3 # Vanishing Cabinet

25.3K 3.3K 203
                                    

"Buku apa yang kamu baca itu, Luna?"

Luna mengangkat bahu, "Entahlah. Tetapi ada beberapa benda menarik di buku ini,"kata Luna sambil menunjuk gambar seorang wanita yang Val yakini adalah Rowena Ravenclaw.

Val membaca judul paragraf penjelasan itu, "Rowena Ravenclaw's Lost Diadem?"

"Ya, itu masih menjadi misteri. Tidak ada orang hidup yang pernah melihatnya,"jelas Luna sambil membuka halaman selanjutnya yang membuat Val mengernyit.

"Tunggu-tunggu. Apa itu?"tunjuk Val. Itu adalah lemari yang Malfoy lihat beberapa hari yang lalu.

"Oh, itu adalah Vanishing Cabinet,"jawab Luna.

"Vanishing cabinet?"

Luna mengangguk, "Ya. Lemari itu memiliki kembarannya. Bersama, mereka bisa membuat jalan lintasan dari satu lemari ke lemari lainnya,"jelas Luna. Val mengerutkan keningnya, apa yang akan Malfoy lakukan dengan benda itu?

"Benda ini cukup terkenal saat masa kejayaan You-Know-Who, dulu. Dia menggunakannya untuk mendatangkan para pelahap maut. Tapi sekarang? Entahlah. Kudengar benda itu kini telah rusak,"cerita Luna mengelus permukaan kertas tersebut. Val semakin pusing. Apakah mungkin Malfoy memiliki hubungan dengan pelahap maut?

Kemudian, Val menunjuk sebuah mantra yang ada di bawah gambar Vanishing Cabinet, "Harmonia Nectere Passus?"

"Itu sebuah charm. Kamu hanya perlu menunjukkan tongkatmu pada lemari itu, dan mengucapkan mantra itu. Anak-anak di Ravenclaw setuju kalau mantra itu digunakan untuk memperbaiki lemari tersebut,"jelas Luna sejelas mungkin. Val mengangguk sebagai respon dari penjelasan Luna.

"Val, apakah hari ini kamu akan ikut menonton quidditch?"tanya Luna.

"Bukankah hari ini Gryffindor dan Slytherin?"

Luna mengangguk, "Siapa yang tidak ingin menonton quidditch? Apalagi jika Gryffindor lawan Slytherin?"

Val terkekeh. Luna sudah dari kemarin mengajaknya untuk menonton pertandingan quidditch hari ini. Tapi tentu saja ini adalah salah satu dilema terbesarnya. Apa dia harus mendukung Gryffindor bersama sahabatnya? Atau dia harus mendukung asramanya walaupun sebagian besar anggotanya memandang sebelah mata padanya?

"Kurasa lebih baik aku tidak ikut. Kamu lihat? Di luar sudah mendung,"tolak Val sehalus mungkin.

"Baiklah. Mungkin aku akan menontonnya bersama Hermione,"ujar Luna. Salah satu hal yang disukai Val dari Luna adalah bagaimana cara gadis itu berpikir dewasa dan menghargai setiap keputusan orang lain. Dia tidak terus memikirkan masalah yang dihadapinya, melainkan mencari jalan untuk menyelesaikannya secepat mungkin. Itu adalah suatu hal yang belum bisa Val lakukan dengan mudah hingga saat ini.

"Jadi apa yang akan kamu lakukan?"

Val berpikir sejenak, "Ada buku yang baru kupinjam dari perpustakaan. Kurasa aku akan membacanya,"jawab Val.

"Sebentar lagi pertandingannya akan dimulai, lebih baik kamu mencari Hermione sekarang, Luna,"saran Val. Luna mengangguk dan berjalan riang ke Great Hall dengan kepala singa yang dia pakai dikepalanya. Val menatap surai singa yang menggantung itu dengan tersenyum kecil.

Gadis berambut cokelat itu pun berjalan dengan tenang ke asramanya. Semua orang pasti sedang menonton quidditch, suasana tenang seperti ini sangat kondusif untuk membaca buku. Val bersenandung pelan dan menyapa beberapa hantu yang ditemuinya selama berjalan. Cukup aneh rasanya bagaimana ia bisa ramah kepada makhluk yang sudah mati dan bersikap dingin pada makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Val mengucapkan kata sandi asrama Slytherin dan masuk ke dalam asrama. Dugaannya tepat, suasananya benar-benar tenang. Sampai matanya menangkap suatu sosok.

Slytherin's ShadowWhere stories live. Discover now