Sepuluh : Free Fallin'

2.9K 399 15
                                    

Primark.

Mischa meneliti satu per satu baju yang tergantung di hanger dengan teliti seakan hendak mencari di mana bagian cacatnya, meski hanya sehelai benang sepanjang satu senti yang tak semestinya ada di sana. Sudah dua jam ia berada di sana, dengan tumpukan baju yang ditaruhnya dalam keranjang. Mulai dari blous, crop top, kaus, sweat pants, sampai boyfriend jeans yang sebenarnya tidak terlalu ia inginkan. Meski begitu, tumpukan di keranjangnya kian bertambah seiring pandangannya beradu pada deretan baju yang berjajar rapi.

Kapan terakhir kali ia berbelanja di Primark? Rasanya hanya saat pertama toko ini buka dua tahun lalu. Dan di sinilah ia berada, empat jam perjalanan dari di mana ia seharusnya berada tanpa ada satu pun yang tahu. Ia ada di Boston, di mana dulu toko pertama Primark dibuka. Bukan tanpa alasan, ini adalah hari terakhirnya 'menghilang' sebelum sore nanti ia harus kembali ke apartemennya, atau apartemen Nate. Terserahlah.

Dua hari yang lalu, ia benar-benar berbicara serius empat mata dengan Wendy. Wendy mengatakan jika Greg menemuinya di kafe dan mengatakan hal-hal nelangsa tentang Nate. Greg menceritakan semuanya dengan rinci, dan tentu saja, Wendy pun luluh dan iba. Ia membujuk Mischa untuk pulang dan berbicara dengan Nate, "jangan lari dari masalah," katanya. Mischa pun tidak bisa berkata tidak. Ia tahu jika Wendy benar. Ia tidak bisa selamanya lari dan terus menumpang pada Wendy. Ia tahu jika orang-orang di kantornya sudah keheranan dengan pola hidupnya yang tiba-tiba berubah. Tanpa kopi yang tiap pagi dikirim Nate, tukang antar jemput yang selalu terlihat mentereng dengan senyum menawannya, dan cerita-cerita sepele tentang rumah tangganya. Bangunan kecil cerita yang ia bangun mendadak hilang, benar-benar hilang hingga semua orang kerap mengernyitkan dahi keheranan.

Manusia memang hidup dari pandangan orang lain, mau atau tidak.

Tanpa sadar, ia sudah berada di area fashion pria. Sekelebat, ia teringat saat pertama kali ia datang ke tempat ini dengan Nate. Waktu itu Nate masih terlihat pongah, dengan kilat mata yang seakan berkata jika ia patut mendapatkan oscar atas aktingnya yang flawless dengan setia tersenyum pengertian pada Mischa yang sudah terbiasa menebarkan senyum seperti itu pada wajah-wajah bermuka dua. Bayangan wajah Nate yang pongah itu perlahan luntur, digantikan oleh pandangan putus asa yang beberapa hari lalu ada di hadapannya. Sebegitu mudahnya ia berubah. Hanya satu malam, semua tentang Nate berubah.

"Mam, apa anda perlu keranjang lagi?" bayangan Nate lantas kabur begitu suara wanita muda berambut pirang menyapa Mischa yang ternyata belanjaannya sudah memenuhi keranjang.

"Ah, ku rasa tidak perlu, trims. Akan ku bayar sekarang."

Wanita itu kemudian mengarahkan Mischa dengan tangannya menuju ke kasir. Dan di sanalah ia baru sadar, jika sebagian besar yang ia beli tidak sesuai dengan gayanya. Ia tidak butuh sabrina dress seperti keluaran Attico, atau sweat pants dengan tulisan Gryffindor di sampingnya. Namun ia tidak mengatakan apa pun saat semua belanjaannya sudah masuk ke kantung dan siap untuk dibawa. Dan ketika sang kasir mengembalikan kembali kartunya, ia memandang benda tipis persegi panjang di tangannya itu. Berapa banyak tagihan yang harus dibayarnya dua minggu ini dengan sebagian besar barang yang ia beli tidak diperlukannya.

Sebelum ia keluar dari Primark, ponsel di saku blazernya bergetar. Ternyata sudah ada lima panggilan tak terjawab dari Wendy. Ia segera berjalan menuju George Howell yang berjarak hanya beberapa menit saja dari tempatnya berdiri. Ia memesan flat white kesukaannya dan memilih sandwich berisi arugula, tomat, dan cheddar untuk makan siang. Setelah duduk dan menerima pesanan, ia langsung mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Wendy. Dan tak sampai lima detik, panggilannya terjawab.

Eat, Drink, and Be Married (COMPLETE)Where stories live. Discover now