[xiii]

985 120 16
  • Dedicated to Galauers
                                    

Song for this chapter : 

1. Justin Bieber - Heartbreaker 

2. One Direction - More Than This 

===== 

Fajar yang terbit memancarkan sinarnya membuat Natalie terlihat muram ketika sebuah kantung mata hitam yang menggantung di bawah matanya terlihat jelas. Semenjak kemarin malam Louis dan Stacie sama sekali belum memunculkan batang hidungnya. 

Natalie menyilangkan kakinya dan terus menerus mengganti saluran yang sedang ditonton olehnya. Ia meneguk seteguk kopi hangat dengan campuransusu dan coklat kesukaannya–well, Ia lebih suka menyebutnya dengan 'Chomilk Coffe'. 

Handle pintu berputar secara perlahan. Keluar sesosok gadis yang tubuhnya hanya dibalut oleh selimut tipis. Stacie tersenyum kepadanya. "Morning, Nat." 

Natalie menyerengitkan dahinya. Ia mengamati wajah dan rambut Stacie dengan seksama, tetapi pandangannya beralih pada sosok tanpa mengenakan kaos tipis yang baru saja memunculkan batang hidungnya. Rambut dan wajahnya terlihat kusut, tetapi bola matanya memancarkan perasaan mabuk cinta. Pun Natalie menelan ludah dan kerongkongannya terasa pahit ketika melihat kedua temannya itu. 

Stacie meminum dua aspirin yang berada di dalam tasnya. Ia memandang ke arah Louis sembari mengedipkan matanya. Begitu pula dengan Louis yang sedang berdiri tegak di ambang pintu. 

Dengan langkah kaki yang gemulai Stacie melangkah kembali menuju kamar tidur, tetapi tidak dengan Louis. Ia melangkah menghampiri Natalie dan duduk di sampingnya. 

Natalie memandang Louis kesal. Pun Ia malah membuang pandangannya dari Louis. "Jadi selama ini–". Perkataan Natalie terhenti begitu saja ketika Louis membungkam mulut Natalie dengan kedua tangannya yang kekar itu. 

"Jangan di sini". Ia memandang kedua bola mata Natalie dengan kantung mata yang terlihat sangat jelas. "Kau begadang?" 

Natalie mengangguk secara perlahan. "Menunggumu keluar kamar". Ia menatap Louis dengan mimik yang menyebalkan. "Aku tidak ingin mati kedinginan akibat tidur di sini". Ia menepis tangan Louis yang hendak memegang tangannya dengan kasar. "Kau tahu kan kalau aku memiliki asthma?!". Natalie menekankan setiap perkataan yang dilontarkan olehnya. 

Mimik wajah Louis seketika berubah drastis. "Maafkan aku". Ia melihat secangkir kopi yang sedang dipegang oleh Natalie. "Kau meminum kopi?". Nafasnya menjadi tidak beraturan ketika melihat temannya bertingkahlaku seenaknya. "Tetapi kau kan memiliki riwayat maag." 

Natalie merunduk dengan raut wajah kesal. "SUDAH KU BILANG BAHWA AKU MENUNGGUMU!" 

Stacie dengan gemulai keluar kamar dengan keadaan yang sudah rapi seperti semula. "Ada apa?" 

"Tidak". Louis bangkit dan segera menghampiri Stacie. "Lebih baik kau pulang saja, beristirahatlah. I love you". Bisikan maut Louis kepada Stacie rupanya menusuk telinga Natalie dan menancapnya dalam-dalam. 

Natalie menahan rasa sakit yang dipendam olehnya. Pun Ia bangkit dari tempat duduknya dan menaruh secangkir kopi ke atas meja kayu. Dengan gerakan yang cepat, Ia berjalan ke arah pintu keluar. "Biarkan, aku saja yang pergi dari sini."

BRUK!

Pintu kayu itu terbanting dengan keras. Lontaran kemarahan dan kebencian hati Natalie memikat hati Louis yang dengan segera mengejarnya. 

"Natalie!". Teriakan Louis menggema di koridor apartment. Dengan cepat Louis menarik tangan Natalie. 

Air mata Natalie jatuh membasahi pipi halusnya.Genggaman tangan itu kini menjadi sebuah kepedihan yang mendalam atas rasa sakit yang terpendam cukup dalam di dalam hati. "Sudah cukup, Louis." 

Black // tomlinsonWhere stories live. Discover now