[iv]

1.5K 132 12
                                    

Song for this chapter :

1. Katy Perry - Roar

2. Slash ft. Adam Levine - Gotten

*****

Natalie menunggu Louis untuk menjemputnya pulang dari kampus dan kembali lagi ke kantor untuk mengadakan meeting, kebetulan mobil semata wayangnya sementara sedang beristirahat di bengkel terdekat. Ia ingin membicarakan hal yang baru saja dilihatnya di ruangan Daniel tadi siang.

"Hai, Nat. Cepat masuk," ajak Louis yang baru saja sampai di depan kampus Natalie.

Mungkin kalian berpikir, bahwa tidak ada kaitannya seorang design grafis mengambil jurusan magister dalam bidang ekonomi. Natalie memiliki dua kepribadian yang bertolak belakang. Ia menyukai ekonomi di satu sisi, di sisi lain Ia menyukai bidang seni terutama dalam bidang design, dua kepribadian itu melebur menjadi satu sehingga Ia harus mengejar kedua mimpi-mimpinya itu menjadi sebuah kenyataan.

Natalie tersenyum, Ia melangkahkan kakinya dan segera menaiki mobil milik Louis. "Hai, Lou. Tumben kau cepat sekali datangnya, biasanya kau suka sekali membuat orang lain menunggu."

"Aku yang dulu bukanlah yang sekarang, Nat," ucap Louis sambil menancapkan gasnya.

Natalie terkekeh mendengar perkataan Louis. "Baiklah, ku kira kau tidak bisa berubah dan semakin lama semakin menyebalkan."

Louis menatap Natalie dengan tatapan menyebalkan. "Don't judge people by their cover. Apa yang ingin kau bicarakan tentang Stacie dan Pak Daniel?"

"Kau sudah tau kan kalau mereka ingin bertunangan?", Natalie menarik nafas dalam-dalam. "Tadi aku melihat mereka berdua sedang berciuman di dalam ruangan Pak Daniel."

"Lalu, apa masalahnya? Bukannya itu adalah hal yang wajar?" tanya Louis sembari merogoh saku celananya, mencoba mencari sebuah permen karet yang baru saja dibelinya.

"Ya, aku tahu itu, Louis. Maksudku, bukan itu masalahnya," ucap Natalie sembari menatap suasana lalu lintas Kota London.

"Lalu?" ucap Louis sembari menguyah permen karet yang baru saja ditemukannya. Ia membuat gelembung-gelembung kecil yang membuat Natalie begitu enggan melihatnya.

Natalie melirik Louis seraya berkata. "Jadi, aku melihat seorang pria berbalut pakaian casual sedang berada di dalam ruangannya". Natalie menghela nafas dan kembali melanjutkan perkataannya. "Lalu, ku lihat pria itu sedang memegang sehelai kertas beserta sebuah pena dan kau tahu apa?"

"Apa?"

"Ternyata pria itu adalah seorang penjahit. Ku lihat Ia sedang menulis beberapa angka yang sepertinya angka-angka tersebut mencerminkan ukuran tubuh Stacie. Kau tahu kan maksudku?" tanya Natalie sembari memainkan rambutnya.

Mimik wajah Louis seketika berubah menjadi merah padam. "Bisakah kau mempercepat perkataanmu itu dan tidak terus menerus melontarkan pertanyaan yang sebenarnya jalan ceritanya sudah diketahui oleh kau?"

"Oh, Louis. Pria itu yang menjahit gaun yang akan dipakai Stacie dalam acara pertunangan nanti, tetapi tadi Stacie hanya berbalut kain tipis saat sedang diukur," ucap Natalie sembari memutarkan kedua bola matanya.

Louis tersentak, Ia melirik Natalie dengan lirikan penuh amarah. "Mereka benar-benar ingin bertunangan?"

Belum sempat Natalie menjawab, Louis sudah menatap Natalie dan seketika rahang-rahangnya itu mengeras, segumpal daging yang membentuk otot-otot itu menampakkan sosoknya. SexyI mean crazyas hell. Tangannya menjadi mengeras, hanya seutas tali biru–lebih tepatnya urat–yang menghiasi kepalan tangannya. Louis menancap gas seakan ingin melampiaskan amarahnya. "Jawab aku!"

Black // tomlinsonWo Geschichten leben. Entdecke jetzt