[xix]

835 108 9
                                    

Song for this chapter :

1. Faydee - Can't Let Go

2. Will I Am ft. Miley Cyrus - Feeling Myself

=====

Natalie memutarkan kedua bola matanya ketika Liam menampakan seringaiannya. "Menjijikan!"

Liam menghampiri Natalie dan mendekatkan wajahnya ke wajah adiknya. "Kau cemburu, huh?". Ia mengangkat sebelah alisnya. "Kasian adik kecilku cemburu," ucapnya sembari mencubit kedua pipi Natalie.

"Ewh."

Ia terkekeh mendengar perkataan adiknya. "Hati-hati kemakan omongan."

"Kau jauh dari type-ku, ewh."

"Type-mu seperti apa? Si berengsek Louis Tomlinson, huh?"

Natalie kaget mendengar pertanyaan kakaknya itu. "T-tidak. Lagi pula mengapa kau memanggilnya berengsek?"

"Bohong," ucapnya sembari memincingkan kedua bola matanya, "Suaramu terdengar parau. Jelas-jelas kau berbohong kepadaku."

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Mengapa kau memanggilnya berengsek?"

Liam menghela nafas. "Karena Ia menggaetmu."

"Menggaet?" tanyanya. "Jelas-jelas aku single, Liam."

Ia mendongkak. "Single? Single atau jomblo?"

"Tidak ada perbedaan antara single dan jomblo," ujar Natalie sembari memajukan bibir pucatnya itu.

"Ada," jawab Liam. Ia bersandar di atas sofa panjang itu. "Kalau jomblo itu, udah jelas kamu nggak punya pasangan, tetapi kalau single itu bisa jadi udah punya pasangan dan sedang menyendiri," ujar Liam menggurui.

"Tn. Payne, sungguh disayangkan kau terlalu sok tahu," ledek Natalie sembari melirik sinis sang kakak. "Tak ada yang bisa membuktikan teorimu itu."

Liam terkekeh mendengar perkataan adiknya. "Cari saja di Google."

"Untuk apa? Hanya membuang-buang waktuku saja."

"Dasar anak kecil."

Natalie membuang mukanya dan menatap ke luar jendela. "Lalu jika digantungkan apa namanya?"

"Ng?" Liam mengangkat sebelah alisnya. "Maksudmu?"

"Aku mencintainya, tetapi Ia mencintai orang lain."

Liam terkekeh. "Ternyata kau sudah dewasa." Ia meneguk segelas kopi di atas meja kaca di sampingnya. "Ikhlaskan saja."

"Orang bilang cinta tak bisa dipaksakan, bukankah begitu pula jika masih cinta tetapi dipaksa untuk melupakan?" tutur Natalie. "Begitupula dengan kau bukan? Kau belum sepenuhnya bisa melupakan Sophia dari dalam benakmu?"

Liam tersedak mendengar perkataan adiknya. "D-dari mana kau tahu kalau aku putus dengannya?"

"Ia sudah tidak pernah lagi bermain ke rumah."

"Ya, memang," ucapnya parau.

Sekarang giliran Natalie yang terkekeh melihat sang kakak memasang muka gundah gulana. Ia melemparkan ponsel miliknya ke arah Liam. "Jika kau masih mencintainya, hubungilah dia."

Liam menatap ponsel yang dilempar oleh adiknya itu. "Ia sudah bahagia dengan lelaki lain."

"Uh, I'm sorry."

Pintu berderit kencang. Seorang wanita masuk ke dalam ruangan. Ia terlihat membawa sebuah keranjang buah yang dihiasi dengan setangkai mawar merah.

"Natalie, aku bawakan buah-buahan untukmu," ucap Jane sembari berjalan menghampiri Natalie.

Natalie tersenyum melihat orang yang melahirkannya datang dan membawakan buah-buahan kesukaannya. "Terima kasih, ma."

Liam tersenyum melihat kedua orang yang dicintainya berdampingan dihadapannya. "Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu ya."

Liam segera keluar dari ruangan dan berlari menghampiri sepeda motor hitam miliknya. Dipasangnya full helmet hitam dan disiapkannya ancang-ancang laju sepeda motor. Sepeda motor itu melaju dengan kecepatan tinggi memecah lalu lintas Kota London.

Beberapa blok darinya terdapat rumah sakit sahabatnya. Ia terus melaju, di dalam hatinya ada segenap penyesalan atas apa yang telah Ia lakukan terhadap Louis. Rupanya traffic jam tetap tidak bisa Ia taklukan. Ia menoleh ke arah toko elektronik di samping kirinya. Televisi plasma sedang menampilkan breaking news.

"Telah terungkap dalang dari adu balap liar. Rupanya pelaku merupakan klien dari perusahaan korban. Hanya karena motif ingin mendapatkan seorang wanita, perjanjian antara kedua perusahaan besar itu pun resmi dibatalkan."

Ia terus memperhatikan dan mendengarkan setiap kata yang dilontarkan sang presenter walaupun suaranya sudah pasti tenggelam akibat bersaing dengan suara keriuhan Kota London.

Ia menoleh ke samping kanannya, sebuah gang kecil yang akan menghemat energinya. Diterobosnya gang kecil itu. Speedometernya terus bergerak dan tak pernah melambat.

"Shit!" Liam mengumpat karena gang yang diterobosnya tidak ada jalan keluar. Ia menoleh ke arah kanan dan kirinya. Ada sebuah drum minyak dan papan kayu panjang. Dirakitnya kedua benda itu untuk membantunya melompati tembok setinggi satu setengah meter.

Liam mengambil ancang-ancang untuk melompati tembok setinggi satu meter itu. Sepeda motornya melaju kencang dan terbang di udara. Lelaki itu berhasil melompati tembok itu.

Ia mendarat di atas beton tempat remaja London bermain skateboard. Sepuluh meter di depannya terpampang jelas gedung rumah sakit modern itu. Ia segera melaju dan akhirnya parkir di depan gedung rumah sakit. Dilepasnya full helmet yang Ia kenakan dan berlari menuju ke dalam gedung.

Ia melihat Harry dari kejauhan. "Harry!" Harry menoleh ke arahnya dan melambaikan kedua tangannya. Dengan cepat Ia berlari menghampiri Harry. "Bagaimana dengan kabar Louis?"

"Ia benar-benar lemah. Kritis dan belum sadarkan diri."

Liam segera mendekati kaca tembus yang memperlihatkan tubuh Louis yang terkulai lemas. "Maafkan aku, Louis." Ia menundukkan kepalanya. "Adikku mencintaimu."

=====
A/N

Yeaayy, udah chapter 19 ajaa yakk:D Menurut kalian nanti endingnya bakalan Natalie-Louis atau Stacie Louis? Gimme your vote and comment!

Liam Payne on Multimedia!

Sincerely,

Shafa xxx

Black // tomlinsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang