0.2. LunatiC : Gila

309 38 4
                                    

Di sela acara makan malam kami, ayah menanyakan tentang sekolahku. Seperti pelajaranku, temanku, atau pertanyaan apakah aku senang berada disana atau tidak. Biasanya, aku hanya akan menjawab,

"Aku tetap menjadi yang terpandai dikelas, dan hariku disekolah cukup menenangkan"

Tetapi, karena aku tidak ingin membuat ayah dan ibu kecewa, aku menjawabnya dengan kalimat berbeda.

"Suasananya tidak jauh berbeda dengan sekolah lamaku, tapi aku senang memiliki banyak teman disini" Ucapku.

"Baguslah kalau begitu, ayah senang mendengarnya" Jawab ayah sembari memasukkan sesendok nasi dalam mulutnya.

"Maaf ya, karena ibu kita jadi pindah ke desa kecil seperti ini," Ucap Ibu dengan senyuman sedih.

"Apa yang ibu katakan? aku senang berada disini, desa jauh lebih menenangkan daripada di kota... Di sekolah baruku, aku juga memiliki banyak teman yang ramah." Kataku. Aku tidak ingin membuat ibu merasa bersalah. Bagaimanapun juga, kepindahan ini demi kebaikan ibu. Aku sebagai seorang anak juga akan melakukan apapun untuk kesembuhan ibuku.

"Jika ayah boleh tahu, siapa saja teman-temanmu?"

Aku terdiam sejenak, lalu menjawab dengan ragu.

"Em, Rudi......, Nina.... "

"Siapa lagi?" tanya ayah.

"D...Dave?" tambahku. Sejujurnya aku tidak terlalu dekat dengan mereka. Aku hanya menyebutkan nama-nama yang ku ketahui.

"Teman-temanmu cukup banyak, lain kali, ajaklah mereka kesini..." Sahut Ibu.

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.

Tok tok tok!

"Permisi!!!"

"Erick!!!"

Tok Tok!

Kami saling berpandangan ketika mendengar suara ketukan di pintu, serta suara yang terdengar familiar* meneriaki namaku.

"Biar ibu saja," Ibu berdiri dan bergegas menuju ruang tamu sedangkan aku merapikan meja makan dan mencuci bersih tanganku.

"Erick, ada tamu untukmu!"

Tidak salah lagi, itu pasti Rudi. Aku berjalan menuju ruang tamu dan mendapati Rudi telah memasuki ruangan atas izin ibu.

"Hai," Sapanya dengan nada ceria seperti biasa.

"Masuklah!" Aku mengajaknya kekamarku. Rudi lalu mengikuti dibelakangku.

Sesampainya disana, Rudi langsung merebahkan dirinya di atas ranjang.

"Hei, jangan tidur di rumah orang sembarangan!" ucapku.

Bukannya mendengarkan ucapanku, Rudi justru mengambil guling dan memeluknya erat. Terserahlah... lagipula, aku tidak keberatan.

"Jadi, kenapa kau kesini?" tanyaku.

Rudi membuka kelopak matanya. Dia duduk lalu menyodorkan kepadaku buku bersampul coklat kayu yang sejak tadi dibawanya.

"Ini adalah buku catatan sejarahku"

Aku mengambil buku itu, menatapnya bingung.

"Lalu...?"

"Begini, sebenarnya besok ada ulangan sejarah... aku tau kau murid baru, tapi kau juga harus mengikuti ulangan bukan? Jadi, aku berniat meminjamkan catatanku supaya kau bisa belajar" jelas Rudi.

"Lalu... kau tidak belajar?"

"Aku tidak perlu belajar untuk ulangan... " jawabnya dengan percaya diri.

LunatiC : Deep World Dark Side [END]Where stories live. Discover now