[xx]

836 99 10
                                    

Song for this chapter :

1. Green Day - 21 Guns

2. Sum 41 - Crash

=====

"Liam, doktermu bilang bahwa kondisi adikmu melemah karena faktor psikis yang menyatakan bahwa Ia sedang kehilangan seseorang yang amat berarti bagi hidupnya."

Liam menerima voice note dari Jane. Ia tahu bahwa Jane ingin cepat-cepat Liam kembali ke rumah sakit. Liam pun segera berpamitan kepada Harry yang sedang menunggu kabar selanjutnya dari Louis di depan ruang gawat darurat.

"Mengapa kau buru-buru sekali, Liam?" tanya Harry sembari memberi tatapan mengintimidasi.

Liam tersenyum tipis. "Ada kabar terbaru dari Natalie." Ia mempercepat langkah kakinya.

"Baik atau buruk?"

"Buruk!" teriaknya menghilang di antara koridor.

Liam segera mengambil kunci motor dari saku celananya. Apa yang harus kulakukan untuk Natalie?, batinnya.

Ia segera mengendarai sepeda motornya kembali dan pulang ke rumah sakit dimana tempat adiknya sedang terkulai lemas. Rupanya kemacetan kembali terjadi di sepanjang ruas jalan. Dengan sangat terpaksa Ia menunggu hingga deretan kendaraan itu kembali berjalan. Ia mengeluarkan sebuah batang rokok dan pematik api. Dihisapnya nikotin yang menempel pada tembakau dan dihembuskannya nikotin itu di udara.

Sosok lelaki kecil hatinya frustasi dan melemparkan kapak besar ke dinding-dinding hatinya. "Semenjak kapan kau merokok, bodoh? Jangan kau kotorkan kamarmu ini"

"Shut up!" gumam Liam. Ia memperhatikan setiap sudut jalan untuk mencari jalan pintas, tetapi yang Ia temukan adalah kedua pasangan yang sedang berciuman di depan umum, Stacie dan Daniel.

Mereka berdua melepaskan bibir mereka dari bibir pasangannya. Mereka terlihat berjalan dan nasuk ke dalam toko yang menyediakan fasilitas pernikahan.

Ia memarkirkan sepeda motornya di depan toko tersebut. Ia menunggu Stacie keluar dari toko tersebut.

Selang beberapa menit kemudian Stacie bersama Daniel pun keluar dari toko tersebut. Liam menghampiri perempuan itu. "Sedang apa kau, jalang?"

Daniel segera menoleh ketika perempuan disampingnya itu dipanggil jalang. "Tolong dijaga dong mulutnya!"

Liam terkekeh mendengar Daniel membentaknya seperti itu. "Rupanya kau mau dipermainkan seperti itu? Ia berselingkuh darimu, Ia mengambil Louis dari adikku!"

"Mengambil?" tanya Stacie sembari tertawa keras. "Sejak kapan adikmu itu punya hubungan special dengan Louis?"

Liam tersenyum kecut. "Semenjak mata dan hatimu menjadi kotor!" Ia kembali ke sepeda motornya dan memakai full helmet hitam miliknya. "Akan ku perhatikan semua gerak-gerikmu, jalang." Liam segera melajukan sepeda motornya.

Sesampainya di depan rumah sakit,Ia segera berlari menuju ruangan Natalie dan membuka pintu ruangannya secara kasar. "Maafkan aku, Natalie!"

Natalie dan Jane tersontak kaget. Jane yang melihat anaknya sedang tak waras itu segera menariknya kasar.

"Kau ini kenapa sih?" tanya Jane sembari menarik Liam keluar ruangan.

Liam menjenggut rambutnya. "Kacau. Semuanya kacau."

"Apanya yang kacau, Liam?!" tanya Jane setengah berteriak.

"Louis."

Jane menepuk dahinya. "Jangan bilang bahwa kau tidak berhasil menemukan Louis dan di dalam hati kecilmu itu kau masih menyimpan rasa muak karenanya."

Liam menggeleng-gelengkan kepalanya selama Jane berbicara tentang semua yang ada di pikirannya. "Aku berhasil menemukannya."

Semua orang di sepanjang koridor itu bisa dengan jelas melihat Jane yang sedang frustasi.

"Lalu mengapa tidak kau bawa ke sini, Liam?" Jane menggoyang-goyangkan tubuh kekar anak sulungnya itu.

"Tidak bisa." Liam menggigit bibir bawahnya. "Ia sedang tidak berdaya," ucapannya terhenti ketika Ia merasakan cekatan henat di tenggorokannya, "Ia korban kecelakaan balap liar di belakang stasiun."

Seketika tubuh Jane menjadi lemas. Bibirnya menjadi pucat dan pandangan matanya menjadi kosong.

"Mom," ucap Liam lirih. "Kita akan berbicara kepadanya bersama-sama bukan?"

Jane mengangguk. "Jangan berbicara yang sebenarnya. Katakan saja bahwa Louis sedang pergi ke luar kota."

Liam mengangguk. Ia dan Jane segera masuk ke dalam ruangan. Melihat pelupuk adiknya dibasahi oleh air mata, hatinya merasa teriris-iris.

"Liam." Suara merdu itu terdengar parau dan lemah sekali.

"Hey, dik." Liam menghampiri Natalie dan menggenggam tangannya.

Natalie menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi kedua pipinya itu. "Dimana Louis? Si berengsek itu?"

Liam menoleh ke arah Jane yang sedang mengangguk ke arahnya. Liam menatap kembali adiknya. "Ia sedang pergi keluar kota untuk mencari pengganti sementara graphic designer di kantormu, Nat."

"Apakah Ia akan kembali?"

Liam mengangguk. "Ya, Ia akan kembali untukmu," jawab Liam sembari mengecup kening adiknya.

=====

A/N

Hey, kita udah sampe chapter 20 dan tinggal ada 2 chapter lagi! Kira-kira ada bonus chapter nggak ya?:b Mihihi, don't forget to vote and comment!

Gif Jane Payne (Rosalie Hale) on Multimedia!

Sincerely,

Shafa xxx

Black // tomlinsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang