Part 7 - Look To Get Closer

3.2K 144 1
                                    

Lo beneran gak suka dijodohin sama gue?

Kata-kata itu terus terngiang dalam benak Rio. Entah sudah berapa menit waktu berlalu namun pikirannya masih saja jalan di tempat, pada hal yang sama pula. Ia terlihat beberapa kali menghela nafas dan menepuk-nepuk dada kirinya. Ada yang aneh dengan jantungnya. Akhir-akhir ini, ia seringkali berdebar. Entahlah pada saat itu ia sedang melakukan atau memikirkan apa.

Mungkin jika ia sadar apa yang sedang ia lakukan sekarang, ia sudah berhasil memperoleh satu petunjuk akan misteri debarannya itu. Sayangnya, cowok manis ini terlalu lamban meyakinkan diri sendiri. Ia terlalu sibuk mencari clue-clue yang lain sementara jawaban dapat dengan mudah ia temukan jika ia mau mengalah dengan hatinya.

"Ya udah sih, lo udah jujur kalo lo emang gak suka sama drama jodoh-jodohan ini. Apalagi? Kenapa lo jadi pusing?" Ujarnya pada dirinya sendiri.

Ia meremas rambutnya frustasi menghadapi hatinya yang abu-abu. Silang opini antara iya dan tidak terjadi dalam dirinya. Ia bukannya tidak mau tahu tentang penyebab perasaannya bergejolak. Akan tetapi, belum ada keberanian dalam dirinya menelusuri itu semua. Makanya, untuk saat ini, ia hanya berpura-pura untuk buta analisa.

***

"Lo gak tahu basket sama sekali?" Tanya Cakka langsung sembari mendrible benda bulat, orange, dan agak berat miliknya.

Agni mengangguk pelan. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri akan kebohongannya barusan. Kebohongan bahwa ia tidak tahu basket. Jelas, bagaimana mungkin ia tidak mengetahui permainan 5 lawan 5 itu?

Agni tahu bahkan sangat akrab sekali dengan basket. Ayah angkatnya ialah seorang basketholic, tentu sangat menyukai basket. Kiki, Rizky Patrick Egeten, dalam dunia olahraga terutama perbasketan, siapapun tahu siapa dia. Salah satu atlit basket berbakat yang sudah beberapa kali mengantongi kemenangan telak bersama timnya. Dan yang teramat penting, pemuda ini sering mengajak adik tirinya duel. Siapa lagi kalau bukan Agni? So, that's so definitely imposible jika seorang Agni merasa awam tentang basket.

Cakka tersenyum menantang. Dari awal-awal pertemuan, ia tahu ada yang spesial dari Agni. Dari luarannya saja semua orang tahu dia tidak seperti gadis SMA biasanya. Luaran gadis itu unik begitu juga tingkah gadis itu. Apalagi, baru kali ini ia temui ada anak perempuan yang kelihatan begitu santai di depannya. Entah kenapa ia jadi termotivasi untuk bisa lebih dekat dengan gadis itu. Bila selama ini kaum hawa yang berusaha maksimal untuk terlihat bagus di depannya, kali ini justru dirinya yang ingin tampak mengagumkan di mata Agni.

"Kalo gitu, gue bisa dong pamer sama lo?" Ujarnya.

Agni langsung memasang tampang tak mengerti. "Maksud..lo?" Tanyanya ragu.

Cakka tak menjawab. Ia malah menyodorkan bola basket yang tadi ia pantul-pantulkan. Agni mengambilnya ragu-ragu. Namun sedetik kemudian, Cakka kembali merenggut bola itu. "Gak semudah itu!" Kata Cakka sambil mendrible bola mendekati ring dan melakukan shooting.

Masuk! 1-0 untuknya.

Agni mulai mengerti maksud Cakka. Pemuda tampan ini berniat mengajaknya duel. Cakka kembali mendrible bola dan Agni menghalaunya dari depan.

"Curang!" Tuduh Agni. Ia tersenyum menatap Cakka.

"Oh ya?" Balas Cakka tak gentar. Ia hendak bergerak ke kiri namun Agni dapat dengan mudah membaca hal itu.

Agni dengan santainya merebut bola yang semula ada di pihak Cakka. Shooting dan yap masuk. Three point!

Cakka melongo melihat apa yang baru saja dilakukan Agni. Three point? Bagaimana mungkin gadis yang –pura-pura- tidak tahu basket sama sekali melakukan itu? Jangan bercanda! Pikirnya.

MatchmakingNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ