40 # Reality

22.9K 2.6K 1K
                                    

Draco kembali ke waktunya, tiga tahun setelah Battle of Hogwarts, dan melihat sekeliling. Dia masih ada di Hogwarts, tempat dimana dia mengoperasikan time turner tersebut. Draco harus mengecek keadaan Val sekarang. Apakah ia berhasil dan Val masih hidup sekarang? Atau justru takdir tidak bisa diubah? Draco buru-buru ber-apparate ke rumah Val. Dengan gelisah, Draco menekan bel milik rumah Val. Dalam hitungan menit, Wally, peri rumah Val, sudah membuka pintu.

"Master Malfoy?"

"Dimana Val?"tanya Draco dengan tergesa-gesa. Wally menunjukkan ekspresi yang benar-benar bingung dan itu membuat Draco semakin gelisah dan tertekan.

"Maaf, Master Malfoy. Tapi Wally tidak mengerti apa yang Master Malfoy katakan,"ujar Wally dan Draco semakin ketakutan. Apakah dia tidak merubah keadaan?

"Apa kau tahu dimana Val sekarang, Wally?"tanya Draco.

"Miss Val tidak ada disini lagi. Mengapa Master Malfoy masih bertanya seperti itu?"tanya Wally dengan ekspresi bingung dan hati Draco terasa hancur kembali. Dia menunjukkan ekspresi kosong. Apakah yang ia lakukan tidak bisa merubah keadaan? Jadi... saat ini Val tetap mati?

"Apakah Wally bisa membantu Master Malfoy?"tanya Wally. Draco hanya menggeleng sangat pelan dengan lemah. Tanpa mengucapkan apapun, dia berjalan keluar. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Apakah ini artinya takdir pun melarang Draco untuk bersatu dengan Val? Draco hanya berjalan dengan langkah putus asa sebelum akhirnya dia berusaha berkonsentrasi untuk ber-apparate kembali ke Malfoy Manor.

Mungkin dia harus berusaha merelakan Val.

Draco membuka pintu rumahnya dengan putus asa. Dia berjalan dengan langkah hampa dan tatapan kosong. Saat ia masuk ke rumahnya, Draco cukup kagum karena tiba-tiba melihat suasana manor menjadi lebih hangat. Banyak lukisan yang kembali dipajang dan lampu pun dinyalakan agar suasana lebih hidup. Draco mendengus, mungkin ini cara ibunya untuk menarik kembali perhatiannya. Semuanya sudah terlambat, dia sudah terlanjur mengingat patah hatinya karena Val.

"Draco, darimana saja kau?"seru seorang wanita. Draco menatap Narcissa dengan pandangan tidak tertarik.

"Aku ingin istirahat,"gumam Draco.

"Apa? Tidak-tidak. Makan malam sudah siap dan aku tidak akan membiarkanmu tidur tanpa makan terlebih dahulu,"tuntut Narcissa dengan keras kepala.

"Mother... mengertilah,"ujar Draco berusaha memelankan nada suaranya. Dia benar-benar lelah secara fisik maupun batin. Dia memerlukan istirahat untuk bisa memproses semua hal yang terjadi.

Narcissa menghela nafasnya, "Baiklah. Istirahatlah, Draco,"ujar Narcissa. Draco hanya mengangguk pelan sebelum ia menuju kamarnya. Dengan gerakan kasar, ia melepaskan sepatunya dan langsung berbaring di atas tempat tidur. Ia memejamkan matanya. Ia sedih, benar-benar sedih. Seakan dia sudah tidak bisa menangis lagi.

Sejujurnya, Draco bisa saja memakai time turner dan mencobanya lagi. Tapi, tidak. Semuanya sudah terjadi dan Draco tidak mau mengacaukan masa depan lagi. Masa depan dirinya sudah hancur, dan dia tidak ingin merusak masa depan orang lain dengan datang lagi ke masa lalu. Val pasti tidak ingin Draco bersikap egois. Draco memejamkan matanya.

Terdengar suara pintu terbuka dan Draco bisa mendengar suara nampan yang ditaruh di atas meja. Dia yakin ibunya membawakan makan malam. Draco mengacuhkannya dan tetap memejamkan mata. Orang itu pun duduk di tepi kasur Draco dan Draco merasakan sebuah tangan hangat mengusap rambutnya.

"Aku tahu kau tidak tidur, Draco."

Mendadak, Draco langsung membuka matanya dan melihat seorang gadis menatapnya. Draco membelakakkan matanya dan langsung terduduk. Draco merasakan nafasnya memburu saat ia melihat wajah di hadapannya yang sangat nyata.

Slytherin's ShadowWhere stories live. Discover now