[v]

1.2K 125 10
                                    

Song for this chapter :

1. Phillip Phillips - Home

2. Taylor Swift - I Knew You're Trouble

=====

Pagi yang cerah, secerah senyuman matahari pagi yang membuat siapapun yang terkena pancarannya akan merasa segar. Tapi, hari ini ternyata tidak semua orang merasakan kesegaran matahari pagi yang cerah. Natalie harus berbaring di tempat tidurnya seharian, Ia harus beristirahat akibat suhu badannya tinggi.

"Kau tidak apa-apa, Nat?" tanya Louis sembari mengecek suhu tubuh Natalie. "Suhu tubuhmu panas, tetapi sekujur tubuhmu dingin. Kau kedinginan?"

Natalie membuka matanya perlahan-lahan, Ia mencari dimana suara itu berasal. Perlahan,  melirik ke arah Louis. "Louis? Mengapa kau ada di sini?"

Louis tersenyum melihat Natalie yang sedang memberikan mimik bangun tidurnya yang lucu itu. "Liam menitipkanmu padaku. Ia dan ibumu harus pergi ke rumah sakit untuk check up, maaf jika aku lancang masuk ke dalam kamarmu".

"Ya, tidak apa-apa Louis," ucap Natalie datar. "Kemana yang lain? Apakah mereka sudah pulang?"

Louis mengangguk. "Apakah kau kedinginan?" tanya Louis sembari memegangi jari tangan serta jari kaki Natalie secara bergantian. Ia khawatir akan keadaan Natalie, jika Ia menyetujui permintaan kakaknya lalu sebenarnya Ia tidak menjaga adiknya, Ia akan dikubur hidup-hidup oleh Liam.

Natalie menatap Louis dengan tatapan yang aneh. "Tidak. Ku kira di sini suhu ruangan naik sepuluh derajat."

Louis terkekeh mendengar perkataan Natalie. "Badanmu panas, Nat. Memangnya kau bermimpi apa sehingga bisa panas seperti ini?"

"Oh aku ingat, semalam aku bermimpi mandi sauna. Mungkin itu yang membuat badanku panas, Louis," ucap Natalie dengan polosnya.

Louis terbahak-bahak, Ia tidak tahu jika Natalie sedang sakit, Ia akan sepolos ini. "Kau bisa saja, Nat. Apakah kau lapar? Aku membawakanmu bubur."

Natalie mengangguk. Louis melangkah pergi menuju dapur, mengambil bubur yang sudah dibawakannya dari rumah. Tak lupa Ia mengambil sendok serta serbet makan. Ia kembali melangkah menuju kamar Natalie, bersiap untuk menyuapi Natalie yang terkulai lemas di atas ranjang. "Aku yang akan menyuapimu, Nat." Louis membantu Natalie untuk duduk tegak bersenderkan sebuah bantal besar, jika Ia sarapan dengan posisi berbaring, semua orang akan memastikan bahwa Ia akan tersedak.

"Terima kasih, Louis," ucap Natalie sembari membetulkan posisi tubuhnya yang dirasanya kurang nyaman. "Apakah kau tidak jalan dengan Stacie?"

Louis hanya tersenyum mendengar Natalie melontarkan pertanyaan seperti itu. "Tidak, ada hal yang lebih penting selain itu."

"Jika hal itu lebih penting, mengapa kau masih diam disini? Aku bisa mengurus diriku sendiri, Louis," ucap Natalie sembari menatap langit-langit atap rumahnya. 

"Tidak, Nat. Hal terpenting itulah yang membawaku untuk kesini, aku ingin menemanimu. Aku masih merasa bersalah atas kejadian kemarin malam, Nat". Louis mengusap dahi putih Natalie. "Lebih baik, sekarang kau makan."

Natalie tersenyum, Ia melahap suapan demi suapan yang Louis berikan kepada Natalie. Ia bersyukur salah satu sahabat kakaknya ada yang perhatian kepada dirinya. "Kau membeli bubur ini dimana, Louis?"

"Ibuku yang membuatnya, apakah kau suka?" tanya Louis sembari menyodorkan suapan terakhirnya kepada Natalie. "Kelihatannya kau menyukai bubur buatan ibuku, lihatlah serpihan bubur itu ada di sekitar mulutmu, Nat."

Pipi Natalie berubah menjadi merah muda, Ia merasa malu. "Hehehehe. Sepertinya kau sudah mengetahuinya."

Louis terkekeh mendengar ucapan Natalie. "Besok-besokku bawakan lagi ya."

Black // tomlinsonTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon