thirthteen :: sembunyi

950 60 2
                                    


Genggamlah mawar berduri, agar kamu tahu rasanya berjuang sendirian.

**

BEL istirahat kedua sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, namun Keysha tetap memilih untuk berada di dalam kelasnya ditemani novel favoritnya yang begitu tebal berjudul Tentang Kamu karangan Tere Liye. Rinai hujan berbondong-bondong menyentuh tanah di luar, hal itu membuat gadis dengan kunciran kuda tersebut merapatkan jaket maroon yang sedang digunakannya.

"Keysha," panggil Indira dari luar kelas.

Namun, gadis yang dipanggil itu tak juga memberikan respon. Sebab, kedua telinganya sedang disumpal oleh headset yang tersambung ke iPhone miliknya.

Merasa tidak diberikan respon apapun dari Keysha, Indira memutuskan untuk masuk ke dalam kelas menghampiri teman sebangkunya itu.

"Astagfirullah, pantes aja dipanggil-panggil gak nyaut!" rutuk Indira setelah melihat Keysha yang sedang menyelami dunia imajinasinya di dalam buku tebal tersebut ditemani alunan lagu yang tersalurkan melalui headsetnya.

Indira mendekati meja Keysha untuk mengajaknya sholat Dzuhur. Ketika dirinya sudah duduk di samping Keysha, langsung saja Indira lepaskan headset yang sedang digunakan Keysha dari salah satu telinga gadis itu.

"Woi, apaan sih?!" Keysha langsung menoleh menatap Indira dengan tatapan kesalnya.

"SHOLAT WOI SHOLAT!" teriak Indira di telinga kiri Keysha hingga berhasil membuat gadis itu dengan cepat menutup kupingnya.

"Gue lagi gak sholat juga." jawab Keysha, kemudian ia kembali membaca novel tebal andalannya itu.

Indira melotot kesal. "YA ALLAH KEYSHA! BILANG DONG DARITADI!"

Keysha tertawa geli melihat Indira mendumel kesal seperti itu. Kemudian, sahabat Keysha yang satu itu langsung saja melangkah pergi meninggalkan kelas sambil tetap mendengus dan mendumel kesal. Pasalnya, ia sudah menunggu dengan begitu baik hati di depan kelasnya untuk mengajak Keysha sholat bersama. Namun nyatanya, gadis yang ingin diajak itu sedang berhalangan.

**

"Lo jadi pergi hari ini?" tanya Indira mulai membuka topik ketika keduanya sedang berada di koridor depan kelas.

Keysha diam dan masih tetap sibuk meminum es teh manis yang baru dibelinya sembari menatap lurus menikmati hujan yang turun setiap detiknya.

"Lo bunuh diri, Key." tambah Indira lagi.

Gadis yang kerap kali dipanggil Key itu menghela napas. "Terus gue harus nanggepin apa setelah dia bilang kayak gitu, Dir?"

Bel masuk kelas sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, namun guru Matematika yang akan mengajar kelas Keysha dikabarkan tidak hadir karena sakit sehingga membuat kelas XII IPS 1 free class.

"Ya lo kan bisa nolak, Keysha." Indira benar-benar gregetan dengan sikap Keysha saat ini.

Keysha menggeleng. "Gue gak kepikiran untuk nanggepin dia dengan penolakan Dir pada saat itu."

"Gue bukannya maksa lo Key, tapi emangnya lo kuat buat jadi third wheeling nya mereka? Lo kuat ngeliat orang yang lo sayang sama orang lain di depan mata lo kayak gitu nanti?" tanya Indira to-the-point. "Gak selamanya lo bisa nutupin semuanya, Key."

book i | everglow ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt