31 # Dream

13.1K 2K 222
                                    

Ada flashback singkat di dalam chapter ini. Kalau lupa, silahkan cek Chapter 3 # Vanishing Cabinet. Enjoy!

###

"Disini benar-benar dingin, bodoh!"

"Lalu, kenapa aku harus menyingkir?"

"Aku tak mau gadis kotor sepertimu duduk di sekitarku."

"Baguslah. Kalau begitu, selamat menikmati kedinginanmu."

Tiba-tiba Draco terbangun dan mendapati dirinya tertidur di atas meja kantornya. Kepalanya berdenyut dengan hebat dan hal itu membuatnya meringis keras.

"Mr. Malfoy? Apa anda baik-baik saja?"tanya Floretta, sekretaris Draco. Wanita itu cukup panik melihat atasannya yang tampak seperti sedang menahan rasa sakit yang luar biasa. Draco tidak menjawab dan masih terus memegang kepalanya. Floretta dengan terburu-buru mengambil segelas air hangat dan memberikannya pada Draco.

"Minumlah terlebih dahulu, Mr. Malfoy. Apakah aku perlu memanggil healer?"tanya Floretta dengan panik. Draco langsung menggeleng dan menerima gelas dari Floretta. Ia meminumnya dan kemudian menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya.

"Aku baik-baik saja. Kau bisa kembali ke mejamu,"gumam Draco memejamkan matanya. Floretta hanya mengangguk dan menurut. Sedangkan Draco mulai bertanya-tanya mengenai hal yang baru saja terjadi padanya. Dia tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Apakah tadi ia bermimpi? Tapi bagaimana mungkin sepotong mimpi itu bisa membuat kepalanya terasa ingin pecah?

Draco membuka matanya dan mulai mengingat-ingat 'mimpi' yang baru saja didapatkannya. Draco memaksa pikirannya untuk mengingat secuil kilasan tadi. Di mimpinya tadi, yang bisa Draco ingat hanyalah suaranya dengan suara seorang gadis. Mimpi itu mulai tampak buram. Draco mengambil sebuah kertas dan mulai menggambar apa yang diingatnya. Seorang gadis yang tengah duduk di sebuah sofa. Draco tidak bisa mengingat wajah gadis itu selain rambutnya yang berwarna coklat bergelombang.

Saat ini, Draco cukup bersyukur dengan bakat menggambar yang ia miliki. Ia memperhatikan gambar itu dengan seksama. Mimpi itu terasa begitu nyata. Bahkan terlalu nyata untuk menjadi sebuah mimpi. Itu... lebih terasa seperti kilasan memori. Tapi Draco tidak mengingat bahwa dia pernah melakukan itu. Lalu siapa gadis yang ia panggil 'gadis kotor' itu?

Suara Floretta pun terdengar di ruangannya, "Mr. Malfoy, Miss Granger ingin menemui anda."

"Suruh dia masuk."

Hermione pun membuka pintu ruangan Draco. Gadis itu cukup terkejut melihat keadaan Draco yang terlihat kelelahan.

"Apa aku datang di saat yang tidak tepat?"tanya Hermione.

"Tidak-tidak. Aku tidak sengaja tertidur. Duduklah, Granger,"ujar Draco. Hermione pun duduk dan mengeluarkan beberapa berkas yang ia bawa. Gadis itu mulai menjelaskan beberapa data yang harus dipenuhi pada Draco. Tapi sepertinya Draco tidak memperhatikan perkataan Hermione tapi malah memperhatikan Hermione.

Warna rambut Hermione coklat, dan rambutnya juga bergelombang. Draco memicingkan matanya. Bagaimana mungkin ia memimpikan Granger?

"Granger, apa aku pernah memanggilmu gadis kotor?"tanya Draco memotong penjelasan Hermione. Entah mengapa rasa penasaran Draco akan gadis itu mulai muncul. Itu seperti insting refleks dari Draco untuk mencari tahu.

Hermione mengangkat sebelah alisnya dengan pandangan bertanya, "Kau cukup sering memanggilku mudblood. Apakah itu termasuk?"gerutu Hermione. Dia cukup kesal saat menyadari bahwa Draco tidak memperhatikan penjelasan pentingnya. Draco terdiam karena takut akan amukan Hermione. Bagaimana mungkin Draco bisa lupa bahwa ia dulu bajingan kecil yang kurang ajar?

"Maaf. Lupakan saja pertanyaanku. Silahkan lanjutkan,"ujar Draco dan Hermione kembali meneruskan penjelasannya. Kali ini Draco berusaha untuk memperhatikannya dengan baik.

"Apa kau berencana untuk membuat cabang kantormu di dunia muggle juga atau tetap di kantormu ini?"tanya Hermione.

"Ya, kurasa aku akan mendirikan beberapa cabang. Apakah aku harus membuat beberapa surat untuk kementrian juga?"tanya Draco. Hermione menghela nafasnya mendengar jawaban Draco. Ini artinya, dia akan bertemu Draco lagi setelah ini. Apa yang harus dilakukannya?

"Tentu, Malfoy. Tolong kirimkan berkas-berkasnya dan aku akan datang minggu depan untuk mengambilnya,"ucap Hermione. Draco mengangguk sedangkan Hermione mulai membereskan berkas-berkasnya di meja Draco.

Pria itu memperhatikan pergerakan Hermione dengan seksama, masih teringat akan mimpinya. Bagaimana mungkin sepenggal mimpi bisa mempengaruhinya sebesar ini? Itu hanyalah mimpi bodoh. Tapi ada sesuatu yang mengganggu benak Draco. Seakan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

Nyaman dan bahagia.

Hal itu yang terus mengganggu benak Draco. Di dalam mimpinya, walaupun ia menyebut gadis mimpi itu sebagai 'gadis kotor', ia masih mengingat jelas perasaannya. Perasaan bahagia saat melihat gadis mimpi itu. Draco tidak benar-benar tahu seperti apa rasanya bahagia dan nyaman. Tetapi semua itu terasa nyata dalam mimpi.

Mungkinkah gadis itu adalah Granger? Tapi bagaimana mungkin?

Hermione mulai tersadar bahwa Draco memperhatikannya dari tadi. Dan gadis itu mulai gugup. Mata abu milik pria itu menatapnya dengan sangat mengintimidasi. Hermione mengepalkan tangannya. Dalam benak Hermione, ia bertanya apa jangan-jangan Draco sudah tahu bahwa Hermione yang menghapus ingatannya? Dan sekarang laki-laki itu akan membunuhnya?

"Berhenti menatapku, Malfoy,"tegur Hermione berusaha terdengar tenang. Draco langsung tersentak dan berdeham pelan karena malu telah ketahuan memperhatikan gadis itu secara tidak sengaja.

Dalam hati, Draco merutuki dirinya sendiri karena telah bertindak bodoh. Mimpi hanyalah bunga tidur. Bagaimana mungkin ia membiarkan mimpi konyol itu mempengaruhinya. Apalagi menebak bahwa gadis itu adalah Granger, musuh bebuyutannya, gadis yang tak pernah berdamai dengannya selama ia belajar di Hogwarts.

Hermione bangkit berdiri, "Terima kasih atas waktu anda, Mr. Malfoy. Saya permisi."

Slytherin's ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang