1.0. LunatiC : Keinginan Bersatu

128 16 1
                                    

"Aku baik-baik saja, pergilah..."

Aku mendengar suaranya, tapi kata-katanya sangat menyakitkan. Disaat seperti ini aku bingung apakah aku harus senang atau tidak.

"Rika..." Panggilku. "Kau bisa berbicara?"

"Kau yang memaksaku untuk bicara! Apakah kau tidak bisa cepat pergi dari sini?! Aku ingin sendiri!!!"

"Kalau kau bisa bicara seharusnya kau mengatakan padaku apa yang terjadi padamu!!!"

"AKU TIDAK MAU! PERGI SAJA! KAU CUKUP MENINGGALKANKU SENDIRI APA TIDAK BISA?!"

Rika berbicara, dia mengatakan kata-kata yang menyakitkan, dan kini dia membentakku.

"Aku tidak bisa meninggalkanmu, Rika..." Rika menatapku tajam dengan peluh membanjiri wajahnya.

"Aku tidak bisa meninggalkan temanku sendiri..."

Setelah mengatakan itu, suasana kembali hening. Rika mengalihkan pandangannya dariku tanpa berkata apapun. Tapi air mata dipipinya tidak pernah kering dalam waktu yang cukup lama. Aku tidak bisa bertanya apakah dia menangis karena menahan rasa sakit di kepalanya atau karena alasan lain yang dia sembunyikan dariku. Setelah pertengkaran singkat kami, lidahku menjadi kelu untuk berbicara.

Aku menemaninya di UKS hingga sinar cerah matahari berwarna oranye. Aku terus diam disana tanpa peduli sudah berapa jam aku bolos pelajaran di awal semester ini. Aku tersadar ketika Rika mulai turun dari ranjang.

"Sudah mau pulang? Aku akan mengantarmu!" Aku mengikutinya dari belakang. Kelas kami cukup dekat, jadi aku tidak akan dengan mudah kehilangan jejak Rika saat kami berpisah untuk mengambil tas.

Aku sudah mengirim pesan kepada Rudi supaya dia pergi lebih dulu ke asrama karena aku akan pulang sangat terlambat, jadi yang tersisa saat ini adalah aku dan Rika.

Kami berdua berjalan dalam diam. Bahkan ketika berada dalam bis pun kami tetap diam, bahkan ketika kami sampai dirumahnya kami masih tidak membicarakan apapun. Jika orang lain melihat kami, mungkin mereka akan berfikir kami sedang bertengkar-meskipun itu memang benar-karena kami tidak berjalan berdampingan. Rika berjalan lebih dulu didepanku.

"Aku pulang dulu" Kataku ketika Rika berada diambang pintu. Dia tidak menjawab, mulutnya tetap bisu seperti biasanya. Tapi, dia mengangguk kecil sebelum akhirnya menutup pintu rumahnya.

Aku pun berbalik untuk kembali ke sekolah.

***

Aku berjalan di lorong gedung asrama laki-laki. Aku berhenti pada salah satu ruangan dan membuka pintu yang ternyata masih belum terkunci itu.

"Darimana saja kau, Erick?! Untung saja kau datang tepat waktu! Jika tidak, kau pasti akan kena sanksi!" Kata Rudi.

Sekolah kami memang memiliki fasilitas asrama untuk kelas 12. Gedung asrama terletak di paling belakang wilayah sekolah, tepatnya berhadapan langsung dengan lapangan tiga yang diapit oleh gedung kelas 12. Asrama putra berada di lantai bawah, sedangkan asrama putri dilantai atas. Setiap asrama memiliki kamar mandi masing-masing yang muat untuk beberapa orang. Jadi, tidak membutuhkan antrian yang panjang untuk mandi.

Karena ini di sekolah, jadi asrama kami juga memiliki aturan tersendiri. Siswa dilarang berada diluar asrama pada jam malam dan harus tidur pada jam 20:30.

"Tadi pagi kau kemana? Kau sudah bolos pelajaran selama sehari" kata Gilang yang berbaring diranjangnya dengan buku yang terbuka dipangkuannya.

Aku, Rudi, Gilang, dan Dave adalah teman sekamar. Ini adalah kebetulan yang menguntungkan bagiku. Kami mendapatkan kamar terakhir yang paling luas dari kamar lainnya, jadi kami diminta untuk berbagi. Karena itulah kamar ini lebih banyak penghuninya jika dibandingkan dengan kamar lain yang hanya muat dua atau tiga orang.

LunatiC : Deep World Dark Side [END]Where stories live. Discover now