[xii]

1K 116 8
                                    

Song for this chapter :

1. Zedd ft. Hayley Williams - Stay The Night

2. Queen - Jealousy

=====

Louis berlari mengambil kotak P3K dan kembali ke hadapan Natalie dengan mimik cemas. Ia mencari obat merah yang berada di kotak P3K itu. Dibukanya obat merah yang ditemukan olehnya dan diteteskannya di atas luka Natalie.

"WHAT THE HELL R U DOING!?". Natalie menekankan setiap perkataannya. "USE THE COTTON!"

"Maafkan aku". Louis mengambil beberapa kapas yang tergeletak di dalam kotak P3Knya itu. Pun Ia menuangkan beberapa tetes obat merah ke atas kapas yang baru saja diambil olehnya. "Jika sakit maka gigitlah ini". Louis merobek bagian bawah bajunya dan memberikannya kepada Natalie. "Bersiaplah."

Kapas itu ditempelkan di atas luka Natalie. Natalie yang tampak kesakitan itu meringis dan menggigit beberapa benang yang sudah diproses menjadi kain. Louis meniup luka Natalie agar menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Natalie menitikkan air mata setetes demi tetes. Ia memandang Louis dengan pemandangan air yang menggenang di pelupuk matanya.

"Maafkan aku, aku tidak handal dalam hal mengobati orang, apalagi jika itu seorang perempuan". Louis tersenyum segan kepada Natalie, Ia menatap mimik Natalie yang meringis kesakitan. "Bertahanlah". Pun Louis meneteskan luka itu dengan obat merah lalu menekan dan membalutnya dengan perban.

Natalie meneteskan air mata–menecerminkan perasaannya yang perih menahan rasa sakit yang diderita olehnya. "Sakit", Gumamnya.

Louis menekan perban itu agar darah segar yang sedang mengalir berhenti begitu saja. "Apakah sakit?". Louis menatap Natalie dalam-dalam. "Jika iya, maaf."

Natalie mengangguk. Ia melepaskan kain yang sedang digigit olehnya. Pun air matanya jatuh dengan deras–seperti halnya air yang terjun bebas dari ketinggian.

Louis mengemasi obat-obatan beserta perlengkapannya ke dalam lemari kaca. Ia mengambilkan segelas air putih yang diperuntukkan oleh Natalie. Tumitnya bergerak cepat menuju Natalie. "Minumlah", Ucapnya sembari memberikan segelas air putih.

Natalie mengambil gelas tersebut dan meminumnya satu demi satu tegukan. "Terima kasih". Ia menaruh gelas tersebut di atas meja kayu yang berada di sampingnya.

"Sudah terasa lebih baik?", Tanya Louis seraya menebarkan senyuman keteduhan yang hangat. "Apa kau lapar?".

Natalie menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, aku sudah kekenyangan". Ia beranjak dari sofa beludru yang lembut dan menawan itu. "Aku lelah". Kini suara itu terdengar lebih lirih.

"Tidurlah."

Natalie menoleh ke arah Louis. "Tidak apa-apa bukan?", Tanya Natalie sembari memperlihatkan mimik sedihnya yang membuat hati Louis luluh lantah.

"Ya."

Natalie pergi ke kamar tidur yang diperuntukkan baginya. Sementara Louis terdiam sembari menatap ke arah kaki meja kaca yang terdapat sebuah paku dengan balutan darah yang menetes. "Ku harap kau baik-baik saja."

-----

Mentari terbenam dengan sangat cepat. Keduanya sedang terlelap dan berkelana di dalam mimpinya masing-masing. Suara keheningan malam mulai terbit menyelimuti kegelapan. Sebuah ponsel yang tergeletak begitu saja di atas meja bergetar akibat panggilan masuk yang menyelinap dalam jaringan telephone.

Louis terbangun dari tidurnya, Ia mengambil ponsel tersebut dan segera mengangkatnya. "Halo?". Suara itu terdengar parau akibat nyawanya yang belum sepenuhnya kembali.

Black // tomlinsonWhere stories live. Discover now