Part 27 - Satu Momen Bahagia

3K 140 5
                                    


Via meneguk ludahnya cepat. Naik motor? Sama Gabriel lagi? Cukup sudah jantungnya dibuat berdebar karena harus pulang dengan naik motor apalagi justru ditambah dengan pemilik motor yang akan ditumpangi. Beberapa orang di sekitar mereka sudah memperhatikan lamat-lamat sedari tadi. Hal itu makin memperparah stres yang melanda Via.

Gabriel mendesah singkat. "Lo mau terus-terusan jadi tontonan orang-orang? Cepetan naik!" perintahnya tanpa meminta persetujuan.

Via menggerutu sebal dalam hati. Hari ini sudah kesekian kalinya Gabriel membuatnya kesal. Mulai dari merebut paksa kursi Ify, membawanya kabur dari latihan vokal sekolah pertama dan sekarang memaksanya ikut naik di atas motor pemuda itu. "Pak Gabriel, engkau sungguh menyebalkan hari ini!" cerocos Via.

Gabriel mendesah lagi lalu menaikkan kaca penutup helmnya. Menunjukkan wajahnya pada Via. "Lo nurut aja kenapa sih?"

"Lo gak maksa aja kenapa sih?" sewot Via. Kalau soal adu mulut, ada kemungkinan dirinya akan menang. Ia cukup lihai dalam hal itu.

Gabriel kemudian mencoba memperlembut ajakannya. Ia tersenyum manis pada Via. Manis sekali! Hingga Via harus cepat-cepat memalingkan wajah menyembunyikan pipinya yang bersemu. Dan itu juga termasuk salah satu perilaku menyebalkan dari Gabriel. Membuatnya tersipu.

"Iss iya, iya! Gue ikut! Puas lo?!" Mau tak mau Via segera naik mengambil posisi duduk di belakang Gabriel.

Gabriel tersenyum puas melihat itu. "Gak butuh pegangan?" tawar Gabriel seraya menggerak-gerakkan kepala menunjuk pinggangnya.

"Gak! Udah cepetan jalan!" ujar Via jutek dan mengacungkan tatapan sangar ke arah Gabriel.

Gabriel tersenyum lalu mengedikkan bahu. "Yaudah!" serahnya.

BREMBREM!!

Gabriel memutar gas motornya kuat sebelum memasukkan gigi. Hal itu seketika membuat kaget Via dan refleks memeluk pinggang Gabriel. "AA!" teriaknya histeris. Ia memeluk pinggang Gabriel erat sekali.

Gabriel tak ayal tertawa mengetahui ketakutan Via. "Katanya gak butuh pegangan," ledeknya kemudian.

Via mendesis dan langsung melepas pelukannya. Baru saja membuka mulut hendak membalas, Gabriel tiba-tiba melajukan motor cukup kencang. Alhasil, setelah sempat terdorong ke belakang, badan Via lalu terhuyung ke depan dan wajahnya yang malang membentur bagian belakang helm Gabriel.

"Hidung gueee!!" pekik Via kembali histeris.

Gabriel hanya tertawa tanpa dosa. Via mendengus keras sambil mengusap-ngusap hidungnya yang nyut-nyutan. "Kalo hidung gue tambah pesek, gue patahin hidung lo!" ancamnya dan memasang tampang mengerikan pada Gabriel meski pemuda itu tidak dapat melihatnya. Sekali lagi, Gabriel hanya tertawa tanpa merasa ada salah sedikitpun.

***

"Kamu, kan sudah saya bilang, kaki kamu belum sepenuhnya pulih. Tidak boleh dilangkahkan lebih dari 5. Malah kamu bawa lompat-lompat." Tegur sang dokter pada Alvin.

Alvin mendengus kesal. Dirinya terkesan idiot sekali karena dokter mengatakan dirinya seperti sengaja berlompatan ria. "Saya gak lompat-lompat dok!" hanya itu yang mampu ia sanggah. Malas juga berdebat dengan dokter di depannya ini.

Dokter hanya geleng-geleng kepala lalu menoleh pada Febby. Febby sedari tadi hanya diam berdiri di seberang si dokter, di sebelah ranjang Alvin. Pikirannya sedang kacau saat ini jadi ia lebih memilih menjadi penonton saja. Lagipula, tidak ada yang berharap dirinya bicara, kan?

"Nah Febby, tugas kamu ngolesin salep ke kaki Alvin lalu di perban. Kamu bisa, kan? Atau saya panggilkan suster aja?" tawar sang dokter kemudian.

Mata Alvin secara spontan langsung mendelik ke arah dokter seperti 'Mau apalagi dokter menyebalkan ini?' dan membuat Febby meringis. Tidak, tidak, macan di depannya kini sedang mengamuk. Bahaya kalau didekati apalagi disentuh.

MatchmakingWhere stories live. Discover now