[xviii]

870 97 12
                                    

Song for this chapter :

1. Maroon 5 - Payphone

2. Lady Gaga - Bad Romance

=====

Detak jantung Natalie semakin cepat dalam rekam jantung yang berada di sampingnya. Tangan mungil yang kaku itu kini mulai berkutik. Matanya perlahan-lahan membuka dan kembali menerima cahaya lampu yang membuat pupilnya membesar. Ia menarik rambut Liam yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Sang kakak terbangun dan tersenyum melihat adiknya sudah siuman.

"Bagaimana rasanya?" Liam mengecup dahi Natalie dengan perasaan lembut berbalut kasih sayang. "Sudah baikan?"

Natalie tersenyum dan mengangguk pelan.

"Apakah kau lapar?" tanya Liam sembari memegang dan meremas tangan adiknya.

Dengan suara yang lirih dan parau, gadis itu mengangguk dan menjawab, "Ya."

Pun Liam segera mengambilkan semangkuk bubur ayam yang telah disiapkan ibunya yang sedang beristirahat di rumah. Disuapkannya sesendok nasi lunak itu ke mulut sang adik. Natalie mengunyahnya secara perlahan-lahan. Lidahnya yang pahit tak dapat merasakan rasa cinta yang terdapat di dalam bubur itu.

Ingatannya kembali ke beberapa minggu yang lalu. Disaat Louis menyuapkannya bubur ayam yang dimasak oleh ibunya. Dimana mata Louis berkaca-kaca dengan segenap rasa kekhawatirannya terhadap Natalie.

"Dimana Louis?" tanya Natalie sembari mengkerutkan dahinya.

"Aku tak melihatnya semenjak kemarin," Liam mengigit bibir bagian bawahnya, "Memangnya ada apa?"

Natalie menggeleng-gelengkan kepalanya secara perlahan. "Bisakah kau menyalakan televisi untukku?"

"Tentu saja." Liam mengambil remote televisi yang berada tepat di samping adiknya. "Kau ingin menonton saluran apa?"

"Nyalakan saja."

Pun Liam menyalakan televisi yang berada di depannya. Rupanya saluran yang mereka tonton adalah midnight news dengan segala topik yang berbau di atas 15 tahun itu kini sedang membahas tentang korban adu balap liar yang mengalami kerusakan pada tengkorak dan tulang rusuknya.

"Kasihan sekali korban balap liar itu," celetuk Natalie beberapa menit setelah Liam menyalakan televisi.

Liam mengangguk. "Ya, betapa bodohnya Ia ketika menginginkan adrenalinnya terpacu dalam arena adu balap liar."

"Tetapi apakah kau memikirkan apa yang aku pikirkan, Li?"

"Tidak. Memangnya apa yang sedang kau pikirkan?"

Natalie memejamkan matanya dan menghela nafas. "Aku membayangkan jika korban itu adalah teman dekatku."

"Hey, jaga omonganmu, dik." Liam segera mematikan televisi. "Jangan berpikir yang tidak-tidak."

"I'm fcking seriously, Liam."

Liam menggenggam tangan mungil milik sang adik. "Ya sudah, lebih baik kau meneruskan makanmu."

Natalie mengangguk secara perlahan dan meneruskan kegiatan makan malamnya.

-----

I'm at a payphone

Trying to call home

Ponsel milik Liam berdering. Melihat nama sang sahabat terpampang jelas di ponselnya, pun Ia segera mengangkatnya.

"Zayn? Ada apa?" tanya Liam sembari bertanya-tanya.

 

"Hai, Li. Kau sudah tahu kabar terbaru dari Louis?"

Black // tomlinsonWhere stories live. Discover now