Part 28 - Bogor?

2.7K 145 0
                                    

Pagi ini, Ify bangun lebih cepat dari Rio. Ia bangun ketika Rio masih terlelap. Ia melirik ke arah jam dinding dan spontan mengerutkan dahi karena saat ini bukan waktu yang terlalu awal untuk bangun. Bahkan boleh dibilang agak terlambat. Ia lalu mengedikkan bahu tak begitu peduli. Karena jika ia peduli, keterlambatannya akan menjadi lebih panjang.

Hingga selesai mandi bahkan menata rambut di depan cermin, Ify belum sekalipun bertemu Rio lagi. Setelah ia beres mandi dan berpakaian, pemuda itu sudah menghilang dari atas kasur dan tidak pernah kembali ke kamar.

Ify mengedikkan bahu, lagi. Akan jauh lebih baik kalau ia tidak bertemu dengan Rio. Sikapnya semalam sejujurnya hanya sekedar memberi pelajaran pada pemuda itu. Akan tetapi, kalau memberi pelajaran sekali rasanya tidak cukup. Mengingat sikap menyebalkan Rio sudah terjadi berulangkali. Kalau Rio bisa bersikap dingin maka ia juga bisa. Dan akan ia lakukan mulai hari ini. Saat ini tepatnya.

Ify menguncir kuda rambutnya kesamping. Itu sudah menjadi style rambutnya sejak dulu. Hanya saja, sekarang, ia sedikit melupakan style rambut kesayangannya itu dan kembali teringat hari ini. Mungkin karena semalam ia agak gerah ketika belajar dengan rambut tergerai. Selain alasannya karena kelakuan Rio.

Ify menatap cermin untuk yang terakhir kali. Ia juga mulai memakan lolipop lagi setelah beberapa waktu berhenti karena dilarang papanya. Ia lebih terlihat seperti anak sd ketimbang anak sma. Ditambah dengan wajahnya yang memang masih imut-imut. Tapi, baguslah. Ia jadi merasa lebih muda dengan usianya yang menurutnya sudah mulai tua ini.

Ify berjalan mendekati tasnya di dekat meja belajar. Ia kemudian duduk di atas kasur sambil memasukkan buku-buku yang ada di daftar pelajaran hari ini. Di saat yang bersamaan, ia mendengar suara pintu dibuka dan ada derap langkah masuk ke dalam kamar.

Tak usah menoleh untuk memeriksa, Ify sudah tahu siapa yang masuk itu. Pasti Rio. Jelas sekali dari caranya melangkahkan kaki dan aroma tubuhnya. Entah sejak kapan Ify mulai memerhatikan atau bahkan hafal. Ia sempat tertegun karena sebegitu hafalnya ia akan sosok Rio. Apa Rio juga memiliki daya ingat seperti itu untuknya?

Tak tahu kenapa, pertanyaan yang baru saja merasuki kepalanya itu sanggup menyesakkan dadanya. Padahal, hal-hal seperti itu sudah sangat sering terjadi pada Ify. Tapi, kenapa untuk saat ini, hal itu terasa menyakitkan sekali? Ia terpaku menatap buku yang hendak ia masukkan ke dalam tas. Gerakannya juga terhenti.

Tapi, tiba-tiba, angin sejuk menghampiri rongga dada Ify. Ia teringat akan dirinya yang selalu saja ketahuan oleh Rio. Bahkan ketika raganya tidak bisa dikenali sewaktu menyamar menjadi Zaza. Meskipun kesal, tapi ada juga perasaan berbunga-bunga yang mengapung di hatiya. Bukan bermaksud besar kepala atau bahkan geer, tapi, sepertinya Rio jauh lebih tahu tentang dirinya ketimbang sebaliknya.

***

Rio berdiri lama di depan pintu kamarnya. Baru kali ini ia gugup untuk masuk ke kamarnya sendiri. Gagang pintu terasa sangat dingin di tangannya. Atau mungkin dingin itu berasal dari tangannya sediri.

Setelah menarik nafas berulang-ulang, ia kemudian melangkah masuk ke dalam kamar. Pintu kemudian ditutup dan ia menyembunyikan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Matanya dengan cepat menangkap sosok Ify yang terduduk di atas kasur. gadis itu diam sebentar seperti memikirkan sesuatu lalu melanjutkan memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Rio menarik nafas sekali lagi dan rasanya ia agak susah bernafas.

Kenapa Ify seimut itu pagi ini?! pekiknya dalam hati. Dadanya terasa hangat. Ia melangkah perlahan mendekati Ify setelah dapat mengatur geraman di hatinya.

"Lo..." katanya mengambang diudara. Lidahnya kelu manakala kepala Ify tegak dan menatapnya. Dibanding tadi, sisi imut Ify lebih terlihat jelas sekarang. Kening gadis itu berkerut menunggu Rio melanjutkan ucapannya. Tapi, sepertinya pemuda itu tidak kelihatan ingin melanjutkan.

MatchmakingWhere stories live. Discover now