Dua Puluh Sembilan : Lean and Secure

3.1K 187 6
                                    

Tahun berganti dengan cepat. Musim fashion week berubah dari Spring/Summer menjadi Fall/Winter, dari duduk manis sampai mengejar berbagai acara fashion sampai kaki dan mental lelah karena harus terus menjadi a yes-person untuk menghibur banyak ego. Mischa masih ingat ketika ia pertama kali terjun ke industri ini. Terkungkung di basement gedung Meet Gala dengan gaun super indah nan panas, membuat artikel demi artikel sembari tak sabaran menunggu hasil potret para fotografer untuk di ulas. Dari model hingga para artis dan pesohor lain di berbagai bidang. Musim fashion week adalah musim yang berat, mata harus selalu terjaga untuk bisa melihat dan menilai apa yang dikenakan atau di sajikan para pesohor dengan memberikan label, bagus atau buruk, cocok atau out of place, murah atau mahal. Dan deretan foto harus disortir dengan teliti sebelum naik cetak.

Dari jurnalis fashion menjadi illustrator, salah satu langkah yang Mischa ambil ketika ia sudah merasa lelah mengejar sesuatu yang membuat napasnya naik turun sampai keringat mengucur sampai ke punggungnya yang tak tertutup gaun yang ia kenakan. Dan kini, ia kembali lagi menjadi satu orang yang ikut berlarian mengejar artikel yang harus segera turun.

"Quelle taille faites-vous?" Gia menengok ke samping kanannya.

"Mbak, can you help me here?" Mischa yang sedang melihat-lihat sepatu sembari mencobanya mendatangi Gia yang kebingungan.

"Dia nanya size lo, en 38 s'il vous plait" kata Mischa pada sang pramuniaga, "lo tiga delapan kan?"

Gia mengangguk takjub.

"Vous avez de la chance, il ne restait plus qu'une paire à votre pointure." Sang pramuniaga kembali dengan heels pilihan Gia di tangannya, ia tersenyum lebar sembari membukakan kotak sepatu ke hadapan Gia.

"Ini tinggal satu-satunya, cobain, Gi."

"Gue nggak tau kalo lo bisa Bahasa Prancis, Mbak."

"Gue cuma ngerti bahasa fashion." Gia tertawa.

Gia dan Mischa kembali ke apartemen dengan beberapa kantung belanjaan. Gia hanya membeli sepatu, namun Mischa sudah seperti memborong satu toko dengan kantung-kantung belajaan yang memenuhi kedua tangannya sampai-sampai Gia membantu membawakan beberapa.

Ini hari pertama mereka di Paris. Fashion Week sudah di mulai dan mereka membagi kelompok untuk membagi tugas liputan. Kelompok Mischa, kelompok Arthur, dan kelompok Meri. Mereka segera mengeluarkan semua barang bawaan ke lantai yang kebanyakan berupa aksesoris dan sepatu.

Besok Fashion Week sudah di mulai. Beberapa paket yang dikirim dari berbagai rumah mode dan sponsor telah sampai sebelum mereka sampai ke Paris. Semua telah ditumpuk di Lorong apartemen. Meri dan yang lain tengah membereskan beberapa paket dan menyortirnya sesuai dengan keperluan. Sedangkan Arthur pergi ke rumahnya di daerah Orsay untuk mengambil beberapa barang untuk keperluan mereka di Fashion Week.

"Makasih ya mbak udah ngajak aku sama anak-anak lain buat dateng ke fashion week." Kata Gia membuka percakapan.

"Gue sama Arthur dapet banyak undangan, dan kami nggak bisa dateng ke semua acara. Sayang kalo di tolak, sekalian buat pengalaman kalian juga."

"Ini pengalaman yang nggak akan pernah aku lupain kayaknya."

"Musim depan, kalian gue lepas bisa?"

Gia melongo, "maksudnya?"

"Maksudnya gue lepas kalian buat liputan tanpa gue. Karena musim depan yang akan dikejar akan lebih banyak lagi. Sekarang gue cuma mau tes ombak aja kalian ngadepinnya akan kayak gimana."

Eat, Drink, and Be Married (COMPLETE)Where stories live. Discover now