twelve :: only you

1K 64 0
                                    



Aku tidak tahu mana yang lebih buruk

Memendam perasaanmu kepada seseorang dan membiarkannya terus-menerus menjadi sebuah rahasia

Atau memberitahu kepada mereka dan menerima resiko diabaikan.

**

"AYA, liat pulpen punya gue gak disini?" Suasana rumah Bara di pagi hari seperti biasa –selalu saja ramai. Hal itu disebabkan oleh perdebatan antara Bara dengan adik perempuannya yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP.

Adiknya itu memiliki bentuk wajah yang mungil sehingga membuat wajahnya terlihat begitu manis untuk dipandang. Bahkan, Keysha pun mengakui hal tersebut. Ayana Rumaisha nama panjangnya, namun ia lebih akrab disapa dengan panggilan Aya.

"Apaan sih kak, pagi-pagi kebiasaan banget deh." balas Aya.

Bara mengecek jam dinding kamar miliknya dan waktu sudah menunjukkan tepat pukul enam kurang lima belas menit. Dirinya sudah rapih menggunakan seragam hari Selasa, yaitu putih abu-abu.

"Woi, buruan, dimana Ay," tanya Bara sambil mengecek celah-celah kecil meja belajarnya. Aya melihat kelakuan kakak satu-satunya ini hanya bisa menggelengkan kepala saja, faktanya, Bara memang seseorang yang teledor dan ceroboh jika sudah berurusan dengan barang sendiri maupun orang lain.

"Pulpen yang mana sih, pulpen kan banyak lagi kak." jawab Aya yang mulai membantu kakaknya itu mencari pulpen –entahlah merk apa, bahkan dirinya pun tidak tahu.

"Sarasa item, semalem gue taro disini. Lo betak ya?!" tuduh Bara.

"Suudzon aja si!" elak Aya. "Siapa juga yang betak, ogah make pulpen punya lo kak."

Bara mengabaikan balasan adiknya itu dan masih sibuk mencari pulpen yang diketahui ber-merk Sarasa dan berwarna hitam. Sebenarnya, pulpen tersebut bukanlah milik Bara, melainkan milik Keysha. Maka dari itu, sedaritadi Bara terlihat sedikit panik ketika pulpen tersebut menghilang secara tiba-tiba.

"Nanti gue bantu cariin deh, mending lo turun dulu sana sarapan," perintah Aya. "Besok aja pulpennya dipake."

"Yaudah, gue sarapan dulu. Lo udah sarapan belom?" tanya Bara gantian.

Aya mengangguk, kemudian lelaki itu menyampirkan tas Jansport warna biru tuanya tersebut ke salah satu bahunya sebelum benar-benar keluar dari kamarnya. Bara melangkahkan kakinya keluar menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan.

"Bara, sini duduk. Mama udah buatin roti bakar isi nutella kesukaan kamu." ajak Lani ketika melihat anak pertamanya berdiri tidak jauh dari meja makan.

Bara melangkahkan kakinya menghampiri mamanya yang sedang memotong-motong roti bakar isi nutella tersebut di atas piring berwarna putih. "Papa udah berangkat duluan, Ma?"

Lani mengangguk. "Iya, katanya ada beberapa urusan yang harus diurus hari ini. Jadinya, papa kamu berangkat tadi habis Subuh."

Roti berisikan nutella tersebut kali ini sudah berpindah posisi menjadi tepat di hadapan Bara. Lelaki itu memang sangat amat menyukai nutella, sehingga apapun itu jika sudah berhubungan dengan nutella maka dirinya tidak bisa mengelak lagi.

"Kamu udah sholat kan Subuh tadi?" Lani bertanya untuk memastikan.

Bara memasukkan satu slice roti bakar tersebut ke dalam mulutnya, kemudian mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan mamanya tersebut.

book i | everglow ✔️Where stories live. Discover now