21. Cry in the rain

128K 5.5K 31
                                    

Calya memencet tanda panggil pada ponselnya. Ia memutuskan menelpon Hiro setelah sempat ragu sebelumnya.

"Halo"

"Hiro?"

"Ya, Calya"

"Kamu sibuk?"

"Ada apa?" Tanya Hiro

"Aku ingin makan steak, mau pergi bersama?"

"Aku harus lembur hari ini, pergilah sendiri. Setelah itu langsung istirahat"

Senyum Calya langsung memudar mendengar jawaban Hiro. Ia tidak mampu menutupi kekecewaannya. Akhir-akhir ini Hiro begitu sibuk, ia selalu lembur. Datang saat Calya sudah tertidur dan pergi duluan saat akan berangkat kerja. Jujur Calya merasa sedih melihat Hiro yang begitu sibuk seperti itu.

"Baiklah. Sampai jumpa. Aku mencintaimu" ucap Calya namun Hiro lebih dulu mematikan telponnya tanpa sempat membalas ucapan Calya.

Calya menatap Anton yang baru saja datang untuk mengantarnya pulang. Bahkan Anton sudah tidak lagi menemaninya dirumah sakit. Pria itu hanya datang saat Calya akan pulang.

"Kata pak Hiro, nyonya ingin makan. Ayo, Calya saya antar"

"Saya ingin pulang saja" ucap Calya melangkahkan kakinya menuju keluar ruangan.

"Ada masalah dikantor?" Tanya Calya pelan saat mereka perjalanan keluar rumah sakit

"Iya"

"Masalah apa?"

"Maafkan saya. Bapak melarang saya memberi tahu masalah ini"

Calya hanya menangguk. Entah mengapa ia merasa terasingkan. Ia tidak mengerti mengapa Hiro seperti ini. Berubah. Menjauh padanya.
                       ***

Hiro memasuki rumahnya. Ia langsung di sambut Anton yang sudah berdiri didepan pintu kamarnya.

"Dia baik-baik saja?" Tanya Hiro tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya

"Dia tidak mau makan. Saat dimobil ia mimisan, pak"
Wajah Hiro memucat mendengar penjelasan Anton. Ia tahu, kondisi Calya memburuk pastilah karenanya.

"Beri tahu pihak rumah sakit kalau Calya tidak akan kerja besok. Begitupun saya, beri tahu sekretaris saya kalau saya tidak akan datang besok"

"Maaf, pak. Bukankan besok kita harus melakukan klarifikasi?"
Hiro terdiam beberapa saat

"baiklah, saya akan memberi tahu mami untuk menemani Calya nanti"

"Baik, pak. Selamat malam"

Hiro melangkahkan kakinya memasuki kamar. Matanya langsung tertuju pada Calya yang sudah tertidur pulas. Dengan pelan Hiro mencium kening Calya singkat. Membelai rambut wanitanya dengan lembut.
"Maafkan aku. Bersabarlah, masalah ini akan segera berakhir"

Hiro merebahkan tubuhnya disamping Calya. Mendekap erat tubuh Calya yang sangat ia rindukan. Bibirnya menempel pada kening Calya dan mulai memejamkan matanya.
                               ***

   Calya membuka matanya perlahan. Matanya langsung tertuju pada jam yang menempel di dinding kamarnya. Jam 8 pagi. Ia kesiangan lagi. Ia melengah kesamping yang sudah kosong. Hiro pasti sudah pergi.

   Dengan pelan Calya melangkahkan kakinya keluar kamar. Seperti biasa, rumahnya tampak sepi, ia hanya menangkap bibi Minah yang sudah berlari kecil kearahnya.

"Nyonya bisa istirahat. Tuan sudah memberi tahu pihak rumah sakit kalau nyonya sedang sakit. Mami Hiro juga akan darang menemani nyonya. Mungkin ia masih dijalan sekarang"

Our Wedding [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang