0.4. LunatiC : Gadis yang Manis

204 28 0
                                    

Keesokan harinya, aku dan Rika belajar kelompok diperpustakaan sekolah. Guru sejarah kami memberikan tugas kelompok sebagai tugas akhir. Aku berada satu kelompok bersama Rika, Iqbal, dan Nina. Iqbal adalah ketua kelas dan ketua kelompok kami. Dia lumayan pintar, jadi aku bersyukur bisa satu kelompok dengannya. Karena Rika tidak pernah berbicara, Iqbal hanya memberinya tugas untuk mencatat. Rika itu penurut, jadi dia menerimanya begitu saja, sama seperti saat aku mengajaknya untuk pergi keperpustakaan.

Saat ini, aku dan Rika duduk berhadapan pada salah satu meja perpustakaan. Rika menyelesaikan tugas menulisnya dari rangkuman Iqbal sedangkan aku mencari materi tambahan dari berbagai sumber buku. Kami duduk tanpa satu pun dari kami yang berbicara. Rika fokus pada menulis nya dan aku pada buku bacaanku. Hingga aku memulai untuk menatap wajahnya dari balik buku bacaanku.

Terlihat berantakan. Hampir seluruh wajahnya tertutupi oleh rambut hitam sebahunya. Rika terlihat tidak terganggu oleh itu tapi bagiku rambut-rambut itu sangat mengganggu.

"Em, maaf sebelumnya..." Rika tidak mengubrisku. Jadi, aku mengambil tindakan dengan menyingkirkan beberapa rambut yang menghalangi pandangannya. Menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. Rika tetap fokus pada tulisannya, melihat itu aku tersenyum kecil.

"Soal kemarin,... aku minta maaf karena telah mengganggumu". Setelah mengatakan itu, Rika menghentikan kegiatan menulisnya. Dia menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Apakah itu bingung atau terkejut.

"Aku tidak ingin memaksamu, kau tidak harus memaafkanku sekarang... tapi aku akan berusaha agar kau mau menerima permintaan maafku" Ucapku yang tidak ingin menyinggungnya.

Rika mengangguk kecil.

"Apa kau tidak mau menerima permintaan maafku?" tanyaku yang masih belum mengerti maksud dari anggukan darinya.

Rika menggeleng. Ini membuatku bingung.

"Kau mau memaafkanku kan?"

Rika mengangguk lagi. Itu membuatku senang. Tanpa sadar, garis bibirku terangkat membentuk senyuman.

"Rika, apa kau selalu berada dikelas selama ini?" tanyaku memecah keheningan. Memang benar aku menyukai ketenangan. Tapi aku merasa ketenangan kali ini sedikit canggung.

Seperti biasa, Rika hanya mengangguk tanpa membuka suara sedikit pun.

"Kau tidak pernah keliling sekolah?" tanyaku lagi. Rika menggeleng.

"Apa kau punya teman?" Dia menggeleng lagi. Aku bertanya-tanya apakah dia kesepian atau tidak.

"A-"

"Erick! Sedang apa kau disini? Ayo kita pulang!" suaraku terpotong saat tiba-tiba Rudi memanggilku diambang pintu perpustakaan. Suaranya terdengar keras karena perpustakaan adalah tempat yang sepi.

Aku melihat kearah Rika yang juga menoleh ke tempat Rudi berdiri.

"Memangnya sekarang waktunya pulang?" tanyaku kemudian.

"Apa kau tidak dengar? Ada rapat guru dadakan dan semua siswa dipersilahkan untuk pulang hari ini" Jawab Rudi. Dia berjalan mendekat.

"Cepatlah!" Rudi melemparkan tasku yang dari tadi di bawanya. Aku menangkapnya dengan sigap.

Aku menggendong tasku. Merapikan beberapa buku diatas meja lalu mengembalikannya di rak seperti semula. Sebelum menyusul Rudi di pintu, aku berbalik untuk mengajak Rika pulang. Lalu, kami meninggalkan gudang buku itu dalam keadaan kosong.

***

"Sejak kapan kau dekat dengan gadis itu?" tanya Rudi. Kami duduk di halte terdekat dengan sekolah kami.

LunatiC : Deep World Dark Side [END]Where stories live. Discover now