LIMA : When Freedom is a Misjudgment

3.8K 485 16
                                    


Mischa tidak bisa tidur.

Semalaman ia hanya duduk di depan laptop sambil mengetikkan kata-kata umpatan di media sosial. Twitter pribadi yang dikunci lebih tepatnya. Mukanya merengut, dan alisnya bertaut tanda kesal dan frustasi.

Setelah Mum datang, wanita dengan rambut hitam legam yang baru dicat itu tak henti-hentinya menyindirnya. Dan Mischa hanya tersenyum kecut, tak menanggapi. Karena ia tahu, memberikan alasan hanya akan menyulut berbagai sindiran baru. Namun tak menyahut pun, membuatnya tak luput juga dari sindiran lain.

Ia sudah terbiasa, namun seterbiasanya Mischa, masih juga terasa sakit jika mum sudah memulainya. Seingatnya,, mama tak pernah meributkan hal kecil yang luput dari perhatian Nate. Mama baik, sangat lembut dengan tutur kata santun. Jelas saja, mamanya masih keturunan ningrat. Berbeda dengan Ayahnya yang orang Palembang. Dan ternyata darah Palembang lebih kental mengalir di diri Mischa sehingga ia tidak bisa jadi orang yang kemayu, dan lapang dada dengan senyum mengembang meski sudah di sindir berkali-kali.

Mum tidur ketika jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Mum bersikeras ingin membuat barbeque untuk Nate, anak tersayangnya, terlebih dahulu. Dengan segala jenis daging dan sayuran yang biasanya bisa bertahan satu minggu di dalam kulkas, feast tengah malam itu membuat Mischa terjaga, kekenyangan, dan menghancurkan diet sehat yang selama ini ia jalani. Tak ada Meatless Monday. Dan semua karena mum.

Namun yang paling ia tak suka dari ucapan mum adalah, Mischa tak kunjung hamil karena diet ketat serta pekerjaan iblis yang ia jalani. Oh, mum benar-benar mengatakan iblis, dan itu membuat wajahnya merah luar biasa, bukan karena kepanasan alat pemanggang tentu saja. Dan Nate tak bisa berbuat banyak, ia hanya mengisi gelas Mischa yang kosong dengan air putih, berkali-kali. Nate terlalu menyayangi mum sampai enggan mencegah mum mengatakan hal bisa menyakitinya. Mischa benci si penakut itu.

Bagi Mischa, topik hamil hanya seperti bitter sekali tenggak. Tidak keras. Namun saat mum sudah mengatakan hal buruk tentang pekerjaannya―terlebih mum mengatakan pekerjaan itu iblis, Mischa sungguh tidak terima. Sepanjang makan malam yang hampir bisa dikatakan sebagai supper, ia hanya diam dengan muka masam. Malas menanggapi, dan hanya memasukkan selada serta daging ke dalam mulut. Mengunyah, dan terus menguyah sampai pipi pegal.

Dan di sini, setelah puas merutuki keadaan nahas yang menderanya. Ia merenggangkan kedua tangan ke udara, berharap otot-otot yang kaku akan lemas dengan sendirinya. Pandangannya jatuh pada sofa panjang yang kini telah bertransformasi menjadi tempat tidur. Di sana ada Nate, dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya yang kedinginan. Nate mendengkur pelan, teratur seperti detak jantungnya sendiri. Kedua tangannya memeluk bantal dan miring ke kanan, sudah menjadi kebiasaan baginya untuk memeluk sesuatu agar bisa tidur. Sama seperti Mischa yang harus menikmati teh hangat pahit terlebih dahulu sebelum tidur. Bahkan di atas nakas, teh pahit itu sama sekali belum tersentuh sejak semalam. Mungkin karena itu juga ia tidak bisa tidur.

Mischa turun dari tempat tidur dan langsung menggelung rambutnya ke atas, dan menjadikan pensil sebagai pengait agar rambutnya tidak jatuh terurai. Ia berjalan ke arah Nate, menarik selimutnya agar bisa menutupi pundaknya yang telanjang. Sesebal apa pun dirinya, ia masih mempunyai rasa iba dan perhatian pada Nate. Mungkin itu juga yang menyebabkan dirinya bisa bertahan dengan hubungan aneh semacam ini. Meski sebenarnya pasal saling menjaga ada dalam klausa perjanjian pernikahan mereka, namun tanpa sadar, ia dan Nate tak perlu pasal konyol itu untuk saling menjaga satu sama lain.

Mischa menatap wajah Nate dengan seksama, bulu halus yang belum dicukur membuat rahangnya terlihat semakin keras; rambutnya sudah lumayan panjang, ia harus mengingatkannya untuk memotong rapi rambutnya itu; dan matanya yang terpejam, sesekali bergerak-gerak seperti sedang memikirkan sesuatu.

Eat, Drink, and Be Married (COMPLETE)Where stories live. Discover now