t w o :: detak yang berbeda

2K 129 16
                                    


Cinta bisa jatuh kepada siapa saja, bahkan teman dekat. Dia yang tidak pernah kau duga akan kau cinta.

–Boy Candra–

**

INDIRA menghampiri Keysha setelah melaksanakan ibadah sholat Dzuhur berjamaah di sekolah dan didapatinya teman sebangkunya itu sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja. Waktu istirahat menyisakan sepuluh menit lagi, namun gadis itu tak kunjung bangun dari tidur nyenyaknya.

"Woi, Keysha." Indira membangunkan Keysha perlahan dengan menempuk salah satu pundak milik sahabatnya itu.

Sayangnya usaha yang dilakukan Indira tersebut terlihat tidak berhasil.

"Bangun, Key!" volume suara Indira bertambah satu nada sehingga kali ini terdengar lebih melengking. Tetapi kelihatannya usaha Indira masih tetap sia-sia.

Indira mulai memikirkan beribu cara untuk membangunkan teman sebangkunya yang begitu kebo untuk dibangunkan. Setelah hampir tiga puluh detik, Indira berhasil menemukan cara lain yang baginya akan berhasil.

"ANJIR TSUNAMI!" Kali ini suara itu bukan berasal dari Indira melainkan Keysha.

Indira bersusah payah menahan tawanya ketika mendapati sahabatnya itu terbangun dengan muka bantalnya dan ekspresi panik. Ya, teman sebangku Keysha tersebut baru saja berhasil melaksanakan rencana terakhir untuk membangunkan Keysha, yaitu dengan cara memberikan sedikit air mineral ke wajah Keysha.

Dan syukurlah, Keysha akhirnya bangun juga. Begitulah sekiranya Indira membatin dalam hati.

"Woi, jahat banget sih lo Dir sama gue," Keysha mencebikkan mulutnya sebal.

Setelah berkali-kali Indira menahan tawanya, akhirnya kali ini ia berhasil mengeluarkan tawanya yang terdengar begitu bahagia mendapati wajah sahabatnya kebasahan akibat perbuatan isengnya tersebut.

"Bener-bener ya lo!" lanjut Keysha masih tetap menunjukkan ekspresi datarnya.

Suara gelak tawa milik Indira perlahan-lahan mulai mereda. "Eh sumpah, lo tuh lagian kebo banget sih Key. Gue udah bangunin ya tadi berkali-kali pake cara halus,"

"Lo-nya emang kebo banget, suer!" Indira menaikkan salah satu tangannya yang sudah berbentuk peace.

"Bodo amat." balas Keysha jutek.

Indira menghampiri Keysha sambil menunjukkan wajah merasa bersalahnya bermaksud meminta simpati dari Keysha. Satu ide muncul di otak Indira, agar bisa dimaafkan oleh Keysha.

"Jangan ngambek dong, Key," bujuk Indira.

Keysha tetap diam –pura-pura tidak mendengar.

"Gue traktir apa aja deh, nonton, makan diluar sekolah, terserah apa aja. Gimana?" Indira mulai mengeluarkan jurus andalannya untuk mendapatkan simpati dari Keysha yaitu, memberikan penawaran yang menguntungkan bagi Keysha. Salah satunya ya seperti itu tadi.

Keysha perlahan-lahan melirik Keysha melalui ujung matanya. Haduh, gagal lagi kan gue acara ngambek-ngambek sok jutek gitu! Batin Keysha.

"Bener ya apa aja?" tanya Keysha yang akhirnya buka suara.

Indira mengangguk. "Tapi, dimaafin kan?"

Kali ini giliran Keysha yang memberikan anggukan setuju. "Kebetulan banget gue lagi BM banyaaak banget!"

Dan setelah mendengar hal apa saja yang sedang diinginkan Keysha saat ini, rasa-rasanya Indira menyesal telah memberikan penawaran itu. Sahabatnya yang satu ini benar-benar menguras dompet!

**

"Langsung pulang, Key?" tanya Bara, tepat setelah bel pulang sekolah dibunyikan.

Gallen yang duduk di samping Bara hanya menguping pembicaraan keduanya.

Keysha mengangguk menanggapi pertanyaan Bara.

"Yaudah, yuk." Bara menyampirkan ransel-nya di salah satu pundaknya.

Jantung ... tolong bekerja sama yang baik ya untuk beberapa jam kedepan. Keysha berbicara sendiri dalam hati. Padahal ia sudah terlalu sering bersama dengan Bara, namun perasaan terkadang datang tidak terduga membuat semua keadaan terasa begitu berbeda dari semula.

Suara Gallen mengintrupsi langkah keduanya yang sudah berada di bibir pintu kelas. "Bar, nongkrong gak?"

"Iye lah, santai, yang penting ini anak sampe di rumah dengan selamat dulu." Bara memberikan tatapan kode kepada Gallen bahwa yang terpenting adalah mengantarkan Keysha terlebih dahulu hingga tiba di rumahnya.

Bahkan baru saja ingin keluar dari kelas, jantung Keysha seolah tidak bisa dikontrol lagi. Tahan, Keysha, tahan!

"Rumah deket juga lo, Key. Pulang sendiri dong!" ucap Gallen kepada Keysha.

Keysha memutar kedua bola matanya. Baru saja gadis itu ingin menimpali ucapan Gallen, lagi-lagi harus terpotong dengan ucapan Bara yang seolah mewakili Keysha untuk membalas perkataan teman sebangku Bara tersebut.

"Jangan lah, Len. Kalo dia ilang, nanti gue sama siapa?" Bara tertawa setelah membalas perkataan Gallen.

Gallen pun ikut tertawa setelah mendengar jawaban tidak jelas typical Bara. "Geli banget gue dengernya, sumpah!"

Dan disana Keysha hanya berdiri mematung awkward tidak tahu harus menjawab dan melakukan apa, bahkan sejujurnya saat itu ia sedang menetralisir jantungnya yang benar-benar memompa lebih cepat. Ia sudah tahu bahwa Bara hanya bercanda, namun namanya juga sudah membawa perasaan –apapun itu pasti berakibat panjang terhadap jantungnya.

**

"Habis ini lo balik ke sekolah?" tanya Keysha memastikan.

Bara mengangguk sambil membenahi anak rambutnya yang terlihat acak-acakan akibat helm yang digunakan selama perjalanan tadi.

"Belajar yang bener, Bar. Udah kelas XII lho kita," Keysha memperingati sahabatnya itu yang masih saja menganggap enteng pelajaran, padahal keduanya sudah menduduki bangku terakhir di masa-masa SMA ini.

Bara menaikkan salah satu alisnya sambil menatap Keysha. "Kita?"

Keysha mengernyit bingung. "Eh?"

Mengetahui ada yang salah dengan kalimat yang baru saja diucapkan, dengan segera Keysha langsung meralatnya. "Bukan kita dalam konteks gitu, Bara."

Bara tersenyum geli. "Iya, iya, gue ngerti."

Keysha menghela nafas lega dan bersyukur dalam hati, karena ia sudah salah tingkah setengah mati.

"Yaudah, kalo gitu gue langsung ke Warung deh ya," pamit Bara.

Gadis itu mengangguk. "Thanks ya."

Kali ini giliran Bara yang mengangguk, lalu deru mesin motor khas miliknya mulai meninggalkan kompleks perumahan Keysha.

**

book i | everglow ✔️Where stories live. Discover now