[i]

8.2K 291 29
                                    

Hi,

Walaupun cerita ini udah selesai, aku bakalan seneng banget kalau kalian masih tetap vomment(s) dari chapter awal sampai selesai.

Makasih x

____________________________________________________________

Song for this chapter :

1. Alicia Keys - Girl On Fire

2. Avicii - Wake Me Up

=====

Natalie mengayunkan langkah kakinya dengan cepat. Ia melirik jam tangan yang melingkar di tangannya. Sudah terlambat lima belas menit. Natalie mendesah risau. Sebentar lagi pasti bos killer itu pasti akan memaki dirinya.

Sesaat setelah langkah kakinya memasuki gedung perkantoran yang luas itu, dengan tergesa Natalie berlari menuju ruangannya yang berada di lantai tiga. Saking terburu-buru dan cepatnya Natalie berlari, ia tidak sadar kalau dari arah yang berlawanan seseorang juga sedang berjalan ke arahnya.

Tak sempat menghindar lagi, Natalie menubruk sosok itu. Tubuhnya yang keras dan kuat. Sosok yang ditubruk tidak bergerak sedikit pun. Tidak bergeser sama sekali dari tempatnya berdiri. Lain dengan tubuh Natalie yang langsung oleng, kehilangan keseimbangan, sebelum terhuyung dan jatuh terduduk di lantai. Tak ayal, modul-modul yang sedang dibawanya jatuh berserakan.

Wajah Natalie seketika panas. Rona merah merayapi wajahnya yang halus dan putih. Malu ditatap karyawan lain yang berlalu-lalang di sekelilingnya. Ada yang tertawa menggoda. Beberapa karyawan mencibir memandanginya. Dengan wajah pasi Ia bangkit dari duduknya. Setengah bersimpuh di lantai, Natalie mengumpulkan kembali bukunya satu per satu.

"Lain kali jangan terburu-buru", Karyawan itu berkata dan mengulurkan tangan, menawarkan bantuan.

Natalie menengadahkan wajah, dan segera tercenung melihat sosok yang berdiri di hadapannya. Perawakan yang tinggi besar-tegak berdiri kokoh. Wajahnya yang rupawan dengan rahang persegi. Natalie mengenali raut wajah dengan tulang rahang yang tegas itu. Oh, sosok itu adalah teman satu kelas training dahulu, sekaligus sahabat kakak laki-lakinya.

"Kau tahu kan reaksi bos kita kalau ada yang terlambat," sahut Natalie tak acuh sambil membenahi modul-modulnya yang berserakan. Ia beranjak berdiri tanpa menyambut uluran tangan itu, dan bergegas melangkah pergi.

Karyawan itu membuntuti Natalie hingga sampai ke lantai tiga gedung perkantoran.

"Mau apa kamu mengikutiku?" tanya Natalie dengan tatapan sinis.

Karyawan itu tidak menyahut, pun tidak menoleh. Ia terus berjalan ke depan, menuju ruangannya yang terletak di ujung koridor. Natalie pun mengabaikan perbuatan karyawan itu yang berubah menjadi 360 derajat berbedanya dengan sifat sebelumnya. Natalie terus berjalan menuju ruangannya dan melangkahkan kaki masuk ke ruangan, lalu duduk di kursi miliknya yang nyaman.

Gelarnya sebagai karyawan terbaik selama tiga tahun ke belakang membuat dirinya dikenali oleh seluruh karyawan di perkantoran tersebut. Merasa tidak ada yang perlu di kerjakan, Ia melangkah pergi dari ruangannya dan pergi menuju kantin di belakang perkantoran tersebut. Ia mengambil tempat duduk kosong di samping kolam ikan kesayangan bos killer-nya itu. Ia membuka buku Manajemen Keuangan yang harus Ia pelajari untuk mendapatkan gelar magister ekonomi di belakang namanya itu. Sesekali Ia bergumam sendiri, membaca pelan kalimat-kalimat teks di dalam buku tebal yang terbuka di hadapannya.

Lama Ia asyik sendiri dengan bukunya, sampai tiba-tiba Ia merasakan sentuhan di punggung tangan.

"Sendirian aja, nggak ada kerjaan ya?" tanya Stacie-sekertaris bos di tempatnya bekerja, sekertaris yang paling baik dan cantik yang pernah ia kenal. Mereka bersahabat semenjak menduduki bangku kuliah. Parasnya yang cantik dan menawan. Tatapannya yang teduh dan bersahabat, membuat Ia disenangi oleh banyak orang termasuk karyawan yang tadi ditabrak oleh Natalie.

Black // tomlinsonWhere stories live. Discover now