[xv]

911 108 12
                                    

Song for this chapter :

1. Colbie Cailat - Realize

2. Maroon 5 - Sad

=====

Louis membuatkan susu coklat hangat untuk sang pujaan hatinya. Rasa cinta menambah kelezatan manisnya coklat di lidah. Pun Ia melangkah menghampiri Stacie untuk memberikan secangkir susu coklat penuh cinta. Disodorkannya susu coklat itu kepada sang pujaan hati.

"Miinumlah". Louis mengambil tempat duduk tepat di sebelah Stacie. Dibelainya sang pujaan hati. "Berhentilah menangis. Ini bukan salahmu."

Stacie meminum seteguk susu hangat itu. "Bagaimana jika Ia benar-benar membenciku?". Air mata Stacie kembali membasahi pipi merah mudanya.

"Tidak mungkin". Louis mencium dahi Stacie dan merangkulnya erat.

"Nothing impossible, Louis."

Ditatapnya sang pujaan hatinya dan digenggam tangannya dengan penuh kehangatan. "Akan ku yakinkan Ia agar tidak membencimu."

Mata mereka saling bertemu dan saling meyakinkan satu sama lain akan keteduhan dan kenyamanan yang terpancarkan. Louis mencium punggung tangan Natalie dan mengeluskannya ke pipinya.

Man it's been a long day

Stuck thinking 'bout it

Driving on the freeway

Wonderin' if I really

Tried everything I could

Not knowing if I should

Try a little a harder

Mendengar ringtone ponselnya berbunyi, Ia segera mengangkatnya. "Liam?". Suara Louis terdengar parau ketika Ia mengetahui bahwa kakak dari temannya menelponnya.

"Sudah puas dengan semua yang telah kau lakukan?"

Louis mematung mendengar Liam berkata seperti itu. "A-apa maksudmu?"

"Masih ingat dengan Natalie?"

"Ya". Louis mengangguk secara perlahan–walaupun Ia tahu bahwa Liam tidak bisa melihatnya mengangguk-anggukan kepala.

"Masih ingat tentang insiden itu?"

Louis menyerengitkan dahinya. "Insiden apa?"

"Masih ingat dengan perjanjian itu, huh?"

Mata Louis terpejam ketika Liam membesarkan volume bebicaranya di saluran telephone. "Ya."

"Cepat pergi ke rumah sakit jika kau benar-benar ingin bertemu adikku lagi!"

Dahi Louis mengkerut, gigi putihnya mengigit bibir bagian bawah, tangannya berbasuh keringat dingin dan perasaannya yang tidak waras membuatnya berpikir keras. "Tapi, Liam. Ada ap–". Saluran telephone itu terputus ketika Louis belum sempat menyelesaikan perkataannya.

Louis segera menatap Stacie yang sedang duduk termenung melihatnya. "Nat–maksudku Stacie. Tunggu di sini, aku akan segera kembali."

Diambilnya kunci mobil range rover miliknya. Mobil itu kini melaju cepat di atas aspal yang berdebu itu. Ban mobil berputar lebih cepat dari  jet coaster.

TIN! TIN!

Louis membuka kaca mobil dan berteriak kepada pengemudi gila yang baru saja menyalip dan hampir menabraknya. Wajahnya yang kesal itu membuat beberapa pasang mata menatapnya dengan keheranan.

Black // tomlinsonWhere stories live. Discover now