Part 1 - The Squads

5.5K 227 9
                                    

4 orang gadis bersama-sama menikmati waktu lengang mereka usai satu minggu merasakan kepenatan di sekolah. Agni, Shilla, Via dan Ify. Mereka saat ini berada di rumah Ify, tepatnya gazebo halaman belakang rumah gadis itu. 

Rumahnya tidak terlalu besar. Hanya saja ayah Ify sengaja membuat halaman yang agak luas di belakang rumah. Rencananya sih agar anak-anaknya nanti tak merasa bosan sehingga dapat bermain di halaman belakang. Akan tetapi, kenyataannya ia hanya punya seorang anak dan itu Ify. Istrinya alias Mama Ify alias Gina meninggal saat Ify berusia 7 tahun akibat komplikasi usus buntu.

                Lupakan masalah itu, kembali kepada 4 gadis cantik tadi. Ify tak henti-hentinya memajang senyum sejak kemarin. Ia masih terlalu senang mengingat-ngingat kejadian UHnya waktu lalu. Via sudah biasa dengan tingkah sahabatnya itu. Ia pun tak terlalu menghiraukan. Sementara Agni asyik dengan dunia gamenya. Mata dan pikirannya terpusat pada PSP yang ia mainkan. Lalu Shilla? Sudah setengah jam lebih gadis itu hanya menumpu dagu pada lututnya sambil sesekali melirik ke arah ponsel. Ia seperti menunggu sesuatu terjadi pada ponsel itu. Ia sendiri pun bingung dengan apa yang sedang ia tunggu.

                "Kenapa lo?" tanya Agni tanpa menoleh sedikitpun pada sasarannya. Alhasil Via dan Ify serentak menoleh padanya hingga tak lama mereka sama-sama menoleh pada Shilla. 

Shilla sendiri masih setia dengan posisinya semula. Ia tak ikut menoleh ke arah Agni maupun Via dan Ify. "Tau!" jawab Shilla asal. Ia tahu ia yang Agni maksud.

                LOSE. Kata itu muncul di layar PSP Agni. Jempolnya berhenti menekan tombol-tombol yang ada. Ia mendesis pelan dan lantas meletakkan PSP itu lalu merubah posisi tubuhnya menjadi duduk menghadap ke arah Shilla. "Alvin?" tanyanya, lagi. 

Shilla akhirnya menoleh. "Dia lebih tua 2 bulan kali dari lo." Protes Shilla.

                "Bodo amat," Agni mengedikkan bahu tak peduli dan lebih tertarik untuk mengamati air mancur yang ada di halaman belakang rumah Ify. 

"Kalo kangen ya telpon kali, gak usah galau gitu lah!" Kali ini Via yang berbicara. Ia menselonjorkan kakinya dan menyender pada papan tepi gazebo sambil memejamkan mata sejenak. Ify hanya manggut-manggut mendengar Via. Ia duduk bersila sambil mengetuk-ngetuk pipinya yang ia gembungkan, dengan kedua telunjuk.

                "Masa gue lagi sih?" rengut Shilla. Ia pun menenggelamkan kepalanya, frustasi. Masa gue terus yang chat dia duluan? Aisshh. Batin Shilla galau. 

                 Agni kembali menoleh pada Shilla dan menggeleng pelan. Tangannya kemudian bergerak cepat mengambil ponsel Shilla. "Kebanyakan mikir dah!" Katanya geram. Jempolnya lalu menari indah di atas susunan tombol pada ponsel yang direnggutnya barusan.

                Shilla lekas mendongak segera dan menatap sangar Agni yang mengambil alih ponselnya tersayang. "Heh, lo mau ngapain?!" tanyanya tak kalah sangar. 

                "Mau chat 'Kak' Alvin," Jawab Agni santai.

                "WHAT?! Balikin hape gue!" 

                Agni tak lagi mengetik. Ia lekas mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. Sang pemilik mengambil dengan kasar diikuti dengan tatapan singa lapar. 

                Shilla langsung mengecek kembali isi ponselnya itu dan kemudian tidak menemukan hal spesial. Semua masih sama seperti terakhir kali ia menggunakannya. Ia pun menghela napas lega.

                Melihat itu, Agni tersenyum geli. "Tenang aja, udah gue delete kok." Agni sudah mengambil ancang-ancang untuk lari. 

MatchmakingWhere stories live. Discover now