay Out

4.4K 159 6
                                    

Jam setengah 7 pagi. Begitulah yang berusaha diberi tahu oleh jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri Via. Akhirnyaa sampai di rumah jugaa! Batinnya lega. Saat ini, kakinya sudah berhasil menginjak bagian depan kediamannya setelah semalaman ia terpaksa menginap di kamar Ferdi. Ia sangat bersyukur Iel tak lagi mengejarnya setelah kejadian di kantin Kenko.

Ia dapat dengan mudah membuka pintu rumah yang kebetulan tidak di kunci. Tak ayal, Fira langsung menghambur ke arahnya serta menanyakan perihal keadaan dirinya maupun Ferdi, Ayah Ify.

"Viaa, kamu pulang juga! Kamu baik-baik aja kan? Eh terus, Om Ferdi, dia sakit apa? Kok bisa sampai masuk rumah sakit?" Tanya Fira tak sabaran.

"Via sehat, Ma. Kalo Om Ferdi, kata dokter sih cuma kecapekan." Jawab Via tak semangat. Ia mengantuk sekali sekarang. Jadi, tak heran jika suaranya terdengar kurang jelas karena ia beberapa kali menguap.

"Hmm..eh kamu udah sarapan?" Tanya Fira lagi.

Via memandang ke arah ibunya sebentar. "Hoam..Via ngantuk, Ma. Via juga baru makan jam 2 tadi, masih kenyang. Via ke kamar dulu deh!" Tukasnya dan lantas berlalu dari hadapan Fira.

Sesampainya di kamar, Via menyempatkan diri melihat ke cermin, memastikan bagaimana penampilannya saat ini. Ia baru sadar rambutnya masih tercepol hingga sekarang. Via kemudian melepas ikatan di rambut sehingga rambutnya itu dapat merasakan kebebasan setelah sekian lama. Ia melangkah mendekati meja rias hendak mengambil sisir. Setidaknya ia harus merapikan untaian rambutnya agar tak terlalu berantakan saat bangun tidur yang kedua kali nanti. Namun, melihat rambut panjangnya yang tergerai, entah kenapa ia teringat akan gadis yang mengganggu ketenangan hati dan pikirannya semalam.

Gadis yang sudah ia ambil kesimpulan adalah kekasih Iel. Orang yang emm..dikaguminya. Entahlah sekarang sudah menanjak ke batas yang mana. Yang jelas, mulai saat ini, apapun perasaan yang awalnya ia persembahkan untuk pemuda itu, akan segera dikoreknya dalam-dalam lalu kemudian ia buang jauh-jauh dari dasar hatinya.

Ia menyisir rambutnya menggunakan jari seraya memperhatikannya lekat-lekat di kaca. "Rrrr!!!" Geramnya seketika. Tangannya bergerak cepat mengacak-ngacak isi laci meja riasnya. Ia hendak mencari gunting.

Gunting? Untuk apa? Hmm, lihat saja apa yang akan gadis ini lakukan.

Tak butuh waktu lama, Via akhirnya menemukan benda pemotong itu. Ia menatap sekali lagi bayangan dirinya di cermin. 1...2...3...

SREET!

***

CKLEK!

Pintu ruangan Ferdi terbuka. 2 orang pemuda dengan wajah memikat berjalan masuk ke dalam. Ify tak begitu mengacuhkan. Ia masih setia memeluk Ferdi. Sementara Agni, ia menoleh ke belakang memastikan siapa kedua pemuda itu.

Ia melihat Cakka dan Rio sedang berjalan mendekat. Ia tersenyum sekilas pada Cakka sementara menatap Rio dingin. Ia melengos ketika bertukar pandang dengan pemuda itu. Membuat Cakka sedikit bingung mendapati sikap mereka berdua.

Agni lantas berjalan mendekati Rio dan menarik paksa pemuda itu keluar. Lagi-lagi, Cakka memasang tampang tidak mengerti. Ia kemudian mengikuti kedua orang tersebut.

"Apaan sih?!" Protes Rio pada Agni setelah benar-benar berada di luar.

Agni menatapnya datar dan kemudian tertawa mengejek. "Ngapain lagi lo kesini?" Deliknha seraya melipat kedua tangan di dada.

Rio memalingkan wajahnya mendengar itu. "Bukan urusan lo!" Jawabnya datar. Kalau saja ia tidak diperlakukan semena-mena tadi, ia mungkin akan sedikit beramah-tamah dengan gadis di hadapannya. Ia memasukkan kedua tangannya ke kantong celana.

MatchmakingWhere stories live. Discover now