0.7. LunatiC : Perasaan Takut

168 24 2
                                    

"Kalau dia penderita DID, berarti besar kemungkinan bahwa dia adalah pembunuhnya." Kata Rudi dalam perjalanan kami menuju rumah.

"Dia jadi sedikit menyeramkan... itu membuatku takut berteman dengannya.."

"Takut dibunuh?" tanyaku.

Aku berjalan sambil memandangi langkah kakiku sendiri. Aku takut Gilang akan berfikir bahwa aku akan menjauhinya setelah mengetahui apa yang terjadi padanya, seperti yang Rudi pikirkan saat ini.

Fakta bahwa dia bukanlah orang normal seperti yang kukatakan.

"Hu-uh, bagaimana menurutmu?" tanya Rudi.

"Aku juga merasa takut, tapi..."

'...dari awal aku sudah menganggapnya sebagai temanku...'

"...menjauhinya karena hal seperti itu benar-benar tidak mungkin kulakukan..." Aku merasa bahwa hati dan otakku memiliki pendapat yang sama. Dan itu memang benar, dari awal aku sudah menganggap Gilang sebagai temanku. Benar-benar temanku.

Aku menoleh sedikit kearah Rudi yang masih diam lalu kembali mengalihkan pandanganku darinya.

Andai saja Rudi memilih untuk menjauhi Gilang, apakah dia akan menjauhiku juga? Jika memang benar, mungkin hubunganku dan Rudi akan semakin renggang.

"Mungkin kau benar, dia adalah temanku dan aku tidak mungkin meninggalkannya" Kata-kata Rudi membuatku merasa lega.

"Aku tidak mau pertemanan kita dirusak oleh penyakit mental seperti itu!"

"Aku juga berpikir begitu" Kataku. Tersenyum senang.

Jujur, aku juga tidak ingin itu terjadi.

Aku dan Rudi berpisah saat kami telah sampai dirumah Rudi. Aku meneruskan perjalanan pulang dengan bayanganku yang selalu mengikuti. Sesampainya dirumah, Ayah dan Ibu memiliki rencana untuk mengunjungi teman ibu yang tertimpa kemalangan. Mereka bilang akan menginap sebentar dan akan pulang besok pagi. Ibu menyiapkan untukku beberapa bahan makanan yang cukup untuk ku makan seorang diri.

Sungguh hidup yang membosankan.

Ketika ayah dan ibu pergi, aku merasa kesendirian ini menjadi sedikit berbeda. Aku merasa takut, ketakutan yang aku sendiri tidak tahu penyebabnya.

Aku mengambil ponselku untuk menghubungi Rudi. Mengatakan apakah aku bisa menginap dirumahnya malam ini.

***

Keesokan harinya, kami pergi kesekolah seperti biasa. Sekolah juga berjalan seperti biasanya. Yang berbeda adalah keadaan disekitar sekolah yang saat ini banyak disinggahi oleh burung gagak. Pertama kali aku melihat burung itu dihari kematian kakak kelasku oleh Gilang, tapi sekarang burung-burung itu semakin banyak. Mengingat burung gagak adalah pertanda buruk, perasaan takutku semakin menjadi-jadi. Aku punya firasat.

Firasat buruk.

Bel istirahat pertama menyadarkanku dari lamunan. Aku memilih untuk diam dikelas saat Rudi mengajakku ke kantin. Dan sekarang dikelas hanya ada aku dan Rika. Hanya kita berdua.

"Kau tidak keluar?" Aku bertanya masih dengan pikiranku tentang rasa takut yang masih menggerogotiku.

Beberapa detik kemudian, sebuah buku catatan dengan tulisan pada salah satu halamannya berada didepan mataku.

LunatiC : Deep World Dark Side [END]Where stories live. Discover now