Part 5 - Let's Talk About Cagni

4.2K 171 1
                                    

Minuet. Panti asuhan itu terlihat tenang. Ada sekitar 10 anak yang diasuh di sana. Pastinya dengan berbagai alasan. Ada yang karena kedua orang tuanya tidak mampu, ada yang karena sudah yatim piatu bahkan ada yang dengan sengaja meninggalkan mereka disana. Ironis memang. Tapi untunglah, mereka semua terlihat bahagia tinggal di panti asuhan Minuet ini.

Panti asuhan Minuet awalnya merupakan sebuah rumah milik bangsawan Prancis. Namun karena sudah tidak digunakan, ia pun menjadikan rumahnya itu sebagai panti asuhan, panti asuhan minuet. Minuet itu merupakan bahasa Prancis dari tengah malam. Ia menamakan itu karena mengandung arti kesunyian dan ketenangan. Karena setiap tengah malam suasana yang ada ialah sunyi dan tenang. Ia ingin kehidupan di panti ini kelak akan seperti itu.

Kembali pada penghuni panti asuhan minuet. Beberapa anak terlihat masih berada di ranjang masing-masing. Ada 3 orang yang sudah bangun dan membantu membersihkan serta membereskan panti.

"Niii! Niaa!" Panggil sang ibu asuh, Lia, pada salah satu anak panti disana.

"Ya bu, kenapa?" Sahut seorang anak kecil, perempuan, yang Lia maksud. Ia Nia, ya hanya Nia. Ia tidak punya nama lengkap, ia hanya suka dipanggil Nia. Jadilah semua orang memanggilnya Nia.

Nia menghampiri Lia yang terlihat sedang memeriksa isi kulkas. "Kamu bisa bantu ibu, nak?" Tanya Lia lembut. Ia kemudian menutup kembali pintu kulkas tersebut.

"Bantu apa?" Tanya Nia balik.

Lia tersenyum melihat gadis kecil yang manis di hadapannya. "Tolong belikan kangkung 2 ikat ya di pasar, kamu bisa kan?" Pinta Lia.

Nia tersenyum dan mengangguk pelan. Ia menyodorkan tangannya seperti meminta sesuatu. Tentu saja uang untuk membeli kangkung itu. Lia kemudian memberikan selembar uang lima ribu dan Nia pun menerimanya. Dengan segera ia melangkahkan kaki menuju tempat yang Lia maksud. Pasar.

***

Nia baru saja membeli 2 ikat kangkung seperti yang dipesan Lia padanya. Ia dalam perjalanan pulang sekarang. Jarak pasar dari panti tidak cukup jauh. Namun, untuk seorang anak 5 tahun seperti Nia, mungkin agak jauh. Tapi itulah yang Nia sukai, berjalan di pagi hari itu sangat menyenangkan baginya. Ia menikmati udara pagi itu. Terasa segar dan menyejukkan. Lumayan dingin, ia pun mengeratkan sweaternya.

Tiba-tiba tangis alam menitik. Yap, hujan. Tidak deras, hanya rintik-rintik. Tapi cukup membuat Nia basah sampai di panti jika ia tak segera memakai payung. Lia sempat menyuruhnya membawa payung, jaga-jaga jika turun hujan. Nia segera membuka dan memakai payung yang dibawanya itu. Sekarang aman, ia bisa berjalan dengan tenang tanpa khawatir akan basah kuyup sampai di panti.

Beberapa meter berjalan, Nia melihat seorang anak kecil seumurannya berdiri di tepi jalan. Meringkik kedinginan. Bajunya terlihat sudah basah. Nia melirik pada anak cowok itu dan anak cowok itupun melihat ke arahnya. Hingga Nia melewatinya, anak tadi pun masih melihat ke arah Nia.

Nia berhenti berjalan. Ia bimbang hendak menghampiri anak itu atau tidak. Ia akhirnya memutuskan berbalik badan dan menghampiri anak cowok tersebut. "Kenapa nunggu disini?" tanya Nia.

Anak tadi hanya menggeleng tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Nia pun dibuat bingung. "Disini dingin, nunggunya di sana aja." Bujuknya seraya menunjuk sebuah gubuk yang ada di sekitar sana.

Anak tadi masih diam. Nia menggaruk-garuk kepalanya, menatap anak cowok itu dari atas ke bawah. "Mm..duluan ya!" Pamit Nia dan hendak beranjak pergi.

Belum selangkah, anak cowok tadi menahan lengannya. Nia dapat merasakan betapa dinginnya tangan anak itu. Ia ikut merinding dibuatnya.

"Jangan tinggalin aku!" Mohon anak itu.

Lagi-lagi Nia menatapnya bingung. "Mm gak bisa, ibu asuhku di panti serta teman-teman panti ku yang lain sedang menungguku, nunggu kangkung ini." Jawabnya jujur seraya mengangkat plastik berisi 2 ikat kangkung yang ada di dalamnya.

MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang