Dua Puluh Enam : Baby

3.2K 181 7
                                    


Halo semua! Gimana kabar kalian ditengah pandemic Covid-19 ini? Semoga sehat-sehat semua ya. Untuk yang WFH jangan lupa, kalian di rumah untuk mengerjakan pekerjaan yang mungkin tidak seproduktif biasanya, it's okay cause you at home, banyak terganggung oleh banyak hal. Dan terima kasih untuk yang masih setia baca cerita ini, dan untuk pembaca baru, welcome to my messy world :))) Maaf lama sekali! Tapi voila! Silakan dibaca, semoga kalian suka 😊



Nate sedang makan siang ketika ponselnya berdering. Sandwich isi telur yang tinggal setengah ia letakkan kembali di atas kantung coklat.

"Ya, Sonja?"

"Ke... rumah sakit... sekarang." Suara terengah Sonja membuat Nate panik. Ia segera mengambil jaket dan meninggalkan ruangan sambil masih mencoba mengajak bicara Sonja. Diapitnya ponsel di lengan sementara ia memakai jaketnya.

"Ada apa?" ia menabrak Dannie si staf administrasi baru dan membuat gadis berkulit coklat itu sedikit limbung.

"Sorry Dan!" ia menangkap lengan gadis itu sebelum tubuh kecilnya jatuh tersungkur ke lantai. Dannie hanya mengangguk bingung, "tolong bilang Greg aku keluar, urgent!" katanya pada gadis yang berdiri kebingungan itu.

"Sonja? Apa kau masih bersamaku?" tanya Nate lagi.

"Ya..." jawab Sonja lemas.

Nate menuruni tangga secepat yang ia bisa. Dua tiga anak tangga ia lewati sembari berdoa semoga Sonja baik-baik saja.

"Ada apa?" tanyanya kembali, ia berdiri di pinggir jalan berharap ada taksi yang cepat melintas.

Sonja tidak menjawab, ia hanya menangis.

Aku terdiam.

Jika diingat kembali, selama ini Sonja tidak memiliki siapa pun kecuali orang tuanya dan orang-orang di sekitar Nate. Tidak ada dua sahabat yang siap menampung segala cerita dan keluh kesahnya setelah seharian lelah bekerja, tidak ada movie night sampai acara menginap ditemani popcorn dan berkaleng-kaleng bir. Ia hanya di rumah, dengan televisi dan youtube yang memutar segala macam acara masak sampai yoga. Terkadang ia hanya meghabiskan waktu di teras dengan berbagai teh bunga kesukaannya dan buku yang selalu ia baca. Tidak ada shopping spree dari Katie Kuo sampai Amazon atau apron penuh cat yang setia melekat pada tubuhnya. Sonja adalah kebalikan dari Mischa.

Nate sudah berada di dalam taksi, ia sudah menelepon ambulans.

Selama ini, yang ia miliki hanya Nate. Sonja masih sama seperti dulu. Masih kikuk dan penyendiri dan hanya dikenal karena anggota klub renang. Tidak ada title teman A atau B yang biasa melekat pada setiap orang. Dengan kacamata dan kuncir kuda, ia senantiasa terlihat di kolam indoor untuk latihan berbagai kejuaraan yang jarang membuatnya muncul di berbagai pesta untuk senang-senang sampai pesta mencari muka atau after party kejuaraan turnamen berbagai olahraga.

Jika Jenna atau Lydia datang biasanya itulah waktu yang bisa dinamakan girl's day out atau girl's night out, atau apa pun itu sebutannya. Ia akan lebih terbuka dan riang, membicarakan hal apa pun dan lebih sering tertawa.

Taksi menepi, di depannya sudah ada ambulans yang sedang membawa tubuh Sonja di atas stretcher yang terlihat kesakitan dengan keringat dingin membasahi wajah dan pakaiannya.

"Sonja.." panggilnya, "saya suaminya." Kata Nate pada petugas ambulans yang langsung menyuruhnya untuk naik ke mobil.

Bau khas rumah sakit menyergap hidungnya, ia menggenggam tangan Sonja yang tengah menangis. Masker oksigen telah terpasang pada hidung dan mulut Sonja yang sedikit kesulitan bernapas. Tidak ada Sonja yang sering mengatakan apa pun secara lugas, tidak ada Sonja yang dengan senyum riangnya menyambut Nate sepulangnya dari Studio. Kini hanya ada Sonja yang mengerang kesakitan dengan air mata yang kadang mengalir.

Eat, Drink, and Be Married (COMPLETE)Where stories live. Discover now