twenty five :: decide and result

607 43 3
                                    



"...and i decided to told you everything what i feel lately."

**

Kerapkali Keysha mendengar pepatah bahwa jika mencintai seseorang akan lebih baik jika hal itu diutarakan dan dituntaskan sebelum perasaan menyesal menghantui kelak. Tetapi, gadis itu terus saja bertanya pada hatinya. Apakah benar begitu?

Sebab apa yang perlu dituntaskan jika keduanya tidak memulai sebuah hubungan apapun. Pernyataan itu justru semakin menampar kenyataan. Perasaan ini hanyalah sebelah pihak.

Apakah benar setelah perasaan yang selama ini dipendamnya apabila nantinya diutarakan akan membuat hatinya lebih lega setelahnya? Atau justru ... merasa menyesal karena semua itu berakhir secara percuma?

Gadis itu setiap detiknya terus saja menerka. Ingin sekali ia mengutarakan semua perasaannya yang sudah ia pendam selama ini. Setahun –bukankah itu cukup lama? Tetapi, Keysha benar-benar menikmati perasaan yang sudah ia tutup rapat diam-diam dalam sudut hatinya selama setahun terakhir kepada sahabat yang bahkan selalu ia elak mentah-mentah jika debaran jantung itu muncul setiap kali didekatnya.

Klise memang. Tetapi, apa ada hal yang mampu melarang dan mencegah perasaan itu yang semakin lama justru semakin besar? Sebab baginya jawaban tidak adalah yang paling tepat. Tidak ada yang mampu melarang dan mencegah sebuah perasaan. Tiap kali gadis itu mengelak jika ia tidak mencintai sahabat lelakinya itu –justru hal sebaliknya yang ia dapatkan. Perasaannya semakin besar, semakin kuat, dan semakin tak tahu diri.

Selama liburan, Keysha hanya dirundung pertanyaan-pertanyaan yang pada ujungnya tak menemukan jawaban. Semua pertanyaan itu hanya tertuju kepada sebuah spekulasi negatif. Namun tepat beberapa menit yang lalu, gadis itu akhirnya membuat sebuah keputusan –yang entah akan disesali atau disyukuri di kemudian hari. Ia berniat untuk jujur. Hal itu dikarenakan ia tidak ingin menyesal, walaupun kemungkinan besar ia juga bisa saja menyesal karena telah menyatakannya. Tetapi kalau kata salah satu lagu yang diciptakan Coldplay "if you'll never try, you'll never know" jadi tidak ada salahnya bukan?

Dan semoga saja ini merupakan keputusan yang terbaik.

**

"Gue mau confess sekarang." ucap Keysha kepada Indira melalui sambungan telepon genggamnya.

"Lo serius?" tanya Indira kembali meyakinkan untuk yang kesekian kalinya.

Keysha mengangguk mantap walaupun sikapnya itu tidak dilihat oleh Indira, kemudian ia menjawab dengan yakin. "Iya, gue serius."

Indira terdiam sebelum kembali berbicara. "Gue dukung lo seratus persen, apapun itu keputusannya. Jadi semangat ya apapun jawabannya nanti!"

Gadis berkacamata itu terkekeh mendengar ucapan yang dilontarkan sahabatnya yang merangkap menjadi teman sebangku selama tiga tahunnya. "Jawaban apa sih, Dir? Gue kan ngasih pernyataan bukan pertanyaan dan bukan minta buat dia jadi pacar gue elah."

"Ya kan gue asal ngomong aje." elak Indira.

"Iya, iya, terserah deh. Yaudah kalau gitu gue tutup dulu ya, mau makan nih. Ohiya, btw, selamat berbuka puasa!" pamit Keysha.

"Makasih, selamat berbuka juga ya. Yaudah pokoknya udah ya jangan sedih-sedih lagi, oke?"

Keysha tersenyum mengingat sahabat-sahabatnya yang begitu suportif mendukungnya meskipun mereka semua tahu perasaan Keysha ini hanyalah sebelah pihak. Bahkan gadis itu sudah seratus persen tahu dengan konsekuensi selanjutnya dan juga tahu betul apa yang akan dijawab oleh Bara nantinya.

book i | everglow ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang