Dua Belas : I am Wasted

2.4K 307 7
                                    

Mischa wasted after Jager Bomb, Amber Dream, and three shots Bloody Mary. Kepalanya seperti menjadi tanah konstruksi yang berkali-kali dilewati eskavator dan dibulldozer sampai tanahnya siap bangun, sakit bukan main. Suara kesibukan kota yang biasanya menjadi makanan sehari-hari, kali ini membuat kedua telinganya berdengung. Ia meraba nakas, mencari aspirin dan air putih yang biasanya tersaji di atas, namun nihil. Hanya ada lampu meja yang hampir terjatuh karena tersenggol tangannya.

Perlahan ia bisa melihat tirai cokelat yang terbuka sedikit mempersilakan terik matahari di bulan desember masuk bersama salju yang mulai turun. Ditariknya selimut yang melorot untuk membungkus tubuhnya yang masih mengenakan blous hitam serta celana capri kemarin. Ruangan yang ia sudah sewa selama dua minggu ini terasa masih asing di mata Mischa, salah satunya, satu kebiasaan yang ketika ia sudah passed out akan ada orang yang menaruhkan aspirin dan air putih untuknya.

She's no longer has someone who's taking care of her.

Ia tahu.

Dengan sedikit meringis sambil memegang kepalanya yang terasa hampir pecah berceceran seperti koban Hannibal Lecter. Ia berjalan menuju dapur kecilnya, membuka laci kecil di toilet, mengambil sebutir aspirin dan berjalan ke dapur kecilnya untuk mengambil air teman minum benda kecil berwarna putih yang selalu membantunya untuk tetap waras selain xanax yang selalu tersimpan di dalam tasnya.

Mischa duduk di salah satu kursi pantry sambil memejamkan mata, membiarkan obat kecil ajaib itu bekerja dan membuat kepalanya menjadi sedikit lebih baik.

Ia sudah melewatkan satu minggu pertama dengan drama maha dahsyat yang membuat dua sahabatnya ikut sibuk dengan masalahnya itu. Hari ketiga setelah ia pergi dari apartemen, ia datang menemui Colin di kantornya. Kantung matanya terlihat besar, ia tidak bisa tidur tiga hari itu. Hanya satu-dua jam saja ketika ia tidak meminum kopinya yang pekat.

Nate sudah datang lebih dulu saat itu. Dan ia langsung berdiri ketika Mischa masuk ke ruangan tanpa melihatnya. Dengan masih menaikkan dagu, ia duduk di sofa single sebelah Colin dengan wajahnya yang dingin. Colin menatapnya singkat, kemudian menatap Nate yang tidak bisa melepaskan pandangannya pada Mischa.

"Bisa kita mulai sekarang?" Colin kembali menatap Mischa dan kemudian memandang Nate yang masih tidak bisa melepaskan pandangan dari Mischa.

"Ya." Ujar mereka kompak.

"Tapi sebelumnya aku ingin mengatakan sesuatu." Nate mengangkat sebelah tangannya ke udara.

Mischa akhirnya menatap Nate, meski hanya se per sekian detik.

"Apa yang ku sampaikan tiga hari lalu, aku sungguh-sungguh, Mischa."

Mischa berdeham sedikit dan merapikan rok linennya yang rapi tanpa cacat. Hatinya tergerak, dan ia berusaha menutupi hal itu dengan kehebohan yang ia lakukan.

"Ada lagi?" Colin sedikit tersenyum pada kawannya itu.

"Tidak, mari kita mulai saja."

Colin mengeluarkan berkas kedua pasangan itu yang berada di dalam padfolio hitam yang sengaja dipesan Mischa ke Royce Leather setelah meeting gila mereka di bar yang ternyata sudah lama sekali. Mischa memerhatikan seluruh lembaran kertas yang bertumpuk padat di sana, ia menghitungnya dalam diam. Ia sengaja mengalihkan pikirannya dari Nate yang masih memerhatikannya tanpa jeda. Seperti sardin yang terhimpit pandangan Nate, Mischa merasa tidak nyaman.

"Baiklah, pertemuan ini diminta oleh Mischa. Ia meneleponku dan bilang jika ia ingin menghentikan kontrak secara sepihak. Jika boleh ku tanya alasannya, kenapa kau menghentikan kontrak yang belum lama ini diperbaharui?"

Eat, Drink, and Be Married (COMPLETE)Where stories live. Discover now