[ii]

2.1K 167 6
                                    

Song for this chapter :

1. Avril Lavigne - What The Hell

2. Sarah Bareilles - Brave

=====

Alarm Natalie seperti biasa membangunkannya setiap pukul 06:00 a.m. Perlahan Natalie membuka matanya dan mendapati dirinya masih memakai pakaian yang sama seperti kemarin, lengkap dari atas sampai bawah. Ia mematikan alarm tersebut dan berjalan menuju kamar mandi, bersiap-siap untuk pergi kerja.

Natalie tak pernah tahu apa tantangan yang terjadi dalam setiap hari, jam, menit, dan detik. Terkadang Ia disenangi oleh banyak orang, terkadang juga sebaliknya. Tak ada yang mengetahui apa isi hati maupun pikirannya. Jika Ia sudah bersikap dingin, maka berhentilah berdebat dengannya atau kau yang nantinya akan membeku kedinginan.

Ia keluar dari kamar mandinya dan segera memakai pakaian pekerja kantoran. Ia berias seadanya, Ia ingin menonjolkan kecantikan natural bukan kecantikan akibat make-up. Perlahan Ia mengoleskan cream ke kantung matanya yang terlihat hitam itu. Ia memakai maskara dan sedikit memperlentik bulu matanya. Tak lupa Ia memakai blush on dan lipstick dengan warna yang senada. Merasa sudah siap, Ia keluar dari kamarnya.

"Dek, mau kemana?" tanya Liam yang sedang berleha-leha di sofa.

"Mau kerjalah. Maaf ya, aku bukan pengangguran," ledek Natalie sambil memperlihatkan muka menyebalkan, sekaligus senyum kecutnya.

Liam menghela nafas. "Terserah kau saja, tapi aku masih didekati oleh wanita, tidak seperti kau yang sendirian selama bertahun-tahun."

Natalie yang mendengar perkataan itu langsung mendengus kesal dan melempar buah apel kepada sang kakak. "Jangan membawa-bawa status, Liam!". Ia segera mengambil kunci mobil, Ia tidak peduli dengan tatapan kakaknya yang sedang memincingkan kedua matanya ke arah dirinya.

"Hi, Natalie! Makan dahulu sebelum kamu berangkat, nanti kau sakit," ucap Jane yang berusaha untuk mengejar anaknya.

"Aku akan makan, mom. Tapi tidak di sini!" teriak Natalie dari dalam mobilnya. Ia pun menancapkan gas dan melaju, berpacu dalam kecepatan dan kegaduhan lalu lintas Kota London. Ia memasang tape dengan volume kencang, berharap suara, nada, dan alunan-alunan musik yang didengar olehnya, bisa meredam emosi dirinya.

Kecepatan mobilnya yang terlihat di speedometer-nya itulah yang membuat dirinya sampai di gedung perkantoran lebih cepat dari biasanya. Ia memarkirkan mobilnya di sebelah mobil sahabatnya, Stacie. Merasa tidak lapar, Ia langsung masuk ke dalam gedung tersebut. Ia masuk ke dalam lift dan menekan lantai yang akan ditujunya, lantai tiga. Mendapati dirinya sudah berada di lantai tiga, Ia segera keluar dari dalam lift.

Ia melangkahkan kakinya hingga sampai di depan ruang kerjanya. Ia masuk ke dalam ruangan itu dan terkejut mendapati Louis sedang duduk di kursinya. "Louis?!"

"Hm, kapan kamu mau menjalankan misimu?" tanya Louis sambil menghampiri Natalie.

"Misi apa?". Natalie mencoba untuk mengingat hal yang harus diingat olehnya saat ini juga. "Soal Stacie?"

Louis mengangguk dengan cepat. "Ya, kapan kau akan menjalankannya?"

Mengingat bosnya yang sangat killer sedang mendekati Stacie, Ia hanya bisa menelan ludahnya dan berkata, "Secepat yang aku bisa, Louis."

Louis tersenyum tipis dan meninggalkannya sendirian di dalam ruangan kerjanya. Ia harus mencari akal agar bisa membuat Stacie jatuh ke tangan Louis. Ia duduk di kursinya dan membuka buku-buku favoritnya 'Sherlock Holmes', Ia berharap buku itu akan menolongnya untuk mendapatkan ide agar misi itu berhasil.

Black // tomlinsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang