fifteen :: lempar balik

989 59 9
                                    


"I'm in love with him," she admits, "but I can't bring myself to tell him. Because the thing is, I'm not sure that he feels the same way." She sigh deeply.

**

SELAMA perjalanan pulang menuju rumah Keysha, gadis itu memilih untuk bungkam dan tidak berbicara apapun itu. Kedua bola matanya lebih tertarik menatap bulir-bulir hujan yang jatuh untuk menyapa tanah melalui kaca jendela mobil milik Bara. Di sisi lain, sahabatnya itu justru kebingungan dengan sikap Keysha yang justru diam, padahal biasanya gadis itu akan mengoceh tanpa henti membicarakan hal apapun.

"Lo sakit?" Akhirnya Bara memberanikan diri untuk membuka suara saking bingungnya dengan sikap Keysha yang tidak bisa ditebak. Nyatanya, justru lelaki itu lah yang tidak bisa ditebak sikapnya.

Keysha menoleh menatap Bara yang baru saja mengajukan pertanyaan kepadanya, lalu ia hanya menjawab dengan gelengan pertanda ia tidak sakit dan baik-baik saja.

"Lo lagi kenapa sih? Perasaan tadi di McD lo ngoceh mulu deh." ucap Bara.

Gadis itu tersenyum tipis, kemudian menggeleng lagi. "Gak, gue gapapa. Cuman ngantuk aja."

Setelah itu, Keysha memalingkan wajahnya ke kiri untuk kembali menikmati hujan dan menatap bulir-bulir tersebut yang ikut membasahi kaca mobil Bara. Alasan yang digunakan Keysha memang tidak sepenuhnya salah, namun alasan utamanya tentu saja bukan itu.

Ia memilih untuk bungkam setelah kejadian Bara menjadikan Keysha sebagai Adena. Perasaan gadis itu benar-benar lelah dan tidak tahu lagi harus menutupinya dengan apa. Bahkan ingin sekali ia berteriak kepada Bara tadi bahwa dirinya sangat amat tidak peka terhadap perasaannya selama ini, namun bisa-bisa setelah itu Keysha di cap sebagai perempuan tidak tahu malu.

Keysha yakin seratus persen jika tadi ia berbicara seperti itu kepada Bara, pasti lelaki itu akan memilih untuk menghindar dan menjaga jarak dengan alasan tidak ingin menyakiti hati Keysha –alasan klasik setiap pria untuk menolak secara halus pernyataan jujur dari seorang perempuan.

Lo harus ikhlas, Keysha. Jangan jadi sahabat yang egois! Batin Keysha seolah memperingati diri perempuan itu.

Keysha menoleh untuk menatap wajah Bara dari samping yang terlihat begitu serius mengendari mobilnya. Gue bakalan tetep sayang sama lo, Bar, meskipun suatu saat nanti lo mungkin akan menolak gue jauh sebelum gue mulai berperang. Ia masih memandang lurus wajah Bara hingga tiba-tiba suara lelaki itu membuyarkan lamunan Keysha sendiri.

"Awas kelamaan ngeliatin gue nanti naksir." ledek Bara sambil tersenyum miring dengan pandangan masih tetap fokus ke arah jalanan.

Astaga, anak ini!

"Siapa juga yang ngeliatin lo?!"

"Ya lo lah." jawab Bara masih tetap mempertahankan senyum miringnya itu.

Keysha mendengus sebal. "Najis, ogah. Mendingan gue tidur daripada ngeliatin lo!"

Kemudian, gadis itu langsung memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan Bara yang tadi langsung menoleh untuk menatapnya. Kedua pipi Keysha sudah bersemu merah persis seperti tomat rebus, untung saja dirinya pandai menyembunyikan pipi merahnya itu.

Suara kekehan geli yang keluar dari bibir Bara masih terdengar jelas di kedua telinga Keysha, karena gadis itu tidak benar-benar memejamkan kedua matanya. Ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya untuk bisa membuat Bara tertawa, walaupun faktanya sudah ada perempuan lain yang berhasil menempati hati Bara dan bisa membuat Bara tertawa tanpa ada usaha sedikit pun.

book i | everglow ✔️Where stories live. Discover now