2.4. LunatiC : Story Ab0ut PainfuL Memory

114 13 5
                                    

Aku begitu terpukul atas kematian Rudi. Orang tuaku berusaha untuk menghiburku, tapi kata-kata mereka sama sekali tidak membuatku tenang. Di pagi hari yang masih gelap, aku pergi dari rumah. Aku meletakkan sebuah kertas berisikan pesan singkat diatas meja belajarku. Dalam kertas itu, aku berkata bahwa aku akan pergi sebentar untuk mencari teman ku.

Aku berjalan kaki menuju daerah perkotaan hingga matahari terbit. Ditengah perjalanan, aku menghentikan sebuah bis dan naik. Tujuanku adalah tempat kerja Dave. Karena satu-satunya orang yang masih bisa kuhubungi adalah dirinya. Aku tidak mungkin menghubungi Gilang yang keberadaan nya sendiri masih belum diketahui-aku tidak tahu dimana dia tinggal sekarang. Dan Nina menonaktifkan nomornya.

Bis berhenti di halte berikutnya, seorang wanita cantik berkacamata masuk.

"Erick?" katanya. Aku lupa jika kita pernah bertemu sebelumnya.

"Dokter Siska?"

"Tante saja tidak apa-apa" Ucapnya. Dia mengambil tempat duduk kosong disebelahku.

"Aku dengar... sesuatu sedang terjadi diantara kalian..." katanya. Aku tersenyum dan menundukkan kepalaku.

"Maaf, jika aku telah mengingatkanmu pada kenangan buruk"

"Tidak apa," jawabku. "Perpisahan dan kematian adalah hal yang wajar"

Kami terdiam sejenak sampai akhirnya aku mulai bertanya, tentang Rudi.

"Tante, ada hal yang ingin saya tanyakan" kataku.

"Apa itu?"

"Bisakah seseorang mengeluarkan api dari tubuhnya?" Tante Siska terlihat bingung dengan pertanyaanku.

"Sebenarnya ini, adalah kejadian yang dialami oleh temanku" Aku merasa seperti ingin menangis saat menceritakan kejadian yang aku alami kemarin. Tentang bagaimana aku melihat Rudi terbakar di depan mataku sendiri. Aku berlari mengejarnya dan berakhir dengan menemukan tubuh Rudi yang hangus terbakar, hanya sepasang kakinya lah yang tersisa.

"Aku pernah menemukan kasus seperti itu di internet" Tante Siska menatapku dengan serius. Begitu juga denganku.

"Kalau tidak salah, itu adalah SHC*"

"SHC? Saya tidak pernah mendengar itu" kataku.

"Tentu saja, itu sangat jarang terjadi. Dan aku juga masih belum tahu pasti apa penyebabnya." Aku mendengarkan semua yang dikatakan oleh tante Siska secara serius.

"Menurut kasus yang pernah aku baca, tubuh korban tiba-tiba terbakar tanpa alasan yang jelas. Tapi hanya bagian pinggul keatas saja yang hangus, sedangkan dari paha ke bawah tetap utuh"

"Ya, itulah yang terjadi pada Rudi!" Ucapku. Air mataku hampir saja menetes jika aku tidak cepat mengambil nafas panjang untuk menahan tangisku.

"Satu lagi!" kataku.

"Apa itu?"

"Ini tentang Gilang!" Wajah tante Siska berubah sedih.

"Mari kita bicarakan itu di tempat lain"

***

Kami turun di halte berikutnya. Duduk di taman kota yang masih sepi. Pohon akasia menaungi tempat kami duduk. Guguran dedaunan keringnya, perlahan tertiup angin. Jatuh mengotori tanah tempat kami berpijak, termasuk baju dan rambut kami.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Ujung hidung tante Siska terlihat sedikit memerah. Mungkin karena kedinginan, karena ini masih pagi, jadi udara masih sejuk.

"Bagaimana Gilang bisa mengatakan kalau Rika membunuh adiknya?" tanyaku.

"Maksud saya, ini tentang Gilang yang lain. Gilang yang asli tidak tahu apa-apa tentang ini"

LunatiC : Deep World Dark Side [END]Where stories live. Discover now