1.6. LunatiC : Painful Memory

119 19 10
                                    

Kau kenapa, Rika?

Apa yang terjadi padamu?

"Apakah aku... memang harus mati?"

Aku menatap Rika yang saat ini duduk disampingku. Dia memandang kosong keluar jendela sementara Bis melaju mengantarkan kepulangan kami. Jika aku mengingat betapa takutnya dia -hingga membuatnya menangis- aku jadi merasa bersalah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Selama ini yang kulakukan hanya bertanya, tapi aku tidak benar-benar memahami apa yang dia rasakan. Aku bertanya hanya karena aku ingin tahu apa yang terjadi padanya. Lalu, setelah itu apa? Apakah aku bisa menemukan jalan keluar untuk setiap ketakutannya?

Rika menoleh ketika aku menyentuh bahunya. "Mau pergi kesuatu tempat atau langsung pulang?" tanyaku. Dia hanya diam sambil menatapku dengan pandangan kosong.

"Matamu sembab" kataku "Jika teman-teman melihatmu seperti ini, mereka pasti khawatir"

Rika menunduk lalu mengangguk.

"Jadi, mau pergi ke suatu tempat? Kita akan pergi ke tempat yang kau suka" Aku tersenyum. Rika hanya membalas dengan anggukan kepala.

Kami berhenti di halte berikutnya meski tidak tahu kemana kami akan pergi. Ketika melihat toko bunga yang nampaknya hendak tutup, Rika segera menarik tanganku untuk pergi kesana.

"Kau ingin membeli sesuatu?" tanyaku ketika kami sampai disana.

Rika mengangguk.

"Maaf, tapi kami akan tutup" kata seorang nenek yang berjaga disana. Rika terlihat sedih dan mulai mengeluarkan air mata.

"Maafkan, Aku..." ucap nenek itu dengan suara khas nenek-nenek. Dia berjalan kemudian kembali dengan setangkai bunga ditangannya. "Ambil ini sebagai permintaan maafku... "

Rika mengambilnya dengan ragu. "Ini adalah bunga Lavender.... aku memberikan ini karena bunga ini terlihat seperti dirimu..." Nenek itu mulai menghapus air mata yang turun entah sejak kapan. "Aku dulu mengenal seorang gadis seusiamu"

"Aku teringat padanya..."

"Sekarang pergilah, jangan menangis lagi!" ucap nenek itu. Rika mengangguk lalu menghapus air matanya. Dia membungkuk-bungkukkan badannya -mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih banyak," Ucapku ikut membungkukkan badan.

Nenek itu berlalu masuk dalam toko bunganya. Kami berdua pergi.

***

Nenek itu bilang, Rika sangat mirip dengan seorang gadis yang dia kenal. Gadis itu adalah cucunya yang sangat menyukai bunga. Alasannya membuka toko bunga juga karena cucu nya. Tapi, cucu nya meninggal karena kesalahannya.

"Dia meninggal karena kesalahanku" Rika berbicara. Kami berdua berada di pemakaman tempat kedua orang tua Rika, Bibi, dan adiknya beristirahat dalam damai.

Dia meletakkan setangkai lavender di pemakaman ibunya, dan bunga liar yang dia petik dipemakaman ayah, bibi, dan adiknya.

"Aku yakin sekali, kematian ayah dan ibu juga karena kesalahanku" Dia menangis tanpa terisak. "Mungkin... kematian bibi juga salahku..."

Sebenarnya aku ingin bertanya kenapa adiknya bisa meninggal? tapi, ketika aku sadar bahwa tidak ada yang bisa kulakukan setelahnya, aku menutup mulutku.

"Maaf karena telah membohongi kalian... aku bilang aku tidak memiliki orang tua meski mereka tidak lagi disampingku"

"Tidak apa, kau pasti memiliki alasan untuk itu, setidaknya itulah yang aku pikirkan".

Rika menoleh lalu berdiri dihadapanku. Aku menatap wajahnya yang lima centi lebih pendek dariku. "Jika aku bercerita tentang adikku, apa kau akan mendengarkan?" tanyanya ragu.

LunatiC : Deep World Dark Side [END]Where stories live. Discover now