Part 33 - Biang Rusuh

3.3K 112 1
                                    

Shilla terbangun karena mendengar bunyi bel. Matanya terbuka dengan tidak rela. Ia melirik teman-temannya yang sudah tertidur nyenyak dan sepertinya hanya ia sendiri yang terganggu akan bunyi bel tersebut. Ia mendecak kesal. Ini sudah tengah malam, siapa sih yang masih mau bertamu? Mana pakai memencet bel tanpa henti lagi. Kalau sekali dua kali tidak ada yang datang melihat harusnya dia tahu diri kalau kehadirannya tidak diharapkan pun sangat-sangat mengganggu.

Meski enggan dan harus banyak merutu lebih dulu, Shilla tetap bangun dari tidurnya dan turun dari kasur. Ia mengambil pita di atas nakas dan mengikat rambutnya seadanya. Ia berjalan keluar dari kamar menuruni tangga hingga akhirnya sampai di depan pintu.

Ia mendesah ketika sudah sampai di depan pintu, si tamu masih saja membunyikan bel. Dikiranya mainan apa dipencet-pencet terus? Gak bakal keluar duit juga kali! Batinnya.

Shilla baru hendak memegang kunci tapi kemudian ia menarik tangannya kembali. Tengah malam begini, jangan-jangan yang bertamu sekarang itu maling! Air muka Shilla sesaat berubah menjadi agak panik. Ia mendekati jendela dan mencoba mengintip tamunya itu.

Saat itu juga, matanya melotot tak percaya. Lalu kemudian berubah bingung. Ia sedikit berlari mendekat ke arah pintu dan buru-buru memutar kunci serta membuka pintu depan rumah Ify. Ia di sambut dengan senyum si tamu, yang merupakan seorang pemuda, yang berdiri tegak di hadapannya.

Ia berkedip cepat beberapa kali masih tidak percaya. "Alvin?" Lirihnya.

Alvin, sang tamu, tersenyum sambil merentangkan tangan mempersiapkan diri menerima pelukan dari Shilla, yang hampir sebulan tidak ia temui ini. Akan tetapi tidak seperti dugaannya, Shilla hanya diam terpaku bengong memandangnya. Ia lantas menaikkan alis heran. "Not missing me? Gak ada niatan meluk gue gitu?" Protes Alvin.

Shilla terkesiap dan keluar dari rasa kagetnya. Ia lantas tersenyum dan langsung memeluk pemuda di hadapannya dengan erat. Menyerukan kerinduan mereka satu sama lain. Shilla menarik tubuhnya sedikit menjauh agar bisa bertemu pandang dengan Alvin. "Gue kan udah bilang tunggu gue aja, kenapa lo nakal, sih?"

Alvin memberengut pura-pura kecewa. "Jadi sekarang lo pengen gue balik lagi?"

Shilla mencebikkan bibirnya lalu memeluk Alvin kembali seraya merengek manja. "I miss you...gue malah pengennya lo gak balik-balik lagi. Sini aja temenin gue.."

Alvin tersenyum sambil mengelus kepala Shilla dengan lembut. "I'm with you now, Pretty."

Beberapa saat kemudian, Shilla menarik tubuhnya kembali. Ia menarik tangan Alvin mengajaknya masuk. Tapi kemudian sebuah suara aneh memanggilnya. Suara yang sepertinya pernah ia dengar. Dan anehnya lagi, suara tersebut seperti datang tepat dari arah belakangnya. Dari tempat Alvin berada. Tapi, kan, suara Alvin tidak seperti itu.

Shilla menoleh ke belakang dan membalikkan tubuhnya sepenuhnya. Ia langsung menganga tak percaya melihat orang yang berdiri di hadapannya yang masih ia genggam tangannya itu bukanlah Alvin lagi. Tapi, sosok pemuda yang sudah menjadi kenangan menyebalkan di masa lalunya. Pemeran utama dalam kejadian surat cintanya. Chris.

"E—elo?" katanya terbata-bata sambil mengacungkan telunjuk ke arah pemuda itu.

Chris tersenyum sumringah ke arahnya. Tapi kemudian senyumnya berubah sinis dan tiba-tiba saja menarik tangannya lalu memutar tubuhnya hingga jatuh ke lantai. Pemuda itu seperti membalas perlakuannya waktu dulu. Benar-benar persis seperti yang pernah ia lakukan padanya.

MatchmakingWhere stories live. Discover now